[07] Express Feelings?

13 5 1
                                    

Turn it on ; I Pray 4 U - Apink, BnN

Gadis itu sudah 20 menit berkutat dengan laptop nya, yup. Yang ia lakukan adalah mencari-cari peraturan dan hal-hal khusus program terbaru tentang bisnis yang ia akan jalanin kali ini, bisa menebak apa itu? Jung Hyura. Dia akan berbisnis menjadi desainer, memang tidak mudah. Namun kemampuan menggambar dalam hal berbau style juga seni kerapihan dan ketelitian nya itulah yang membuat nya bertekad menjadi desainer.

Satu lagi , jangan ragukan karya seni Hyura, toh semenjak ia berusia 9 tahun kemampuannya sudah terlihat, memang sebenarnya ia tidak terlalu menonjolkan nya dulu, tetapi sekarang guna menambah kan ekonomi keluarga juga biaya sekolah nya tidak salah juga memilih keputusan ini.

"Hah, sulit juga."

Pintu terbuka, menampakan sosok perempuan baya yang tersenyum, melihat anak nya sibuk berkutat dengan benda kotak persegi itu dengan intens.

"Oh, eomma, ada apa?" sadar Hyura menoleh kebelakang karena bunyi dorongan dari pintu kamar nya.

Kang Yoo Rim tersenyum, lalu menghampiri anak nya. "Jangan capek-capek. Ingat kesehatanmu." ujar Yoo Rim penuh sayang dengan mengelus lembut rambut Hyura.

"Ini tidak seberapa eomma. Aku tak apa, aku bisa menjaga kesehatanku. Jangan khawatir ya?" balas Hyura yang sekarang menutup laptop nya kemudian berlari memeluk ibu nya.

"Astaga. Kau terbaik."

"Hehe, tentu saja."

---

Lengah, lesuh Hyura berjalan mengitari koridor kelas.

"Hoi! Yura !" panggil Serin yang segera mendekati Hyura. Setibanya Serin mengacak-acak rambut Hyura. "Hei, ada apa? Berjalan seperti orang tak bernyawa saja."

Hyura diam. Lalu berhenti berjalan, dan menatap Serin nanar.

Serin bingung, lalu melambai-lambaikan tangannya pada wajah Yura. "Kenapa si? Ayo cerita." Mendengar jawaban Serin, Hyura langsung memeluk Serin kemudian menangis diam. Serin tersenyum kecil, tangannya terangkat mengusap pelan rambut halus Hyura.
.
.
.
.
.

Serin tersenyum miris, setelah mendengar curahan tulus dari hati Hyura. Yang sekarang ini seperti dicabik-cabik oleh pisau yang tajam. Bagaimana tidak? Permasalahannya sekarang tentang kisah romansa yang tidak jelas ini. Serin merasakan bahwa Hyura hanya dijadikan permainan, dan perasaan pria itu saja sepertinya hanya sekilas mata yang tak sama sekali memandang Hyura disini, yang setia dengannya. Jungkook. Mengapa dia lagi membuat Hyura seperti ini.

"Sudahlah. Bersikap seperti biasa. Aku tau kau kuat Yura, lagipula yang sebenarnya ada untuk mu itu, ada didekatmu juga."

---

2 Minggu berlalu.
.
.
.
.
.

"

Yeoboseyo?" (Halo)

"Apa ini dengan Jung Hyura?"

"Benar. Ini saya. Ada apa yah?"

"Selamat! Anda terpilih menjadi peserta ke 5 yang beruntung masuk ke-unggulan style desainer kali ini. Maka dari itu anda harus datang ke Prancis secepatnya, alamatnya akan saya kirim lewat pesan."

"S-serius? Astaga.Terima-kasih, terima-kasih banyak!"

Hyura tidak menyangka, ia masih menggengam dan menempel kan ponsel nya kepada telinganya. Ia kaget tidak kepalang. Ia juga tidak berpikir sejauh ini. Hyura senang. Ia berteriak, lalu melompat ke ranjang. Dan Hyura melompat-lompat di ranjang layaknya di trampolin. Berita ini akan segera ia konfirmasi kan kepada Serin dan orangtuanya.

Namun, dikala ia senang. Hyura masih berpikir cemas tentang Jungkook. Yang sudah 2 minggu lebih tidak mengabarinya. Bahkan tidak membaca atau mengangkat satupun telefon darinya. Terakhir bertemu saja sangat singkat. Bertingkah manis memang. Tetapi Hyura menganggap itu sekarang kenangan, untuk sekian kalinya.

"Sudahlah. Dia sibuk. Dan mungkin sedang tidak ingin diganggu karena terlalu serius. Huft, berpikirlah positif Hyura."

Mendengar samar-samar ketukan pintu di ruangan depan rumah nya membuat Hyura langsung berlari kecil ke luar kamar.

"Sebentar!" ujar Hyura sedikit berteriak, lalu sampailah ia dengan membuka gagang pintu rumah nya itu.

Cklek,

Hyura membelalakan matanya lebar. "T-Taehyung?"

Pria itu nyengir menunjukkan gigi ratanya itu sembari membawa sekantong makanan yang terlihat besar. "Yup, ini aku, hum, boleh aku masuk?"

Hyura mengangguk kaku, lalu mempersilahkan Taehyung masuk.

Taehyung masuk, setelahnya ia menyodorkan kantong itu kepada Hyura, "Ini untukmu. Hadiah dari Ibu ku."

Hyura meraih nya, "Apa? Astaga, jangan repot-repot seperti ini. Bagaimana tahu ibumu tentang aku?"

"Hum, rahasia!" Kekehan dari Taehyung berhasil membuat Hyura menatap sinis kepada pria itu.

Taehyung melihat lihat seisi rumah Hyura. "Ngomong-ngomong dimana orang tuamu? Apa kau tinggal sendiri?"

"Ah itu, Ibu dan Ayah sedang ada di rumah nenek. Tadinya aku diajak. Namun aku sibuk dengan ini, jadi Ibu dan Ayah memakluminya dan biarkan aku tidak usah ikut dan menjaga rumah." ujar Hyura sambil memperlihatkan laptop, kertas kertas serta alat untuk mewarnai pekerjaan desainer nya itu. Yang serba ada di ruang depan, maupun di kamar nya sekalipun.

Taehyung ternganga. Pria itu baru tahu, bahwa gadis cantiknya ini, ralat. Bahwa gadis jutek ini begitu pekerja keras. "Kau, bergelut bisnis menjadi desainer?"

Hyura mengangguk, "Keuraeyo! Hehe." (Benar)

"Wah hebat!"

"Tidak biasa aja. Kau berlebihan."

"Menggemaskan." gumam Taehyung yang lalumengangkat tangannya dan mengusap-usap lembut rambut Hyura. "Tidak berlebihan kok, memang benar, aku tidak salah memilihmu." ceplos Taehyung.

Bodoh! Celetukan diri sendiri dalam diri Taehyung itu berhasil membuyarkannya.

"Hah?" balas Hyura mengeriyitkan dahinya.

"Ah tidak, lupakan."

"Dasar, Kim Tae aneh."

---

Gong Hae mengerinyit dahi nya melihat pria disamping nya ini sedang sibuk menyalin bahkan mengirim lewat 'Bluetooth' gambar, video, mau apa saja yang disana dalam kedua genggaman tangan nyaa saat ini.

"Apa kau mengganti ponsel mu?"

Jungkook mengangguk.

Gong Hae bingung, lalu menepuk bahu teman pria disamping nya. "Kau ini kenapa?"

Jungkook menoleh, "Bukan urusanmu Hae. Aku hanya ingin mengganti ponsel yang terbaru saja. Dan menyalin semua yang disini, ke ponsel terbaruku."

"Benar-benar. Jika begitu, beri tahu nomor baru mu. Jangan sementang hanya ingat gadismu itu. Aku ini sahabat baik mu di Seoul ini, hei!"

"Ish, kau ini berisik sekali. Iya-iya, aku bakal beri tahu. Dasar tampang mapan, tapi lebih-lebih dari perempuan. Cih." [≠]

It ' s YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang