3. Coklat

55 5 2
                                    

Happy reading!

ARVAN

ArsenErlago
ZeroAfdyan
RanggaWijaya
GeraldWicaksono
PutraMahardian

VanyaKeerana
FebyJaniska
SafiraViciska

______________________________

SUARA deruman motor R25 mulai terdengar dari arah gerbang sekolah. Lima cowok berjaket boomber hitam dengan motor ninja R25 berwarna hijau hitam memasuki wilayah sekolah dengan sengaja bermain-main dengan gas motor mereka. Kepulan asap yang berasal dari ke-empat motor ninja itu sampai memenuhi pelataran sekolah. Kedatangan mereka seakan magnet yang membuat semua murid yang berada di sana menatap mereka takjub.

Kebanyakan dari mereka para perempuan alay yang berteriak histeris ketika Arsen si cowok berandalan namun jenius membuka helmnya. Arsen mengabaikan teriakan para gadis yang sedari tadi memanggil atau memuji dirinya. Berbeda dengan Arsen, Gerald dan Rangga malah dengan sengaja memberikan senyuman mereka pada gadis-gadis itu.

Zero berdecak melihat tingkah Rangga dan Gerald, ia lantas mengusap kasar wajah Rangga dan Gerald dengan tangannya. "Caper!" cercanya. Memang Zero sangat tidak menyukai keramaian dan keributan, jadi cowok itu lebih memilih menampilkan wajah datar andalannya agar para gadis itu tidak berteriak alay.

"ARSEN!" teriaknya menggunakan toa.

Semua murid lantas menolehkan kepalanya untuk mencari asal suara itu. Gadis berkuncir kuda itu menyengir polos saat beberapa pasang mata menatapnya.

Vanya memegang toa hasil meminjam dari  bu Rika, guru BK. Toa ini biasanya digunakan oleh bu Rika untuk meneriaki murid-murid yang mencoba kabur dari hukuman yang ia berikan. Bisa dibayangkan betapa menderitanya mereka ketika mendengar suara cempreng bu Rika menggunakan toa.

"ARSEN! AKU SUKA KAMU!" teriaknya kembali dengan percaya diri.

Semua murid yang berada di sana seolah menatap Vanya dengan 'tuh cewek urat malunya udah putus kali ya!' meski Vanya seorang Ketua Ekskul Model namun, sikapnya tidak menunjukkan bahwa ia berwibawa. Sikapnya yang kekanak-kanakan dan terlalu percaya diri terkadang membuat mereka muak dengan gadis berdarah Jerman-Indonesia itu.

Vanya mendekati Arsen lalu mengulurkan sebuah coklat batangan dihiasi pita berwarna merah muda. "Dimakan ya, gigi kamu gak ada yang bolong kan? Jadi, gak ada alasan buat kamu nggak makan coklat dari aku."

Arsen mendengus lalu menepis coklat pemberian Vanya hingga jatuh. "Gue benci manis dan lo!" tekannya.

Vanya tersenyum kecut menatap coklatnya sudah terjatuh mengenaskan. Namun, tak butuh waktu lama, maniknya kembali menatap Arsen dengan binar berusaha menutupi kesedihannya. "Kamu bisa aja kodenya. Besok-besok aku bawain makanan yang nggak manis deh. Bye, Arsen!" pamitnya lalu bergegas pergi.

Semua yang ada di sana menatap Vanya dengan berbagai macam tatapan, ada yang bahagia, kasihan, dan benci. Di waktu sama, Putra menatap miris Vanya. Sudah dari lama gadis itu masih kuat berjuang mendapatkan hati sahabatnya.

"Lo terlalu keras sama dia, bro." ucapnya sambil menepuk sekali pundak Arsen.

"Gue ngerasa itu pantas buat dia!" balas Arsen dingin.

ArvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang