#4 Aneh

464 12 2
                                    

°Sudah Revisi°

"Jika Tembok Memilih Batu Untung Membuatnya Kokoh
Bolehkah Aku Memilih Ego Untuk Mempertahankan KegengsianKu?"

🍀🍀

Pluit pun telah dibunyikan, dan itu membuat lamunan Angkasa dan Azka pudar. Kini mereka fokus pada pertandingan yang berlangsung selama 40 Menit itu.

"Din, lo liat gak tadi kak Angkasa liat lo? Pasti dia heran banget lo bisa cantik kayak gini," Ucap Clara. Yang masih melihat pertandingan.

"Gue malah liat kak Azka yang liatin Dinda," Ucap Gladis.

"Kak Azka?" Ucap Dinda dan Gladis bersamaan.

"Iya, kak Azka" Jelas Gladis,"

"Agak kaget juga mungkin, soalnya lo kan gak pernah kayak gini sebelumnya,"

"Bener juga ya" Ucap Gladis yang sedikit tertawa.

Merekapun lanjut fokus melihat pertandingan, tak disangka, Marinka dan Mira juga menonton, namun mereka tak saling mengetahui. Angkasa yang sudah beberapa kali berhasil memasukkan bola ke Ring, membuat para siswa siswi Nusa Cendikia besorak bangga, dan tak kalah dengan Dinda yang sangat heboh itu. Kedua temannya hanya terkekeh geli melihat sahabatnya yang cupu ini bisa seheboh ini, karna melihat pujaan hatinya yang beberapa kali memasukkan bola ke Ring lawannya.

Sampai 40menitpun berkahir. Semua murid pada berhamburan menuju lapangan untuk menyambut kemenangan Nusa Cendikia. Namun tidak dengan Dinda, kini ia tersenggol-senggol, dan terdorong-dorong, hingga abu sampai ke mata nya.

"Auh.. duh perih, inget Dinda gak boleh dikucek" Ucap Dinda, yang matanya berasa penuh debu.
"Tapi sakit, perih banget sumpah" Batin Dinda, dan tangannya pun mulai mengucek kedua bola matanya.
Tanpa Dinda sadari softlens yang ia kenakan lepas dan terjatuh entah kemana.

"Duh, pandangan aku," keluh Dinda
"Gimana pulangnya Dinda," Ucap Dinda merutukki dirinya sendiri.

Gladis dan Clara yang sudah pergi duluan entah kemana, kini hanya Dinda yang tertinggal dikursi penonton terduduk lemas.

Siswa yang selesai bertanding pun pada pergi untuk berganti baju, setelah mendapatkan 'Selamat' dari teman-temannya yang lain. Setelah 20 menit, mereka pun keluar dan menuju parkiran,

"Lo lama banget sih Sa, yang lain udah pada siap juga," Ucap Roby, yang selesai.

"Lo duluan aja deh, kunci motor gue entah dimana," Ucap Angkasa yang merogo rogo tasnya.

"Gak apa apa ini gue duluan? Kita ada acara makan makan ini," Ucap Roby.

"Gak apa apa, ntar gue nyusul"

"Yaudah, jangan lama lama, gue duluan ya Sa" Ucap Roby, namun tak ada jawaban dari Angkasa, yang masih sibuk mencari kunci motornya.

'Apa di kursi pemain cadanganya? Tadi tas gue disitukan?' Batin Angkasa, yang langsung berjalan menuju lapangan.

Setelah disana Angkasa mencari cari kuncinya.  Ternyata benar, kuncinya tepat dibawah kursi pemain cadangan. Lalu ia pun berjalan keluar, sebelum itu ia tak sengaja melihat dikursi penonton, melihat seorang perempuan yang masih tampak duduk sendiri.

"Kayak Dinda, tapi masa iya, biasanya juga bareng temennya," Ucap Angkasa pelan, tanpa ragu, Angkasa berjalan menuju tempat gadis itu.

"Gladis, Clara" panggil Dinda.
"Ah, percuma aja gue panggil, toh kayaknya udah sunyi disini, hiks, jadi gue baliknya gimana?" Batin Dinda, yang tiada hentinya.

"Ngapai lo masih disini?" Ucap seorang pria.

"Su-suara ini? Gak mungkin kak Angkasa kan, soalnya kan mereka pasti udah pada pulang"Batin Dinda. Yang masih merasa bingung. Dinda pun meraba raba postur badan pria itu. Dan sampai diwajah Angkasa.
"Eh, bener kak Angkasa?"

"Lo ngapai disini Din?" Ucap Angkasa lagi.

"Ma-maaf kak, aku gak bisa pulang aku gak bisa liat dengan jelas,"

"Kacamata lo kemana?"

"Di-dirumah kak"

"Lo gak pake kacamata, liat tanding basket? Dan lo punya mata mins?" Ucap Angkasa bingung.

"A-aku tadi pake softlens kak, tapi karna banyak abu, aku kucek kucek mata, terus jatoh," Jelas Dinda.

"Gaya banget lo pake softlens,"

"I-ini usul Clara sama Gladis kak,"

"Nah, sekerang kemana temen lo?"

"Enggak tau kak,"

"Huh, ponsel lo mana? Biar gue telfonin temen lo suruh jemput"

"Ponsel?" ucap Dinda meraba raba saku celananya, mengingat ia tak membawa tasnya,"
"Di tas Clara kak, ka-karna aku gak ba-bawa tas" Lanjut Dinda takut takut, karna keliatannya Angkasa akan meledak sekarang.

Angkasa bernafas panjang,
"Mau gimana lagi, lo balik sama gue" Ucap Angkasa akhirnya.

Dan berjalan untuk keluar dari stadion basket. Namun Dinda masih terdiam ditempat ia berdiri. Angkasa pun  diam karna tidak ada langkah kaki yang mengikutinya, berbalik melihat Dinda.

"Harus extra sabar gue kali ini" Ucap Angkasa pelan, dan menggandeng tangan Dinda, menuntunnya jalan keluar dari stadion.

Sampai Diparkiran, Roby menelfon Angkasa.
"Apaan sih Rob?"

Dinda hanya terdiam, dan tak mendengar apayang dikatakan seseorang yang menelfon Angkasa.

"......."

"Yaelah, kan gak apa apa juga gue gak ikut"

"......."

"Iya iya gue kesana" Ucap Angkasa,menutup telfonnya.
"Gak bakal terkejar kalau gue anter nih anak pulang duluan," fikir Angkasa.

"Ayok naik" Ucap Angkasa, yang sudah duduk diatas motornya.

"I-iya kak" Ucap Dinda, dan berusaha menaiki motor Angkasa.

"Dinda, lo gak mimpikan naik motor bareng kak Angkasa, bisa sedekat ini jaraknya sama kak Angkasa, tuhan, makasih banget udah baik sama aku, dan kasih kesempatan ini buat aku"  fikir Dinda.

30menit, mereka sampai diCaffe tempat mereka merayakan kemenangan ini. Saat Angkasa masuk, semua siswa siswi yang ikut merayakan melihat kearah Angkasa dan Dinda yang masih bergandengan. Marinka dan Mira yang ada disana pun merasa tak terima dengan apa yang mereka lihat.

Angkasa pun duduk berdampingan dengan Dinda,dan disamping Dinda ada Azka, karna tidak mungkin Dinda dibiarkan sendiri, dengan keadaan mata yang masih ngeblur melihat kemana-mana.

"Wew, Angkasa, omongan lo terbalik sama apa yang lo lakui sekarang" Ucap Roby, yang duduk disebelah Angkasa.

"Berisik lo," Ucap Angkasa dingin.

"Rinka, itu si cupu, kok bisa bareng sama Angkasa sih, sebelahan lagi duduknya" Ucap Mira, yang mejanya bersebelahan dengan meja Angkasa dan yang lainnya.

Marinka yang kaget langsung melihat kearah Angkasa dan Dinda yang duduk bersebelahan, menatap tak suka.
"Berani lo deketi Angkasa, gak gue lepas lo Cupu!!" Batin Marinka.

Bersambung...

💜Angkasa 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang