#1 Adinda Aurelia

1.2K 24 2
                                    

°Sudah Revisi°

Siang hari ini cukup panas, Dinda duduk sendiri ditempat biasa ia makan siang di jam istirahat. Tidak seperti murid lainnya yang lebih memilih makan dikantin dengan aneka menu disana.

Dinda sangat menikmati bekal makanan yang Siska buatkan, tentu Dinda ada sedikit membuat menu makanannya sendiri,

"Woy, Din, kita nyariin lo tadi, tau nya udah sampe sini aja nih bocah," ucap Gladis, yang membawa sebungkus batagor favorit nya.

"Lo kalo lari kira-kira kek, Dis, mentang-mentang juara lomba lari antar sekolah, lo tega ninggalin gue," kata Clara, yanh nafasnya masih tidak teratur.

"Kalian berdua kenapa? ada nyariin aku? tumben,"

"Noh, pujaan hati lo tuh, nyariin lo tiba-tiba, tau dah kenapa," jawab Gladis.

"Siapa?"

"Angkasa lah, siapa lagi, cowok yang lo puja-puja sejak masuk SMA,"

"Seriusan? tumben banget nyariin aku,"

"Udah sono samperin, keburu berubah fikiran tuh orang, karna lo kelamaan mikirnya,"

Dinda langsung menyimpan bekal makannya yang tinggal setengahnya lagi, berlari kecil untuk menemui sang pujaan hati.

"Tapi dimana? lupa lagi nanya Gladis kak Angkasa nunggu dimana," fikir Dinda.

Dinda masih mencoba berkeliling mencari keberadaan Angkasa.

'ruang musik' Dinda tiba-tiba memikirkan ruangan tersebut dan berlari menuju ruangan musik.

Tepat, Angkasa sudah duduk didepan sebuah piano besar, tempat dimana para murid belajar main musik.

Perlahan Dinda berjalan mendekati Angkasa.
"Kak Angkasa cari aku?" tanya Dinda.

Angkasa hanya ber 'hm',

"Ada apa ya kak?

"Duduk dulu sini,"

Dinda menurut, dan duduk disamping Angkasa, dengan bangga, bahagia, dan gugup menyelimuti fikiran nya.

"Nih buat lo," Angkasa menyerahkan sebuah kotak kacamata.

"Ini?" tanya Dinda heran.

"Buat lo,"

"Buat aku? Kenapa?"

"Kemarin gue gak sengaja ngerusak kacamata lo, jadi sebagai gantinya gue beliin yang baru,"

"Kak Angkasa gak perlu ganti, aku gak apa-apa, seriusan,"

"Udah gue beli juga, gak usah takut soal minusnya,"
"Kemarin gue ambil sebelah kacamatanya yng masih utuh,"

Dinda paham, mengerti maksud ucapan dari Angkasa.

"Ma-makasih, kak,"

"Anggap itu ucapan permintaan maaf gue,"
"Gue pergi," pamit Angkasa, meninggalkan Dinda.

Melihat Angkasa menghilang dibalik pintu, Dinda melompat-lompat kegirangan,
"Mimpi apa, mimpi apa aku kemarin, tuhan baik banget sama aku hari ini," ucap Dinda entah pada siapa.

___________

Esok harinya Dinda coba kekelas Angkasa, niat hati membuatkan kue untuk ucapan terimakasih nya atas Kacamata yang diberikan Angkasa.

Namun, saat sampai dikelasnya, ia tak menemukan Angkasa, melainkan kedua sahabatnya, Roby dan Azka.

"Permisi kak Roby?" Ucap Dinda sopan, kepada Roby.

"Ah, lya" Ucap Roby dan melihat siapa yang memanggilnya.
" Eh Dinda, ada apa? tumben kekelas ini? Cari siapa?" Tanya Roby lagi.

"Ma-maaf kak, Kak Angkasa belom masuk lya?"

" Belom, mungkin bntar lagi,"
"Atau lo duduk sini aja dulu bareng gue sma Azka, sekalian nungguin Angkasa,"
"Sini Din," Ajak Azka, yang duduk didepannya.

"Gak usah kak, Aku titip ini aja, tolong kasiin sama kak Angkasa ya?"
"Boleh kan, kak?" tanya Dinda ramah.

"Oh yaudah, ntar kita sampaikan kalau Angkasa nya udah masuk,"
"Eh, yakin gak mau nungguin? Angkasa palingan bentar lagi sampai kok," tawar Azka lagi.

"Enggak kak, enggak usah, makasih banget tawarannya,"
"Aku permisi dulu" Ucap Dinda, keluar kelas XII IpaA, dan sampai pintu, Dinda tak sengaja bertabrakan dengan Marinka, yang kelasnya berada disebelah kelas Angkasa.

"Aduh, pake mata dong kalau jalan, Ceroboh banget" Ucap Marinka, sambil merapikan bajunya.

"Maaf kak, a-aku gak sengaja"

"Maaf-maaf, makanya pake mata kalo jalan" kesal Marinka.

"I-iya kak maaf"

"Yaudah, balik lo sana kekelas lo" Usir Marinka, dan berjalan menuju kelas nya.

"I-iya kak"

Bel Istirahat pun berbunyi, Dinda langsung pergi kebalkon untuk istirahat makan siangnya, namun setelah sampai, Dinda tak sengaja melihat anak laki-laki yang juga kesini.

"Siapa? kok kayak mirip, tapi gak mungkin bner dia kan?" ucap Dinda pelan,

Dinda mencoba sedikit mendekati pria itu, dan ternyata Dinda benar tak salah liat.
"Kak Angka?" panggil Dinda.

"Ngapain lo ikut gue kesini?" tanya Angkasa, yang melirik sekilas ke arah Dinda.

"Maaf kak, aku gak sengaja aku juga istirahat slalu disini"
"Yaudah, maaf ya kak aku balik aja, maaf banget ganggu kak Angka," Ucap Dinda lagi.

"Yaudah lo sini aja"

'Aku gak salah denger? kak Angkasa ngijini aku?' fikir Dinda

"Udah sini, ngapai lo melamun gitu" ucap Angkasa lagu, dan bangkit dari tidur siangnya.

"I-iya kak"

Dinda pun melangkahkan kaki nya, ia kini membawa minum yang sempat ia pesan dikantin.

"Kak mau minum?.." tawar Dinda

Angkasa langsung mengambil minuman yang ada ditangan Dinda.

'lagi minum aja dia ganteng,' fikir Dinda, masih setia memandangi wajah Angkasa.

Angkasa selesai minum, dan baru sadar, jika Dinda hanya membawa satu minuman.

"Lo beli satu?" tanya Angkasa.

Dinda hanya mengangguk.

"Udah gue minum, lo minum apa ntar?"

"Eh?" kaget Dinda, baru menyadari, Angkasa sudah meminum setengah minumannya.
"Eng-enggak apa-apa kak, aku bisa beli lagi nanti,"

"Atau mau gue ganti? gue bisa ke kantin sekarang,"

Dinda menggeleng.
"Gak usah kak," tolak Dinda.
"Minuman yang tadi juga masih ada, aku gak apa-apa minum bekas minuman kak Angkasa.

"Lo serius?"

"Ya serius kak,"

Angkasa memandang Dinda aneh, menggeleng pelan, namun terlihat senyum tipis disana.

Bersambung...

💜Angkasa 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang