#15: Pindah

314 9 0
                                    

  "Din, kayaknya kita harus pindah" Ucap mamanya Dinda.

Kini mereka duduk dimeja makan hanya berdua. Karna mengingat Dinda hanya tinggal berdua dengan mamanya, dan satu asisten rumah tangga.

"Ke-kenapa tiba tiba ma?" Tanya Dinda.

"Mama tiba tiba dipindahkan, disuruh mengurus kantor yang ada di Makassar sama atasan mama" Ucap pelan Siska, ia tau, Dinda pasti berat jika harus pindah, mengingat teman temannya, dan akan harus pindah sekolah juga.

"Harus banget ya ma? Apa gak bisa sampe Dinda lulus sekolah?" Tawar Dinda.

"Gak bisa sayang, mama juga udah bilang, sama atasan mama, tapi gak bisa, mama udah dikasih kepercayaan penuh" Jelas Siska menatap wajah anak semata wayangnya.

"Yaudah deh ma"
"Gimana kalo Dinda tinggal sendiri disini sampe lulus?" Lanjut Dinda.

"Kamu yakin mau tinggal sendiri? Gak mau tinggal sama mama?" Tanya Siska.

"Dinda udah mau naik kelas XII ma, sayangkan kalo Dinda harus pindah?"

"Iya, mama ngerti, tapi mama gak mungkin tinggalin kamu sendiri disini?"

"Kan ada Bik Ida ma? Bik Ida yang jagain Dinda"

"Jadi beneran kamu gak mau ikut mama?"

"Dinda juga bingung ma, satu sisi juga, Dinda gak bisa biarin mama tinggal sendiri"

"Yang terbaik buat kamu aja sayang, kamu fikir baik baik malam ini, mama akan berangkat minggu depan" Ucap Siska menutup pembicaraan.

Siska tau ini berat buat Dinda putri nya, tapi mau bagaimana lagi, semenjak kepergian Papa Dinda, mau tidak mau Siska bekerja keras untuk membiayai semua kebutuhan anaknya.

'Kayaknya enggak apa apa, kalo memang harus pindah, itu bakal buat gue lupain kak Angkasa, dan akan ngurangi beban fikiran kak Angkasa juga'

'Tapi gimana respon Clara sama Gladis? Apalagi Virgo, karna memang Virgo baru balik ke Bandung, malah gantian gue yang pergi' Dinda membatin.

Ia bingung, harus bagaimana, mulai dari mana besok ia akan membicarakan ini pada Ketiga temannya itu.

____

Dinda berjalan menyusuri koridor sekolah, melangkahkan kakinya menuju kelasnya yang ada di lantai dua. Sampai di tangga menuju lantai dua, Dinda melihat Angkasa yang baru ingin turun. Dengan cepat ia berbalik menghindar menuruni anak tangga, mencari tempat persembunyian.

'Tunggu, ngapain gue ngumpet? Pd banget kalo kak Angkasa bakal ngehalangi jalan gue? Bego banget' Batin Dinda.

Kini Dinda kembali melangkahkan kaki, melirik kesana kemari, untuk memastikan Angkasa sudah lenyap dari pandangannya.

"Huft.. Aman" Ucap pelan Dinda.

"Emang lo kenapa? Kok aman?" Ucap seorang pria yang berdiri tepat dibelakang Dinda.

'Shitt, gue kira kak Angkasa udah jauh' Dinda mambatin.

Dengan perlahan Dinda memutar badannya.

"Kak Angkasa" Sapa Dinda. Menganggap semua baik baik saja.

"Ngapain ngumpet ngumpet? Ada masalah? Sama siapa?" Tanya Angkasa bertubi tubi pada Dinda.

"Eh? Enggak, enggak ada apa apa kok, kak" Ucap Dinda. Sebiasa mungkin.

"Lo belom jawab pertanyaan gue kemaren" Ucap Angkasa.

💜Angkasa 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang