#16: Keputusan

321 10 0
                                    

Dinda bersiap saat Angkasa baru saja menelvon Dinda, jika ia akan berangkat untuk menjemput Dinda.

35menit, Angkasa sampai dihalaman rumah Dinda, Dinda dengan cepat turun untuk menemui Angkasa.

"Maaf lama kak" Ucap Dinda yang telah siap.

Dinda mengenakan dress biru muda selutut, menggerai rambut sepunggungnya, dengan pita yang menghiasi mahkotanya.

"Kalian mau kemana?" Tanya Siska ramah.
"Angkasa mau ngajak Dinda jalan tan, bolehkan?" Tanya Angkasa, bermaksud meminta izin.

"Boleh, jangan kemalaman antar Dinda pulangnya,"

"Iya tan,"

"Dinda sama kak Angka pamit, Ma,"

"Iya, hati hati bawa anak tante,"

Angkasa mengangguk, dan berpamitan pada Siska.

Kini mereka sudah berada didalam mobil, Dinda canggung dengan keadaan ini, Dinda hanya diam memandangi tangannya yang setia memegang ujung dress nya.

"Gak usah secanggung itu, santai aja" Ucap Angkasa yang melihat tingkah Dinda.

"Iya kak, maaf,"
"Lo gak salah, ngapaij minta maaf ?"
"Eh, iya juga kak" Ucap Dinda, tersenyum paksa.

"Ini mau kemana kak? Aku asing banget sama jalannya"
"Jelas lo asing, lo aja gak pernah kemana mana, taunya jalan kesekolah doang"
"Bener juga"
"Lo tenang aja, ntar juga lo seneng" Ucap Angkasa, menancap gasnya.

Sekita 25 menit, Angkasa berhenti disebuah caffe berlantai dua, caffe yang tak pernah Dinda kunjungi sebelumnya.

"Masuk, gak usah takut, ada gue," Ucap Angkasa, menarik tangan Dinda.
"Kita dia atas, disini terlalu rame," Lanjut Angkasa.

Dinda hanya diam menurut apa kata Angkasa. Dan mengikuti langkah kaki Dinda, puluhan pasang mata melihat kearah Angkasa. Begitu juga dengan pelayan dan semua kariawan disana menatap Angkasa.

"Lo duduk dulu disini" Ucap Angkasa, dan pergi meninggalkan Dinda.

Dinda hanya diam menatap kepergian Angkasa. Sekitar 5menit Angkasa kembali, membawa makanan mereka. Dinda mengernyit heran.

"Kenapa kak Angkasa yang bawa?" Tanya Dinda heran.
"Makan aja, jangan banyak tanya"

Dinda hanya menurut, ia memakan makanan yang dibawa Angkasa tadi.

Suapan pertama Dinda terdiam, bukan tidak enak, ia kagum dengan masakan disini, sangat enak menurut Dinda. Dinda pun melanjutkan makannya dengan lahap.

Bibir Angkasa terangkat melihat Dinda lahap memakan makanan didepannya.

Setelah selesai, Dinda melihat disekitar, kini mereka di ruangan atas yang tempatnya terbuka.

"Disini kok sepi?"
"Gue sengaja, nyuruh pelayan disini buat siapin ini"
"Yahh, berarti kak Angkasa ngeluarin uang banyak dong buat ini?"

Angkasa menggeleng kepala, ia bangkit berjalan ke ujung tempat itu.

"Ini Caffe nyokap, gue minta tolong buat kosongin tempat ini, dan cuma sediain ini doang,"

"Caffe Mama nya kak Angkasa?"
"Ini buat lo, semoga lo bisa terima gue,"

"Ma-maksud kak Angkasa?"
"Gue suka sama lo, bukan karna hal itu,"
"Gue sadarin kalo keberadaan lo buat gue nyaman, gue bisa lupain segala masalah gue,"
"Ta-tapi kak, aku gak pantes buat kak Angkasa,"

"Siapa yang bilang lo gak pantes? Cinta gak mandang apapun, kalo udah ketemu nyaman apanya yang gak pantes?"
"Bagi gue lo sempurna, lo baik, pengertian, penyabar banget, bagi gue lo itu manis," Lanjut Angkasa, berbalik melangkahkan kaki mendekatkan diri pada Dinda.

💜Angkasa 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang