7

1.1K 66 6
                                    

"Raskaaaaaaaalllllll!"

Aulia terus memanggil Raskal yang tampak cuek dengan ponsel di genggamannya. Di sebelah Raskal padahal ada Riana, tapi Aulia tidak pernah peduli dengan keberadaan pacar Raskal itu. Dengan memasang muka tembok, Aulia berjalan mendekati meja yang ditempati pasangan remaja itu.

Riana mendengus. Diam-diam Riana mencubit lengan Raskal. "Dewa! Itu tuh kamu ada yang nyariin," bisik Riana.

"Biarin aja," balas Raskal cuek.

"Dewa ih!" gerutu Riana, sebal. "Kamu nggak mikirin ya tanggepan orang-orang bakal kayak gimana kalau cewek itu kesini?"

Raskal menghela napas. "Aku nggak tau harus ngapain,"

"Kamu usir dong!" bisik Riana.

"Kok jadi aku?"

"Ish, Dewa!"

Raskal berdecak. "Kan kamu yang keganggu sama kehadiran dia. Masa aku yang disuruh ngusir?"

"Dewa!" Riana melotot sambil mencubit lengan Raskal. "Terus, kamu nggak keganggu gitu sama keberadaan dia?" Riana melirik sinis ke arah gadis yang memasang cengiran polosnya sedang berdiri di hadapan meja mereka tanpa mengatakan sepatah kata apa-apa.

"Bukan gitu maksud aku, Ria." balas Raskal ikut kesal. "Lagi pula, dia juga cuma diem aja. Jadi kamu nggak perlu capek-capek buang tenaga untuk ngusir dia."

"Tapi—"

"Hai, Raskal. Hai Kak Riana!" balas Aulia kelewat riang. Ia seolah tidak sadar tujuannya kemari adalah untuk mendekati pacar orang. "Aku boleh gabung, nggak?"

"Nggak!"

"Iya."

Raskal dan Riana langsung berpandangan. Raskal menatap Riana dengan alis bertautan. "Tadi kamu bilang, kamu nggak suka kalau dia disini?" Raskal berdecak. "Kenapa sekarang malah bilang 'iya', sih?!"

Riana melotot. Ia tersenyum sebagai kode kepada Raskal. "Dewa, kamu harus jaga image aku dong. Jangan ngomong kayak gitu!" ucap Riana pelan-pelan.

Raskal memutar bola matanya. Kesal dengan Riana yang selalu mengutamakan menjaga nama baik dari pada apa yang cewek itu sebetulnya rasakan. "Pergi lo!" kata Raskal kejam pada Aulia yang masih tersenyum lebar.

"Ish. Kok nyuruh pergi, sih?!" Aulia mengembungkan pipinya, pura-pura merajuk. "Aku 'kan baru dateng nih kesini. Baik-baik lagi mintanya mau gabung sama kalian. Kenapa malah disuruh pergi?"

Raskal berdecak kesal. Sedangkan Riana memasang senyum (pura-pura) supaya tidak membuat dirinya terlihat seperti cewek yang posesif.

"Please Kak Riana, Raskal. Bolehin aku gabung, ya?" pinta Aulia penuh harap.

"Kagak."

"Ya udah, Dek."

Raskal geregetan sendiri dengan pacarnya ini. Riana yang tidak suka dengan kehadiran si cewek sinting ini tapi Riana juga yang memperbolehkan si cewek sinting untuk gabung bersama mereka. Kadang, Raskal suka tidak paham dengan jalan pikiran perempuan yang aneh dan tidak bisa ditebak.

"Riana," panggil Raskal sambil menggeram jengkel. "Biarin kita usir dia sekarang. Kamu jangan bertindak konyol gini."

"Dewa sayang," panggil Riana, sekalian membuat Aulia sadar diri siapa posisinya. "Nggak ada salahnya 'kan kita biarin dia gabung sama kita disini? Mungkin, dia pengen tau kita kalau lagi ngobrol ngomongin apa aja. Iya 'kan, Dek?" Riana melirik Aulia.

Aulia mengangguk senang. Matanya berbinar. "Iya, Kak. Supaya nanti kalau aku pacaran sama Raskal, udah nggak bingung lagi sama topik yang akan dibicarain."

RISALAH HATI [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang