Epilog

483 44 16
                                    

"Enak ya jadi orang cantik," tutur Aulia sambil memandangi danau. Sorot matanya kelihatan sendu. "Bisa ngedapetin apapun yang diinginkan tanpa harus usaha banyak. Bahkan dengan cara senyum aja, kayaknya udah lebih dari cukup untuk menarik hati seseorang. Semudah itu."

Raskal menahan senyumnya. Raskal tahu kalau Aulia merendah seperti ini tandanya Aulia sedang cemburu. Dan tidak dapat dipungkiri, kini Raskal senang jika Aulia cemburu dengannya. Hal itu menunjukan seberapa besar perasaan gadis itu untuknya. "Emang. Jadi cewek cantik emang gitu. Makanya tipe cewekku itu yang cantik-cantik."

Aulia tidak berani membalikan tubuh. Aulia masih setia memandangi danau dengan perasaan sesak karena Raskal telah mengatakan hal itu. Aulia cukup sadar diri Aulia memang bukan perempuan cantik. "Iya aku tau kok. Tipe cewek yang Raskal suka 'kan kayak Riana. Cantik. Putih. Tinggi. Perfect pokoknya. Cocok sama Raskal yang ganteng. Kayak pasangan di disney-disney yang suka aku tonton."

"Kamu bener. Riana emang cewek yang nyaris sempurna buatku," kini Raskal berdiri tepat di sebelah Aulia. Melirik gadis itu sambil menahan senyum. "Gue nggak bisa munafik. Gue suka sama cewek yang cantik. Dan Riana adalah salah satu cewek idaman aku. Tapi semenjak kenal kamu, aku baru ngerti. Ternyata cantik aja nggak cukup."

Aulia menoleh. "Maksud Raskal?"

"Aku mau lebih dari sekadar cantik. Tapi juga hati yang baik," Raskal ikut menoleh. Wajahnya semakin tampan karena laki-laki itu tersenyum memandang Aulia. "Lagian, sesuatu yang didapat dengan cara instan, hasilnya nggak bakal enak. Contoh, mie instan bisa aja langsung dimakan tanpa harus direbus dulu. Tapi nggak akan enak. Bisa bikin perut sakit juga. Lain kalau direbus dulu, rasanya pasti bakalan jauh lebih nikmat."

"Raskal ngambil filosofi dari mie instan?" tanya Aulia. "Bukannya Raskal sukanya makan pempek?"

Raskal mengangguk, "Iya. Pempek lebih rumit lagi buatnya. Banyak step yang harus dilalui supaya bisa enak untuk dimakan,"

Aulia tersenyum kecil, "Kayak aku yang bisa dapetin Raskal dengan banyak tahap ya?"

Raskal terkekeh,  "Kata siapa kamu bisa dapetin aku?"

Senyum Aulia memudar. "Jadi, sampe sekarang aku belom bisa dapetin Raskal?"

Raskal meraih tangan Aulia secara tiba-tiba hingga sang gadis langsung terpaku dibuatnya. Jantungnya bekerja begitu cepat saat telapak tangan Raskal menyentuh tangannya yang kurus itu. "Kamu lebih dari sekadar dapetin aku," kata Raskal. "Kamu bisa dapet hati aku. Kamu juga bisa dapetin kebahagiaan aku."

Aulia tersipu, "Aku bisa dapet kebahagiaan Raskal?"

Raskal mengangguk, "Mau tau apa kebahagiaanku?"

Aulia menggeleng, "Enggak tau. Emangnya apa?"

"Kamu," ucap Raskal. Ia menyelipkan sejumput rambut Aulia ke belakang telinga. "Kebahagiaanku itu kamu. Makanya, sekarang kamu harus cintai diri kamu sendiri. Jangan lagi membandingkan diri kamu dengan orang lain. Karena aku nggak mau kebahagiaanku sampai rusak karena kamu terus nyakitin perasaanmu sendiri."

"Raskal.." panggil Aulia menahan dirinya untuk tidak menangis. "Udah dong.. Jangan bicara dengan kalimat yang semanis itu lagi."

"Kenapa?"

"Aku.. Terharu. Aku jadi mau nangis."

"Ya udah. Nangis aja."

"Gapapa?" tanya Aulia. "Aku nggak mau Raskal ilfeel terus nggak suka lagi sama aku karena aku cewek yang cengeng."

"Nangis, Uli. Gapapa. Selama kamu nangis bahagia. Aku pasti ngebolehin kamu," ucap Raskal. Tangannya menggenggam hangat jari-jemari kurus milik Aulia.

"Beneran nggak apa-apa?" tanya Aulia masih menahan air matanya yang menggenang di pelupuk mata.

"Gapapa, sayang." ucap Raskal yang semakin membuat rasa haru Aulia semakin menguar. Aulia tidak akan menyangka kalau pada akhirnya ia bisa memiliki Raskal. "Aku bakal ada untuk memeluk tubuhmu saat kamu nangis. Aku bakal kamu peluk terus sampai nangisnya selesai."

Aulia mengangguk. Ia mendekatkan tubuhnya ke arah Raskal. Mulai mendekap tubuh jangkung Raskal dengan erat. Tangisannya keluar bebas. Aulia tahu ia berlebihan karena menyayangi Raskal sampai sedalam ini. Tapi mau bagaimana. Inilah yang memang Aulia rasakan untuk Raskal. Sebuah perasaan yang tidak akan pernah padam meski telah banyak disiram risiko dan  permasalahan.

"Rasanya aku sampe mau nangis terus-terusan biar bisa peluk Raskal kayak gini melulu."

"Kalo gitu, nangis yang banyak."

Aulia semakin tersenyum lebar mendengar Raskal bergumam. Beberapa detik berjalan, Raskal mengurai pelukannya. Ia mengusap pipi Aulia yang basah, lalu mengecupnya cepat. Aulia merasakan panas pada pipinya saat merasakan kecupan mendadak dari Raskal. Kemudian, Raskal membungkuk. Bicara tepat di telinga Raskal.

"Kamu berkali-kali lipat lebih cantik dari Riana," bisik Raskal. "Kamu cantik dengan caramu sendiri. Cantik yang tanpa harus merendahkan orang lain. Cantik yang selalu berbaik sangka sama orang lain. Dan yang terpenting—" Raskal menjedanya sejenak. "—cantik yang bisa bikin aku jatuh cinta sampai sedalam ini."

"Aku juga cinta sama Raskal." Aulia menjawab malu-malu. "Raskal juga ganteng."

Raskal menggeram gemas, "Aulia," panggilnya dengan nada rendah. "Apa yang harus aku lakuin untuk bisa melihat wajah menggemaskan kamu setiap saat?"

Aulia menunduk, pipinya bersemu.

Raskal menarik napas panjang. Raskal mendongakan kepala Aulia agar menatap ke arahnya. "Gunain mata indah itu untuk terus menatap mataku," ujar Raskal. Kemudian, Raskal memegang tengkuk Aulia. Mendorong pelan kepala gadis itu agar maju ke depan. Begitu juga kepala Raskal yang ditundukan agar bisa mendekat ke wajah Aulia yang mulai merona. "Pejamin mata kamu, Aulia."

Aulia menuruti perkataan Raskal. Hingga secara mendadak, Riskal memiringkan kepalanya dan bibirnya meraih bibir tipis Aulia untuk dikecup dengan mesra. Cukup lama bibirnya terdiam disana. Merasakan tubuhnya seolah dialiri listrik dengan kekuatan penuh hingga darahnya ikut berdesir cepat. Begitu juga Aulia. Jantungnya bekerja sangat cepat saat bibir Raskal bergerak mencecapi bibirnya dengan penuh perasaan.

"I love you, Aulia Dina Sarasyanti," ucap Raskal. Tangannya mengusap bibir Aulia yang habis dikecupnya. "Love you more than myself."

TAMAT

***

Thanks yang udah baca Risalah Hati.

Komentar kesan-pesan kalian setelah baca ini, ya.

Makasih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RISALAH HATI [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang