"Ding dong ding dong dung ding dung dong,,,, diharap kepada seluruh penumpang diharapkan untuk tetap tenang dan tetap duduk di kursi masing-masing" bel kereta yang khas itu berbunyi hampir bersamaan dengan tanda peringatan dari pramugari. Seketika kereta berkecepatan 200 km/jam itu menabrak sebuah bus yang telat menyebrang pada gerbang penyebrangan. Riuh suara penumpang seketika tergantikan dengan suara hening dan rintihan sakit saat tubuh merekaa yang terpental dari kursi yang mereka duduki.
****
"Astaghfirullah, mimpi buruk itu lagi" kata Iza sambil mengelap keringat yang bercucuran di keningnya. Waktu menunjukkan pukul 6 pagi."Oh shit gue harus cepetan,, bisa telat woe gila lu zaa bisa-bisanye kesingan begini" dengan gerakan terburu-buru Iza pergi ke kamar mandi dan bergegas pergi ke sekolah dari kos-kosan yang ditempatinya itu.
Iza berlari untuk mengejar bus yang biasa ia tumpangi. Memang Iza tidak hidup dengan orang tuanya, melainkan hidup di kos-kosan. Gadis berambut panjang dan berkornea coklat itu sudah lama meninggalkan rumahnya karena ia sudah tidak tahan dengan pertengkaran setiap hari yang dialami orang tuanya.
"BANG TUNGGUIN IZA UDAH MAU TELAT NIHH..." dengan nafas terengah-engah dan suara lucu bak anak kecil itu keluar tanpa sadar olehnya.
"Iyoo cepetan rene mlayu,, ayoo gek cepet ben kuru" ucap kernet bis.
"IYA MASSS IYA NGGAK USAH NGEJEK GITU DONGG" jawabnya lagi sambil memasang wajah lucunya.
"Ciiitttt" suara rem bus kota yang khas itu terdengar nyaring di telinga, lalu bus pun berhenti.
"Makasih ya Pak Karto yang baik hati dan tida soms, Iza janji dehh besok nggak akan mberhentiin bus sembarangan di pinggir jalan gini,, hehe janji dehh beneran ga boong"
Ucap Iza sambil meringis menuju tempat duduk yang kosong didepan dsn dekat dengan sopir bus yang dipanggilnya Pak Karto tadi."Iyo nok rapopo,, ojo dibaleni meneh lo, kasian penumpangku seng liane.." jawab pak karto dengan gaya bahasa khas miliknya.
****
Iza menengok ke jam tangannya, "wagilak bisa telat beneran gue,," lagi-lagi ia harus berlari untuk menuju ke kelasnya.Ketika hampir didepan kelas ia berfikir apa sebaiknya alasan yang digunakan saat bu Ifah guru Agamanya itu menanyakan padanya.
"Wah gue punya ide ni,,, ntar kalau gue jawab kesiangan udah mainstream, kalau nganter adek udh alesannye Dodi, kalau emm..kalau kalau an mulu,, kesel dah cuma mikir buat alesan doang e lah.." batinnya, sambil membenahi kucirannya. Ternyata sebelum sampai kelas ia sudah dikejutkan oleh bu Ifah yang sudah ada di belakangnya.
"IZA AMALINA GABRIELLA!! Kenapa jam segini baru sampai sekolah?" Tanya bu Ifah
"Nah kan si gendut monster bawel dateng,, jawab ape nih,, mikir ayo Zaa" batin Iza
"AYO JAWAB IZA AMALINA, saya bertanya dijawab jangan cuma diam saja"
"Ah iya bu maaf saya datang terlambat, tadi Supir busnya kebelet buk, jadi penumpangnya harus nungguin dulu gitu,, kasian tadi sampe BAB di celana bu.."
"SUDAH SANA MASUK KE KELAS! Alasan paling tidak masuk dengkul,, eh AKAL maksudnya, yang pernah saya dengar"
"Akal kali bu,, aduh gimana sih lawaq deh ibu" jawabnya dalam batin.
"Ya udah bu kalo ngga percaya,, ba baii bu,,, Iza masuk duluan mwahh" ucapnya dengan penuh percaya diri "yes akhirnye lolos juga ni sama macan satu." Batinnya lagi.Memang bu Ifah adalah guru yang paling ditakuti oleh anak-anak muridnya. Ia adalah guru yang tegas dan sangat tertib aturan. Tubuhnya gendut, cantik, sedikit murah senyum dan cerewet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Yang Selalu Ada(?)
Teen Fiction"Es cincau ada ngga? yang manis, bikin adem juga,, hehehe" jawab Iza nyleneh. "LAH MALAH CURHAT. dah serah ntar makan aja apa yang gue pesen de cape gue ngomong sama elo Za" Jawab Karin kesal.