Rasa Itu

55 11 4
                                    

"Heyy" terdengar suara yang tak asing berada di belakangnya.

Iza menengok ke belakang dan mendapati Alzena di belakangnya. "Eh Kak Alzena,,, oiya ini sweaternya kelupaan hehe" jawab Iza malu-malu.

"Santai aja gih, besok aja kembaliinnya juga ngga apa-apa. Atau kalo lo mau buat lo aja,," ucap Alzena kepada Iza.

"Hehe nggak kak makasi,, besok pagi bakal balik kok ni sweaternya.. ya udah itu busnya udah dateng duluan ya kak,," jawab Iza sambil melambaikan tangannya ke kakak kelasnya itu. Terlihat Alzena melambaikan tangannya balik kepada Iza.

Iza tidak mengerti apa yang ia rasangkan,, tak dapat dibayangkan, jantungnya berdebar dengan cepat, keringatnya bercucuran amat deras. Keringat itu entah karena di dalam bus terasa sesak atau karena persaan itu,,, Entahlah.

-

"Zen,, ngomong-ngomong" fauzan atau yang lebih sering dipanggil Oza itu. Dia adalah teman kelas Alzena yang selalu sebangku dengannya dari kelas 2 SMP. Alzen juga bingung kenapa ia tak pernah bosan duduk dengan Oza selama itu, mungkin karena sifat keduanya yang humoris membuat mereka cocok satu sama lain.

"Apee?" Sahut Alzen belum saat Oza selesai berbicara.

"Dengerin dulu napa. Langsung to the point aja de, itu tadi yang lu tumpahin kuah bakso ke seragamnya gimana tuh?" Tanya Oza pada Alzena

"Gimana apanya maksud lu?" Jawab Alzen

"Ya gimana kek, marah kek, malu kek, atau apalah nangis gitu"

"Ohh,, ngga kok tadi dia awalnya juga mau marah gitu, tapi kayaknya dia udah tau kalo gue yang ga sengaja numpahin jadinya dia diem aja. Yaudah gue buntutin ke toilet trs gue kasih aja sweater abu-abu gue" jelasnya panjang lebar.

"Oh gitu,, cantik juga tu orang, siapa si namanya?" Tanya Oza kembali.

"Gatau juga, ngga sempet kenalan gue. Tapi tadi gue denger temennya manggil namanya kalo ngga salah Iza gitu"

"Deketin sana gihhh,, lumayan lu dapet si Iza gue dapet temennya hahaha,, lumayan cantik juga tu tmnya Hahahahaha" goda Oza. Alzena hanya menatapnya aneh dan meninggalkan Oza tanpa pamit.

"MAU KEMANA LUU GUE NEBENG KEK!!" teriak Oza.

"Ogahhh,, pulang aja sana ngojek, males gue setiap hari nganterin pulang lo,, HARUSNYA IZA YANG GUE ANTER PULANG" entah apa yang dipikirkan saat itu, ia keceplosan menyebutkan nama Iza didepan si tengil itu.
"Bodoh lu Zenn,, ngomong apaaan sihh luuu, gabakal lu suka sama Iza" batinnya.

"NAH KAN APAAN GUE BILANGGG,, ALZENNNN MAU NGGEBET ADKELL CUYYYYYY,, HAHAHAHHA RASAINNN TUH ZENN BANYAK YANG DENGER" ejek Oza pada Alzen. Alzen malu dan ia langsung menaiki motornya lalu meninggalkan temannya sendiruan.

"Sialan si Oza"

-
Sesampainya di kos-kosan Iza mandi dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Tiba-tiba handphone nya berdering lalu ia melihat dan ternyata ibunya yang menelponnya.

'Ibu calling' lalu diangkatlah telpon itu dengan ragu.

"Assalamualaikum Izaa,, haloo?" Terdengar suara ibu bercampur suara isak tangis orang-orang yang ada di dalam telpom itu.

"Waalaikumsalam, iya ini Iza bu ada apa?"

"Izaa pulang nakk,, ini nenek udah ngga ada.." tedengar suara ibunya sambim menahan menangsis.

"Hah? Ibu ngga usah bercanda, Iza ngga mau pulang kalau ayah dan ibu masih bertengkar" jawab Iza tidak percaya.

"Izaa ibumu tidak berbohong, ayo sini pulang za,, nenek udah ngga ada" kini terdengar suara  tantenya yang ada di telepon itu. Iza tak mengerti apa yang telah terjadi, handphonenya terjatuh, mulutnya menganga masih tidak percaya. Seketika ia menangis mendengar orang yang sangat sayang kepadanya sejak kecil itu sudah tiada. Ia menyesal tidak ada disamping neneknya sebelum anjal menjemput. Kata tantenya nenek Iza sempat menanyakan "Iza dimana? Nenek kangen". Sungguh menyesal rasanya.

Dia Yang Selalu Ada(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang