Jakarta, 9 Desember 2018.
Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Hari ini, pekan terakhir Liga 1 musim 2018 akan mempertandingkan 2 partai penting penentu Kampiun Liga tahun ini. Ya, PSM melawan PSMS dan favoritku, Persija Vs Mitra Kukar. Aku yakin pertandingan ini akan berjalan seru karena 2 dari 4 tim yang kusebut tadi akan bertarung demi tahta, dan 2 lainnya akan bertarung demi bertahan di kasta persepakbolaan tertinggi musim depan.
Gue berangkat dari rumah sekitar pukul 8.00 WIB, karena instruksi dari Korwil Ragunan, keberangkatan hari ini “Satu Komando” dengan tikum sebuah lapangan kosong di daerah Jeruk Purut pukul 11.00 WIB. Setelah beberapa persiapan, kami pun berangkat menuju GBK, tempat pertandingan diselenggarakan sekitar pukul 14.30 WIB. Ada kegelisahan gue tidak akan dapat masuk ke stadion tepat waktu, berdasarkan pengalaman rekan saat Persija bersua Bali United pada partai Final Piala Presiden Februari lalu.
Begitu masuk kedalam, warna oranye dan merah mendominasi seisi stadion. Tribun Timur Zona 8 yang gue tempatin begitu sesak, karena ada koreografi yang entah apa gabisa gue liat karena gue salah satu yang terlibat membuat koreografi itu bisa dibaca oleh penonton di Tribun Barat dan di layar kaca.
Sebelum kick off dimulai, gue mulai mengangkat kedua tangan dan mengucap doa semoga pertandingan berjalan seru dan Persija dapat memenangkan pertandingan. “Priiiiiit!” Pluit kick off dibunyikan, bersamaan dengan kuusap kedua tangan ke muka dan mengucap “Aamiin”. Pertandingan berjalan menarik, namun hati tetap tak bisa tenang. PSM sudah unggul 2 gol di Mattoanging, sementara Persija masih buntu gol. “Priiiit!” Penalti untuk Persija. Simic yang akan mengambil tendangan itu. Gue yang masih tidak tenang, hanya duduk di kursi sambil meletakan kedua telapak tangan di muka dan berdoa, tidak melihat kearah lapangan dan eksekusi yang dilakukan Simic. Tak lama, sorak sorai penonton bergemuruh, menandakan Simic sukses menjebol gawang Mitra Kukar dari titik putih. Gue tetap terduduk, berucap “Alhamdulillah” sampai seorang yang duduk didepan gue menoleh kebelakang, menepuk pundak gue, mengajak tos dan menunjukan gelagat ingin memeluk. Gue balik memberi isyarat iya dengan meraih tangan dan memeluknya. Hingga akhirnya peluit babak pertama dibunyikan wasit, gue masih gak tenang meskipun Persija unggul 1-0. Karena di pertandingan lain, PSM ngamuk dan unggul 4-0 dari PSMS. Mau tidak mau, cuman satu kata yang bisa bikin Persija Juara, MENANG!
Pertandingan babak kedua dimulai. Pertandingan masih tetap seru, Persija tetap ngotot buat nambah gol. Yang ditunggu pun tiba, kemelut depan gawang YJH membuat Simic bikin gol kedua lewat kepalanya. Gue yang saat itu lagi berdiri dan bernyanyi sontak lompat kegirangan karena melihat wasit gak ngangkat bendera yang artinya gol Simic sah dan dianggap gol. Skor 2-0 bertahan sampe menit 88, hingga akhirnya Mitra Kukar bikin gol yang gue gak ngerti prosesnya bagaimana karena gue lagi fokus ngeliatin beton tribun atas yang “ngeletek” akibat Poznan yang dilakukan The Jakmania. Skor 2-1 makin bikin gue gelisah, gak sanggup buat ngeliat dengan mata terbuka makanya gue taro kedua tangan didepan muka sambil berdoa. Wasit mengangkat papan tambahan waktu dengan angka “3”, yang artinya tambahan waktu yang diberikan wasit selama 3 menit. Makin acak-acakan perasaan gue. 3 menit kerasa lama banget karena Mitra Kukar lagi tune in dan terus-terusan nyerang pertahanan Persija. Gue gak sanggup ngeliat, cuman duduk dan berdoa. Sampai akhirnya waktu yang ditunggu tiba.
“Priiiit!” Pluit tanda pertandingan usai dibunyikan. Tidak ada tambahan gol di sisa 3 menit tadi. Gue sontak berdiri dan berteriak “PERSIJA GUA JUARA” ditengah riuh seluruh stadion yang bernyanyi “Champione champione…ooo..ooo”. Gue peluk orang di sebelah gue yang gue gatau dia itu siapa. Saat itu, gue yakin seisi stadion gaakan mengelak berpelukan meskipun kita tak kenal dia siapa. Seketika itu juga air mata gue ngalir. Gue nangis ketika tau hari ini akhirnya tiba. Gue rekam beberapa momen penting lewat hp gue, karena gue tau ini momen langka dan belum tentu tahun depan bakal kembali terjadi.
Selebrasi dilakukan pemain dan offisial di tengah lapangan. Piala diangkat bersamaan dengan convety yang keluar. Piala diarak keliling lapangan oleh para pemain untuk menyapa seisi stadion yang ingin melihat piala itu lebih dekat. Dengan backsong Persija Menyatukan Kita Semua dan Kemenangan Kita Semua, piala itu digilir dari pemain satu ke pemain lain. Air mata gue gak bisa dibendung. Untuk kesekian kalinya gue menangis haru ngeliat tim yang gue banggain sejak kecil lagi victory lap piala liga setelah sekian lama tidak terjadi. Sampai akhirnya gue keluar dari stadion dengan perasaan yang campur aduk. Bahagia, sedih, senang, haru jadi satu. Dan gue minta tolong adek gue buat ambilin foto ini, sebagai bukti kalo gue jadi saksi sejarah pernah melihat langsung Persija Juara di stadion ini.
17 tahun penantian dan rasa penasaran gue terbayar, melihat Persija Jakarta bisa angkat piala lagi di Kota Jakarta. Gue percaya mimpi gue liat Persija juara suatu saat akan terwujud, dan benar terwujud malam itu. Terimakasih, karena telah mewujudkan mimpi gue dan puluhan ribu Jakmania yang lainnya untuk melihat Kota ini berpesta pora kembali. Dan teruntuk kalian yang telah mendahului gue, gue cuman mau bilang “Persija Kita Juara, Jak. Sampai Jumpa di lain waktu”. Terakhir, terimakasih buat sejarah yang telah kita ukir bersama, selamat, silahkan berpesta tapi tetap selalu rendah hati dan jangan jumawa.“Jakarta Rindu Euforia, dan euforia ini sudah kita dapatkan, maka rayakanlah. Gue bangga bisa cinta sama lo Persija, sampe kapanpun akan terus begini.“
PERSIJA SAMPE MATI!
Akhir kata.. PERSIJA GUE JUARA!🏆
📰@_Awayday
KAMU SEDANG MEMBACA
Quotes Persija
PoetryMenulis Quotes Ini? Gaada Kepikiran Sekali Pun Heheh;b Karena Selama Ini Aku Hanya Membaca² Sadja Cerita Punya Orang, Eh Bukan Berarti MengCopy Paste Milik Orang,- #SalamTusukSomay #DariAdminMns #SyamsAdhanny Sebelum Baca Mari #Ikuti Akun Wp Aku Yaa...