01. Sikap Baik

7.6K 549 46
                                    




"Jangan bersikap terlalu baik, orang lain akan salah mengartikan."

Kyungsoo sendiri tidak ingat, entah sudah berapa kali ia berucap hal yang sama. Kalimat yang semacam itu terlalu sering terlontar dari bibir manisnya seiring kebersamaan bersama Kim Jongin.

Jongin bukan tipikal lelaki yang tak acuh dengan nasihat apalagi jika itu tuturan dari bibir Do Kyungsoo, Jongin suka sekali mendengar nasihat-nasihat yang diucap Kyungsoo untuk dirinya.

Akan tetapi, Jongin berkata tidak untuk nasihat yang satu ini. Jongin tak mau peduli dengan semena-mena meledeki, "Lalu? Kau pasti salah satu orang yang salah mengartikan?" Jongin tahu, Kyungsoo tak bisa menjawab kala Jongin meledeki dengan pertanyaan semacam ini.

Lagi pula, memangnya dosa apa yang akan Jongin dapat jika ia berbuat baik pada semua orang. Bahkan menurut Jongin hal baik jika ia menjadi orang yang baik. Kyungsoo selalu saja hanya bisa berspekulasi negatif tanpa tahu alasan nyata untuk mendukung ucapannya.

"Kyung, sikap baik bukanlah masalah besar. Itu akan menguntungkanmu di masa depan." Jongin mencairkan keadaan. Dia tidak suka rona panik yang tersirat dari roman milik teman cukup dekatnya setelah ledekan telak yang Jongin ucapkan.

"Sikap baik tidak akan diingat oleh orang lain, Jong." Nah, satu lagi; asumsi sembarang yang tak beralasan. Jongin rasa teman cukup dekatnya punya masalah dengan yang namanya kebaikan. Tak heran jika selama kebersamaan mereka, Kyungsoo lebih banyak tak acuh dengan sekitar. Dulu pun, jika Jongin tidak serta merta menggauli pula mengajak bicara, barangkali lelaki mungil ini akan terus menikmati eksistensinya sendiri bak manusia kesepian.

"Hei, sebenarnya apa masalahmu?" tanya Jongin. Langkahnya ikut terburu-buru mengejar Kyungsoo yang akan keluar dari perpustakaan kampus mereka.

"Kebaikanmu hanya akan diingat ketika kau di dekat mereka, setelah kau pergi, mereka bahkan akan melupakan wajahmu."

"Tidak. Bukan itu maksudku." Jongin menahan pintu loker yang akan dibuka oleh teman lelakinya. Jongin sebenarnya malas sekali berdebat, karena pada akhirnya si jenius Do Kyungsoo-lah yang akan menang. Namun, barangkali lantaran dia terlalu jenuh dengan Kyungsoo yang selalu saja kontra dengan sikap baik yang Jongin tunjukkan.

"Maksudku, aku bersikap seperti ini pun bukan untuk diingat, Kyung. Hanya saja, ketika aku masih bisa bersikap baik, masih bisa menolong orang, dan masih bisa peduli sekitar, kenapa tidak? Bahkan itu tidak merugi sama sekali." Jongin bicara cukup tegas. Dan, memang tak ada alasan untuk seorang membatasi perbuatan baiknya.

Kyungsoo menghela napas berat, lalu menyingkirkan tangan Jongin dari lokernya. "Sikap baikmu itu membuat orang salah paham," ucap Kyungsoo sembari menarik keluar tas ransel dari dalam loker.

"Salah paham? Who?"

Kyungsoo meniup rambut tipis di dahi, pintu loker lalu ditutup agak kasar. "Kau tidak akan mengerti karena bukan kau yang menerima kebaikanmu itu!" Nada dari bibir Kyungsoo terdengar sangat kesal kala mengucap kalimat ini.

"Lalu buatlah aku mengerti, kenapa?"

Kyungsoo akan kembali menjawab jika saja tak ada suara lain yang menegur Jongin dari belakang punggung. "Kak Jongin, sudah selesai diskusinya?"

Gadis itu tersenyum sejurus Jongin segera menoleh. "Oh, Jinkyung ah," sapanya.

"Ayo makan bersama," ajak gadis itu dengan senyum manis khas yang ia miliki. "Kak Kyung juga, ayo ikut makan bersama." Tak lupa dia mengajak Kyungsoo yang baru saja menghela lagi napas tipis.

Dengan segera Kyungsoo menggeleng kepala, tangannya ikut bergoyang menolak ajakan. Dengan senyuman, Kyungsoo berucap, "Kalian berdua saja, aku tak ingin mengganggu, lagi pula Profesor Kwon memanggilku."

Bohong. Sungguh, itu adalah kebohongan belaka yang bahkan membuat Jongin harus berkerut dahi mendengarnya. Profesor Kwon baru saja pulang dengan mobil sedannya beberapa saat lalu.

Kyungsoo kemudian menggosok telapak tangan pada celana jin, membuang keringat yang tiba-tiba muncul di sana. "Dan yeah, selamat makan Jinkyung, Jongin. Aku pergi dulu." Setelah meninggalkan senyum tipis, Kyungsoo berbalik dan melangkah: meninggalkan sejoli di mabuk cinta yang mulai merengek manja satu sama lain.

Barangkali Kyungsoo terlalu banyak menghela napas sehingga dada menjadi terasa sesak sekarang.

Jika saja Jongin adalah lelaki yang peka, mungkin dia akan mengerti mengapa sikap baiknya akan membuat orang lain salah paham. Sayangnya, Jongin tidak terlalu peduli masalah hati orang lain. Termasuk hati seorang Do Kyungsoo.

***

Good Manner Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang