07. Petuah

3.1K 490 162
                                    



"AARGHH—AISHH!"

Surai di kepala teracak sejurus umpatan itu keluar dari bibir Jongin. Dia sudah memikirkan semalaman, dia juga sudah berusaha bertemu lelaki mungil si pelaku penciuman semalam. Akan tetapi, otaknya masih saja tak beres dan terus memikirkan kejadian tadi malam.

Jongin bisa mengerti mengapa Kyungsoo melarikan diri beberapa saat lalu. Itu wajar lantaran kejadian semalam bukan hal yang disengaja, hal itu di luar kendalinya. Namun, Jongin masih tetap menginginkan jawaban yang pasti. Dia juga ingin tahu mengapa dada terus berdetak tak menentu tiap kali mengingat bibir tebal semalam yang mengecup begitu manis.

"Aku gila! Aku gila!"

"Ada apa sih?" Jongin tersentak oleh pertanyaan yang terdengar di hadapannya. Oh Sehun, pemilik kafe yang didatangi sekaligus sang sahabat, bertanya tentang kekacauan Jongin.

"Kau kenapa? Ada masalah dengan Jinkyung?"

Ah, benar Jinkyung; sang kekasih. Jongin bahkan melupakan begitu saja. Entah sudah berapa banyak pesan yang dikirim Jinkyung sehingga membuat Jongin merogoh ponsel untuk memeriksa.

Bahkan panggilan telepon yang dilakukan gadisnya sudah terlalu banyak. Jongin benar-benar mengabaikan ponselnya semalaman. Pikirannya terlalu kacau.

"Ah, Hun?" Tangan yang bermaksud mengetik kata-kata untuk membalas pesan Jinkyung, terhenti begitu saja. Jongin tertarik untuk bertanya sesuatu pada sahabatnya.

Sehun menyimak, menatap serius sang teman yang akan memberikan pertanyaan. "Ini cerita tentang temanku," ucap Jongin memulai pertanyaan.

"Dia bertanya pendapat padaku. Jika seorang sahabat yang sedang mabuk tiba-tiba datang mencium bibir dan mengatakan aku cinta padamu, menurutmu, aku harus bagaimana?"

"Kau yakin ini cerita tentang temanmu? Bukan tentangmu?" Sehun meledeki.

"Aish! Ini tentang temanku!"

Sehun menghela napas, dia mengedik sembari tersenyum tipis. "Apa kau tidak pernah tahu frasa kebenaran ketika mabuk?" tanya Sehun. "Kata orang, mereka yang mabuk cenderung berkata jujur. Jadi kurasa dia berucap sesungguhnya. Atau mungkin selama ini memendam dan ia tak berani mengucapkannya padamu."

Jongin tertegun akan jawaban sahabatnya. Dia masih tak percaya, tetapi kepala kembali mengira-ngira jika seseorang yang dicintai Kyungsoo dan lebih memilih orang lain, seperti yang disebutkan temannya semalam, adalah dirinya.

Dia masih tak habis pikir mengapa Do Kyungsoo yang selama ini selalu berkata hal-hal yang sebenarnya, kini malah memendam rasa; dan, Jongin tak menyangka juga jika sahabatnya memiliki orientasi seksual yang menyimpang.

"Hah, dia bahkan mengatakan jika dia tak mengingat kejadian semalam. Dia benar-benar menyiksaku!" Jongin bergumam. Sebenarnya bagian ini yang membuat Jongin begitu kesal. Dari semua kejadian semalam yang membuat kepala terasa ingin pecah, kemudian dia mengatakan tak mengingat apa pun.

"Ah, jadi benar ini tentangmu?" Kembali Sehun memancing.

Jongin tersentak dan melirik. "T—Temanku, maksudnya menyiksa temanku."

Sehun tersenyum. "Tetapi, aku tak masalah jika itu tentangmu. Lagi pula Do Kyungsoo adalah orang yang baik."

Jongin menghela napas. "Dia baik sekali, tidak ada sahabat terbaik lainnya selain Do Kyungsoo! Tetapi, aku dan dia adalah lelaki dan lelaki, bagaimana bisa lelaki dan lel—" Jongin menghentikan ucapan kala tersadar ada yang salah.

Dia tergemap sejenak dan melirik Sehun. "H—Hei? Bagaimana kau bisa tahu ini adalah Do Kyungsoo?"

"Itu terbaca dengan mudah di wajahmu, Kim. Lagi pula cara Kyungsoo menatapmu selama ini begitu berbeda. Hah, aku sendiri tak menyangka jika aku begitu hebat dalam hal menebak masalah cinta semacam ini." Sehun terkekeh membanggakan diri.

Good Manner Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang