"Aduh! Aduh! Pipiku sakit sekali."
Rengek mengeluh yang terdengar di ruang tamu sama sekali tak membantu Kyungsoo. Alih-alih, detak jantung semakin tidak bisa dikendalikan. Jongin berhasil membuatnya kacau balau.
Seharusnya Kyungsoo melepaskan tangan yang menahan tadi dan terus melangkah meninggalkan setelah tamparan telak di wajah yang tampan, seharusnya ia tidak tergiur dengan ajakan mari kuantar pulang, dan seharusnya Kyungsoo tak perlu peduli seberapa besar ia harus menghemat ongkos bus kota sehingga ia bisa dengan mudah menolak ajakan itu.
Namun, semuanya sudah terjadi. Kini sang lelaki yang membuat detak jantung tak karuan, sudah berada di rumahnya dan menolak pulang cepat setelah mengantar. Belum lagi jika mengingat bagaimana bibir yang melumat di tengah keramaian jalan setapak gang menuju restoran tempat ia bekerja, Kyungsoo benar-benar tak dapat berpikir jernih.
Kyungsoo menghirup udara dalam dan melepas perlahan. Tangannya memasukkan batu es ke dalam kain kompres untuk digunakan Jongin mengompres wajah memar oleh dua kali tamparan yang hebat. Bibir lantas merapal beberapa doa agar dapat menenangkan hati sebelum kemudian ia datang mendekati lelaki barbar di ruang tamu.
Tanpa aba-aba Kyungsoo bahkan melempar begitu saja kain kompres berisi batu es yang ditangkap Jongin dengan kewalahan.
"Ouh sial! Soo, hati-hati sedikit! Ini dingin!" Dia bahkan sempat mengoceh sebelum menempelkan kain kompres di wajahnya.
"Akh! Aduh!" Dia merengek.
Kyungsoo yang kemudian menjadi kesal sendiri lantaran ia tak menempelkan kain kompres di tempat yang benar. Setelah berdecak, Kyungsoo mengambil posisi duduk di sebelahnya dan merampas kompres dengan kasar lantas membantu mengompres wajah yang memar.
"Akh! Akh! Pelan-pelan! Soo, perlahan!"
Jika dipikir lagi, Kyungsoo menyadari sesuatu. Akhir-akhir ini, dengan lembut Kim Jongin memanggil namanya dengan sebutan Soo; sedikit asing, tetapi entah mengapa Kyungsoo menyukai panggilan itu.
"Lagi pula, ini salahmu! Jika saja kau tidak bertindak bodoh, aku tidak mungkin menampar!" Kyungsoo mengomeli sembari tangan terus mengompres.
"Jika saja kau tidak membangkitkan rasa cemburu, aku tidak akan mencium sembarangan!" Jongin membela diri, membuat Kyungsoo menghentikan gerakan. Padahal tadi Kyungsoo sudah berhasil mengontrol detak jantungnya, namun kini, dada kembali bergemuruh dengan kencang. Sekelebat bayangan bagaimana Jongin melumat bibir tergesa-gesa, terlintar di kepala Kyungsoo.
Dengan sengaja kemudian Kyungsoo menekan kain kompres terlalu kasar, membuat Jongin kembali mengaduh lantang. Kyungsoo juga menyerahkan kompres itu kepada Jongin, membiarkan lelaki itu kembali mengompres sendiri.
Wajah mereka terlalu dekat, Kyungsoo tak mau jika Jongin menangkap rona yang memerah sehingga Kyungsoo memilih menggeser posisi duduk dan berpaling dari pandangan Jongin.
"L—lagi pula, siapa yang menyuruhmu untuk cemburu?!" Ingin sekali Kyungsoo mengutuk diri sendiri yang terbata-bata berucap sesuatu. Sungguh, ini bukan dirinya yang seperti biasa.
Jongin berdecak, dia melepas kompres di pipi. "Kau pikir cemburu bisa diundang cuma-cuma untuk datang? Cemburu datang karena ada alasannya. Kau pikir bagaimana bisa aku tidak cemburu ketika melihat orang yang disukai diraba-raba orang lain!" Dia lantas menghempas punggung pada sandaran sofa. Jongin benar-benar terlihat kesal.
Berbeda dengan Kyungsoo, sang lelaki mungil terlihat semakin senewen. Bukan hanya karena jantung yang jumpalitan, sekarang ia menjadi begitu gugup oleh ucapan Jongin. Tangan di atas paha mengepal untuk menyembunyikan jari jemari yang bergemetaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Manner
Fanfic[COMPLETED] Tidak perlu bersikap baik, karena sikap baik itu akan membuat orang yang menerima menjadi salah paham. Begitu pula Do Kyungsoo. Dia tidak butuh sikap baik yang Kim Jongin tunjukkan, karena semua itu sungguh begitu mengacaukan keh...