💙💛
“Eomma!” Aku melepas sneaker-ku dan menggantinya dengan sandal rumah. “Eomma!” Aku berteriak untuk kedua kalinya memanggil eomma-ku, namun masih tidak ada jawaban. Aku mempercepat langkahku menuju ruang keluarga.
“Eomma!”
“Mwo! Jangan berteriak! Eomma sedang menonton tv!” Aku melihat eomma-ku sedang duduk dilantai dengan pakaian yang berserakan disekitarnya dan beberapa potong baju yang sudah di lipat. Eomma-ku tidak bekerja atau bisa di bilang ia adalah ibu rumah tangga. Memasak, menyapu, mencuci, dan melakukan berbagai macam kegiatan rumah tangga dan salah satunya adalah yang tengah ia kerjakan saat ini.
Aku berjalan mendekat dan duduk di sofa tepat dibelakang eomma-ku. “Apa yang eomma tonton?” Aku mengedarkan pandanganku pada benda berbentuk persegi panjang pipih di depanku yang menampilkan sejumlah orang yang tengah berbincang didalamnya. “Berita? Aku kira sedang menonton drama.”
“Jangan menonton drama terus, sekali-sekali kau harus menonton berita.” Ucap eomma dengan pandangan yang tak lepas dari televisi didepannya. “Aku tidak pernah menonton drama lagipula aku tidak suka drama.” Tidak dirumah, tidak dikampus, semua orang suka mengejekku. Di kampus ada teman-teman sedangkan dirumah ada eomma.
Aku menghentakkan kakiku di lantai dan mengerucutkan bibirku. “Diam, Lee Taemin.” Eomma memukul sebelah kakiku tanpa memandang kearahku. Aku bersandar pada sofa dan membuka ranselku guna mengambil iphone ku. Jari jemariku mulai berkeliaran di atas layar datar iphone ku. Tidak ada yang menarik, sama seperti hidupku. Ku lempar pelan iphone ku ke atas sofa disampingku.
“Eomma, berita apa yang mereka bahas?” Tanyaku penasaran pada eomma ku yang bergeming menatap televisi. Lihat, bahkan eomma ku sendiri tidak mempedulikanku.
Beberapa menit kemudian eomma mengalihkan pandangannya dan mulai kembali melakukan pekerjaannya –melipat baju-. Ternyata sedang iklan pantas saja. “Apa kau percaya jika laki-laki bisa hamil?”
“Mwo? Tentu saja tidak. Eomma bicara apa? Hanya perempuan yang bisa hamil.” Aku menatap bingung pada eomma yang sedang melipat baju. Mana mungkin laki-laki bisa hamil. Mustahil.
“Awalnya eomma juga tidak percaya tapi setelah mendengarkan tentang penjelasan tadi eomma rasa itu mungkin saja.” Aku semakin bingung mendengar perkataan eomma ku. Aku segera turun dari sofa dan duduk di lantai di sebelah eomma ku.
“Penjelasan apa? Tentang laki-laki yang bisa hamil?” aku semakin penasaran dengan ucapan eomma.Tangannya berhenti dan menoleh padaku. Eomma mulai menjelaskan tentang apa yang ia maksud dan yang dapat aku simpulkan dari penjelasan eomma adalah tentang laki-laki yang bisa hamil memang nyata. Hampir 10% dari populasi seluruh laki-laki di dunia ini bisa hamil. Aku merinding mendengarkan penjelasan eomma. Tanpa berkata apa-apa, aku beranjak dari dudukku dan berjalan menuju kamarku di lantai dua.
“YA! Kau mau kemana? Kau tidak makan?” Eomma berteriak memanggil namaku. Aku menghentikan langkahku dan menoleh padanya seraya berkata, “Ne, aku mau menaruh ranselku dulu.” Aku kembali melanjutkan langkahku dan kembali memikirkan perkataan eomma ku. Sulit dipercaya meskipun eomma sudah menjelaskannya.
Aku menyentuh perut datarku dan mengusapnya. Apa mungkin, perut datar seperti ini bisa membesar? YA! Lee Taemin! hentikan! Kau menjijikkan! Aku mempercepat langkahku menuju kamarku.
Memutar knop pintu kamarku lalu masuk. Melempar ranselku kesembarang tempat kemudian melempar tubuhku ke atas kasur. Aku telentang menghadap langit-langit kamarku yang penuh dengan bintang. Memang masih siang tapi aku bia melihat bintang dikamarku, terdengar konyol bukan? Aku suka melihat bintang jadi aku sengaja melukis bintang di langit-langit kamarku agar setiap hari aku bisa melihat bintang.
Aku segera bangkit dan meraih ransel yang berada di dekat ranjangku. Membukanya dan mencari iphone ku. Tidak ada. Ah pasti tertinggal di sofa. Dengan malas aku berjalan menuju ruang keluarga di lantai satu.
Aku melihat eomma yang tengah berada di dapur. “Eomma, aku lapar.” Ucapku sambil terus berjalan melewati dapur menuju sofa di ruang keluarga. Ternyata memang benar ada di sofa. Ku hempaskan tubuhku ke atas sofa lalu meraih iphone ku.
“Sebentar.” Ucap eomma ku dari dapur.
Aku membuka aplikasi pesanku dan mendapati satu pesan teratas berasal dari sunbae-ku. Choi minho. Belakangan ini, dia sering mengirimiku pesan, mengajakku untuk makan siang bersama dan hari ini aku menghindarinya –kabur-. Aku tidak tahu sebenarnya kenapa dia tiba-tiba mengajakku makan siang dan selalu berusaha mendekatiku.
Apa dia suka padaku?
Tidak mungkin.
Dia adalah pangeran berkuda putih sedangkan aku hanya upik abu. Lagipula dia pasti punya banyak teman wanita yang bisa dia kencani sesukanya dan jangan lupa, kami sama-sama pria jadi mana mungkin dia menyukaiku.
Sebenarnya dia orang yang baik dan menyenangkan hanya saja karena dia pangeran dikampus, membuatku risih setiap kali kami pergi bersama ke kantin. Para gadis menatapku dengan mata berapi-api seolah berkata ‘Jauhi pangeran kami atau kau akan kami bakar hidup-hidup!’ sungguh mengerikan.
Aku tidak pernah membalas pesannya karena isi pesannya sama saja, selalu mengajakku makan siang dan tanpa ku balas pun biasanya kami akan bertemu tanpa sengaja. Atau mungkin lebih tepatnya dia yang menemukanku. Aku selalu menjawab ‘mian, iphone ku di dalam tas’ atau ‘mian, aku baru selesai kuliah’ dan ‘mian, aku sibuk jadi tidak sempat mengecek iphone ku’ dan masih banyak alasan lainnya. Sedangkan Minho sunbae hanya tersenyum menanggapi jawabanku. Tidak hanya baik tapi dia juga tampan. Ah~ aku sangat iri padanya!
“Taemin, makanan sudah siap!”
“Ne, eomma.”
Aku merasa bersalah pada Minho sunbae. Apa aku balas saja pesannya? Aku takut jika dia mencariku mengelilingi kampus.
Tidak tidak. Dia punya banyak teman, pasti saat ini dia sedang makan siang dengan teman-temannya. Lagipula siapa aku baginya? Sudah, lupakan. Saatnya makan, kajja!
.
.
.
.
.Vote dan komen plis!
20 vote = lanjut part 2 😋