💙💛
“Yo! Lee Taemin!” Seseorang menepuk –memukul- pundakku dan kemudian dia duduk diseberangku, siapa lagi kalau bukan Kai. Aku hanya meliriknya sekilas lalu melanjutkan makan siangku.
“Kenapa kau tidak membalas pesanku? Kau juga tidak mengangkat telponku.” Aku diam, berpura-pura tidak mendengarkan ucapannya.
“Kau marah padaku?” tanyanya.
“Taemin!”
“Taemin-ah!” Oke, dia membuatku muak. Jika tidak aku respon, dia akan terus memanggilku sampai pita suaranya putus. Aku mendongak menatap Kai hendak merespon ucapannya namun tanpa sengaja mataku menangkap sosok Minho sunbae yang berjarak 5 meter dibelakang Kai. Dia tengah berbicara dengan beberapa mahasiswa. Ah sial, disaat aku tidak ingin bertemu dengan Minho sunbae tetapi dia malah ada disini.
Aku menggeser pelan kursiku dan meraih ranselku. “YA! Kau mau kemana? Jawab pertanyaanku dulu!” Kata Kai menarik sebelah tanganku namun kutepis dan melotot padanya. Dia menatapku dengan wajah seperti bertanya, ‘Kenapa?’
Aku meletakkan telunjukku didepan bibir mengisyaratkan Kai untuk diam. Aku mengendap-ngendap menuju pintu keluar yang tak jauh dari tempat dudukku meninggalkan Kai yang menatapku dengan wajah bingung. Aku semakin mempercepat langkahku ketika hampir sampai dipintu keluar dan kemudian berlari menjauh dari kantin.
.
.
.Minho's side (bukan point of view tapi menceritakan pada waktu yang sama dari pihak minho *sorry bertele-tele pokok intinya gitu)
Minho melirik kearah arloji mahal yang terpasang dilengan kirinya. ‘Waktunya makan siang’ batin Minho. Ia berjalan menuju kantin, berharap bisa menemui sosok yang tengah memenuhi pikirannya sejak beberapa hari yang lalu.
Sesampai dikantin, manik mata Minho langsung menemukan sosok yang ia cari. Namun sayang, ketika hendak melangkah menuju sosok itu justru beberapa temannya menghampiri Minho dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting –bagi Minho-. Ia menjawabnya dengan enggan dan tersenyum kaku, sesekali ia melirik kearah dimana sosok itu tengah duduk memakan makannya dengan ditemani sahabat yang duduk membelakanginya dan membuatnya tidak bisa melihat sosok itu.
Ini akan sangat lama jika Minho tidak segera pamit sekarang juga. “Aku akan kesana, memesan makanan. Aku sudah sangat lapar.” Katanya sambil memegang perutnya -yang sesungguhnya tidak lapar- dengan memasang wajah memelas agar mereka percaya dan segera membiarkan Minho.
“Baiklah, kami akan kekelas dulu.” Ucapan salah satu temannya membuat Minho merasa lega. Ia tersenyum dan melambaikan tangannya. Kemudian mengarahkan kedua manik matanya kearah sosok itu berada, oh tidak. Kosong, hanya ada sahabat dari sosok yang ia cari.
Tanpa sengaja manik mata hitamnya menangkap seseorang yang tengah mengendap-ngendap menuju pintu keluar. Oh, ternyata itu sosok yang Minho cari. Ia melangkah cepat berharap bisa menghampiri orang itu, namun orang itu telah berlari keluar kantin dan menghilang dari pandangannya. Tanpa Minho sadari, ia tengah berdiri di samping meja tempat orang itu makan sebelumnya.
“Sunbae?”
Minho menoleh kearah sumber suara.
“Kau mencari Taemin? dia baru saja keluar.”
