LYR : Dante Triasmoro prayoga

12 0 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

Anak laki-laki itu sedang memejamkan matanya perlahan, merasakan semilir angin yang seolah membelai pipinya pelan. Dadanya sendari tadi naik turun untuk menikmati pagi hari. Ah tidur di atap sekolah emang yang terbaik membuatnya melupakanmasalah yang bikin kepalanya nyut-nyutan.

Bel sekolah pun berbunyi sebagai pertanda bahwa waktu istirahat telah selesai. Ia bangkit melangkahkan kaki menuruni tangga untuk menuju kelas mengikuti pelajaran selanjutnya.

Dante merupakan anak dari pemilik PG group perusaan terbesar di negri ini, Ia merupakan pewaris tunggal. Tidak heran bahwa semua orang menginginkannya hanya sekedar mendekati atau menginginkan sesuatu darinya.

Ia mempunyai banyak teman namun hanya beberapa teman yang benar benar menjadi temannya salah satunya leon. Leon mengenal dante sejak sekolah menengah pertama. Mereka sangat dekat, bahkan Dante mengangap bahwa leon adalah saudaranya.

Semenjak dante turun dari atap sana, Dante tidak mempedulikan tatapan kagum dan pekikan perempuan yang lalu lalang disekitarnya. Karena sejak beberapa bulan yang lalu sudah terbiasa dengan reaksi seperti itu. Memang agak risih, tetapi tentu saja ia tidak bisa melarang setiap orang yang bertindak demikian. Ia hanya berjalan lurus dan mengabaikan semua pekikan dan suara berisik para perempuan tersebut.

" Lo kok loe ada disini?, bukanya tadi loe ada di atap ." Ucap Salah satu siswa di samping dante tidak lain ia adalah leon.
"Bukan urusan loe dimanapun gwe berada."
"Santai kali Dan gwe hanya nanya keles."

Dante tidak memperdulikan ucapan leon yang bersamaan dengan masuknya seorang guru kedalam kelas.

***

" Sudah pulang den." Ucap bi ina. Dan di jawab angukan oleh sang empunya.
"Akan saya siapkan untuk makan malamnya ya den." Lagi dan lagi hanya di balas dengan anggukan dan Dante pun masuk menuju kamarnya.

Dante keluar dari kamar untuk makan malamnya, namun ia tidak langsung menuju meja makan melainkan ia munuju ke ruang tamu.
"Silakan den makan malam sudah siap."
"Bi.. Apa Papa uda pulang."
"Belum den."

Dan di jawab dengan anggukan dari Dante dan ia menuju meja makan.
Setiap hari ia selalu merasa seperti ini sepi dan hampa bahkan meja makan yang begitu besar dan pajang hanya ada ia seorang.

Ia muak dengan kehidupannya sekarang, dia sangat benci dengan papanya dan ia lebih sangat-sangat benci dengan keadaan seperti sekarang.

Ia bangun dari tempat duduknya dan menghambiri wanita setengah baya itu.
"Bi  mari ikut makan denganku, aku tidak suka makan sendiran." Menuntun pembantu wanita setengah baya tersebut untuk duduk di depannya.
"Tapi den " Belum sempat menyelesaikan ucapannya pembantu tersebut sudah dipaksa duduk oleh majikannya.
"Bibi gak usah sungkan, aku sudah anggap bibi seperti nenek ku sendiri. Jadi ketika aku makan bibi harus nemenin aku." Tersenyum diakhir pembicaraannya.
"Baiklah den " Wanita setenggah baya tersebut membalas senyum yang di berikan orang yang ada di depannya.
        

Last Young RenegadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang