Random : Himawari

124 9 0
                                    

Story by Mizuki_Ramadhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Story by Mizuki_Ramadhan
.
.
.
.
Happy Reading...
.
.

Musim panas bulan ini, seperti biasa kujalani dengan patroli keliling desa. Aku adalah seorang polisi di daerah ini dan aku sangat menyukai desa ini. Pemandangan yang masih asri, para petani yang ramah, nenek-nenek yang selalu memberi senyuman saat aku melewati rumah mereka dan para anak-anak yang bermain dengan riang.

Tapi yang paling aku sukai dari desa ini adalah kebun bunga mataharinya yang sangat luas. Aku suka warna cerah kuning yang terbentang saat aku melewati kebun itu saat musim panas.

Tetapi ada yang aneh saat ini, saat aku pulang dari kebun bunga matahari itu—ah itu aku juga pulang patroli—semua orang bersikap sangat cuek kepadaku. Nenek yang selalu menyapaku hari ini hanya fokus menyapu padahal aku tadi melewatinya seakan aku ini hanya angin lewat. Anak-anak juga, mereka bermain bola di jalan tanpa mengindahkanku.

Aku mengendikkan bahu, mungkin hawa keberadaanku yang terlalu tipis.  Aku memutuskan untuk pulang saja hari ini. Ah, aku sangan rindu onsen...pikirku saat berendam di bak mandi rumahku.

Keesokan harinya, keadaan tetap sama. Semua penduduk desa cuek kepadaku. Apakah aku melakukan kesalahan? Kan aku tidak melakukan apapun, pikirku.

Keadaan seperti itu terus berlanjut sampai aku lupa berapa lama penduduk desa mengabaikanku. Aku seperti sudah kebal dan seperti hari-hari sebelumnya aku tetap berpatroli.

Hari ini aku merasa sangat lelah dan memutuskan untuk duduk di halte bus yang kebetulan berada di depan kebun bunga matahari desa. Aku memandang warna kuning keemasan pada kelopak bunga yang berhembus tertiup angin sepoi.

"Ah, apa ini? "ucapku saat ada kelip-kelip kecil yang melayang didekatku. Karena penasaran aku menyentuh kerlip-kerlip kecil itu.

"Siang sersan! Apakah Anda ada perlu dengan Himawari? "tanganku reflek menjauh saat mendengar sebuah suara dan seekor makhluk kecil muncul didepanku.

"Err...siang. Ano, kamu itu makhluk apa ya? "tanyaku heran.

Makhluk kecil itu terbang mengitari kepalaku. "Eh!? Sersan belum tahu? Aku ini peri loh...peri. Masa peri secantik diriku ini Sersan tidak tahu!"

Aku tertawa canggung, "Err.. Himawari, jangan memanggilku sersan. Aku bukan tentara tapi polisi. Hanya polisi biasa. "

Peri kecil itu hanya tertawa. Sayap kecilnya yang mengeluarkan kerlip-kerlip kecil itu sangat cantik. Tanganku reflek menyentuhnya yang menyebabkan Himawari si peri kecil terkejut.

"HEI! KAU MAU APA HAH!? "

Widih, peri ngegas.

"Nggak ngapa-ngapain kok."aku tertawa. Ternyata lucu juga mengerjai peri kecil ini.
Aku menghentikan tawaku yang terasa aneh. Mungkin baru kali ini aku bisa tertawa selepas ini.

A StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang