Bagian 1

713 37 29
                                    

"Berapa nilai dari sin 90°?"

Kala itu, Pak Bram, guru matematika peminatan sedang mengajar di kelas Alleta. Alleta seringkali merutuki dirinya karena di semster 1 tidak dapat meraih ranking pertama. Itu dikarenakan oleh dirinya yang lemah dalam pelajaran matematika. Meskipun dia sangat menyukai pelajaran fisika, tetapi tidak dengan matematika. Rangkingnya hanya mentok di rangking 5 saja pada saat semester pertama.

Semua murid menjawab pertanyaan Pak Bram dengan semangat "satu, pak!" Bukannya semangat, tetapi malah terlihat seperti ngegas.

"Nah, materi trigonometri ini baru permulaan saja di kelas 10. Selebihnya kalian akan menemukan soal trigonometri yang lebih sulit lagi di kelas 11. Jika kalian bisa mengerjakan buku 2007, ITB pasti di tangan. Kalau nilai matematika kalian oke pasti langsung diterima di ITB."

Hancur sudah harapan Alleta untuk meraih rangking pertama pada semester 2 ini. Ucapan Pak Bram membuatnya patah semangat. Oke, kapan pun itu, Alleta pasti akan mendapatkan rangking pertama agar dapat diterima melalui jalur SNMPTN.

Tak lama kemudian, bel berbunyi menandakan jam istirahat telah tiba.
"Oke anak-anak, sekarang jam bapak sudah habis kan? Selamat beristirahat," ujar Pak Bram sambil berjalan meninggalkan kelas.

"Maksudnya buku 2007 tuh jumlah soalnya yang ada 2007 butir atau buku itu diterbitkan taun 2007 sih?" tanya Clara pada Alleta.

"Mana gue tau," jawab Alleta. "Gue gak nyangka bakal dapetin guru kaya Pak Bram. Bikin gue patah semangat tau, gak. Masa dia bilang kalo nilai matematika oke bisa langsung diterima di ITB. Lo tau sendiri, kan nilai matematika gue berapa?" lanjut Alleta.

"Ya udah gak usah dipikirin, kaleee. Mending kita ke kantin aja," kata Clara.

Akhirnya Alleta menyetujui ide Clara untuk pergi ke kantin. Selama perjalanan menuju kantin, matematika selalu terngiang di dalam kepala Alleta.

"Allet, lo tau gak ada anak kelas 11 ganteng banget," kata Clara dalam perjalanan menuju kantin.

"Siapa maksud lo?" tanya Alleta.

"Pokoknya nanti lo tau sendiri, tapi menurut gue, lo bakal nyesel kalo kenal sama dia," jawab Clara.

"Lah? Nyesel kenapa?"

"Soalnya dia nyebelin dan nama dia juga aneh."

Alleta tak menggubris ucapan temannya itu, karena ia sendiri pun tidak mengerti.
****
Tak terasa, jam istirahat sudah berlalu. Kini adalah jam pelajaran sejarah. Sungguh membosankan. Daripada belajar, mending pergi keluar kelas, begitu pikirnya.

"Pak, saya izin ke toilet." Alleta akhirnya bangkit dan berjalan menuju meja guru. Setelah diizinkan, ia pergi keluar.

Tanpa mengajak Clara, ia berada diluar kelas sendirian. Mustahil sekali rasanya untuk mengajak Clara mabal dalam pelajaran sejarah, karena ia sangat menyukai apa pun yang berkaitan dengan masa lalu.

Alleta pun memutuskan untuk berdiam di taman sekolah. Sebelum dia izin ke kamar mandi, dia membawa buku matematika terlebih dahulu untuk dipelajari. Ia tergesa-gesa dalam perjalanan menuju taman sekolah, karena takut ada salah satu temannya yang melaporkan pada Pak Dodi.

BRAK

Tumpukan buku yang ada di tangan Alleta memenuhi lantai. Dirinya tersungkur di lantai dengan posisi telentang. Kemudian, ada tangan yang menjulur ke arahnya. Tanpa ragu-ragu, Alleta meraih tangan itu. Setelah berdiri, Alleta terkejut dengan seseorang di hadapannya.

"Maaf," ujar cowok di hadapannya dengan singkat.

Alleta dengan cepat melihat bet angkatan yang tertera di lengan kanan seragam cowok itu. Ternyata cowok yang menabraknya adalah anak kelas 11.

"Iya, kak. Gak apa-apa, lagipula saya juga salah karena lari terburu-buru," ujar Alleta.

"Tapi bukunya beresin aja sana sendiri." Bukannya membantu Alleta untuk membereskan bukunya yang berserakan, cowok itu malah pergi begitu saja. Alleta hanya bengong di tempat.

Huft...gak jelas banget sih tuh cowok. Untung ganteng, pikir Alleta.

Hai guys! Maybe part ini emang pendek tapi nanti bakal aku tambahin lagi kok, hehe😁

Sin 90°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang