Sekarang adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh para murid Glamour National High School untuk kembali ke rumah masing-masing. Clara pergi pulang bersama pacarnya dan kini hanya tersisa Alleta sendiri. Mungkin sebelum pulang, dia bisa menenangkan pikiran terlebih dahulu di perpustakaan sekolah.
Ketika dalam perjalanannya menuju perpustakaan sekolah, dia bisa melihat member eskul basket sedang latihan di lapangan. Mata Alleta tertuju pada baju basket yang bertuliskan nama "Cosine" dengan angka 90 di bawahnya. Tidak salah lagi, inilah cowok yang disebut-sebut oleh Clara.
Cowok yang sedang ditatap oleh Alleta ternyata menyadarinya dan menatap balik. Alleta pun juga menyadarinya dan segera menutup seluruh wajahnya dengan buku yang ada di pangkuannya serta melanjutkan perjalanannya kembali ke perpustakaan.
Sesampainya di perpustakaan, ia terengah-engah karena berusaha untuk menghindari cowok itu.
Oh, my gosh! Dia adalah cowok yang disebut-sebut oleh Clara, pikirnya.
Tanpa pikir panjang, Alleta meraih sebuah buku yang menarik perhatiannya dan membacanya hingga setengah halaman dari buku tersebut.
Tak lama kemudian, hanphone-nya berdering. Tertera kontak my lovely mom disana. Alleta segera mengangkat telepon dari mamanya.
"Halo, ma." Alleta membuka pembicaraan pada telepon. "Aku lagi baca buku dulu di perpustakaan sekolah," ujar Alleta. "Iya, sebentar lagi aku pulang, kok." Setelah selesai berbicara di telepon, Alleta segera membereskan barang bawaannya dan bangkit dari duduknya.
Kini ia kembali berjalan di koridor yang menghadap ke lapangan basket. Disana masih terlihat seorang cowok dengan baju basket bertuliskan nama Cosine di belakangnya. Entah penglihatan Alleta benar atau tidak, ternyata cowok itu yang baru saja ditabraknya tadi siang. Cowok itu melambaikan tangannya pada Alleta.
Gak salah, nih?
Alleta menunjuk dirinya dengan telunjuk untuk memastikan dan ternyata cowok itu menganggukan kepalanya. So, sekarang apa yang harus Alleta lakukan? Tanpa pikir panjang, Alleta berlari untuk pergi meninggalkan kawasan sekolah, tetapi usahanya tidak berhasil karena cowok itu kini sudah menarik pergelangan tangannya.
"Lo kan gue panggil, tapi kenapa malah kabur?" Cowok itu masih menarik pergelangan tangan Alleta.
Tanpa menatap wajah cowok itu, Alleta menjawab, "Lagipula kita kan belum kenal. Untuk apa juga kakak manggil saya?"
"Gue cuma mau minta penjelasan lo. Kenapa tadi siang lo nabrak gue dan kenapa juga jadi gue yang minta maaf?"
What? Apa sih, cowok ini? Salah sendiri malah ngalangin jalan!
"Bukannya lo yang ngalangin jalan gue, ya? Harusnya lo minggir," ujar Alleta dengan berani sembari berusaha melepaskan tangannya dari cowok itu.
"Eh, lo berani sama gue? Lo tuh cuma anak kelas 10. Bukan siapa-siapa disini. Gue lebih berkuasa disini dibanding lo!"
"Lagipula, kakak yang memulai duluan. Belum kenal udah gak sopan, gimana saya mau segan?" ujar Alleta sambil pergi meninggalkan kawasan sekolah.
"Hey, hey! Kenalin, gue Cosine Raditan Akbar. Gue pinter matematika ataupun fisika." Cowok itu segera menyejajarkan langkahnya dengan Alleta.
Alleta segera berhenti dan melipat tangannya di dada. "Gue mesti panggil apa?"
"Dipanggil Cos udah biasa. Dipanggil Sin juga udah biasa. Dipanggil Rad apalagi. Kalo Tan, gue gak suka. Kalo dipanggil Akbar, rasanya gak enak didenger. Oke, lu panggil gue Osi aja," ujar cowok itu sambil mengangkat tangannya di udara. "Lo siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sin 90°
Teen FictionCintaku bagaikan sin 90°. Hanya 1 untukmu. Nilai sin 90° adalah satu. Satu adalah nilai sin terbesar. Ya, seperti cintaku yang sangat besar dan hanya satu untukmu. Bagaimana jika seandainya suatu saat ada sin 0° diantara hubungan kita? Plagiator jus...