Bagian 2

453 30 23
                                    

Akhirnya Alleta kembali berjalan menuju taman sekolah. Disana, dia mempelajari pelajaran yang baru saja diterangkan oleh Pak Bram di kelas.

"Nilai sin tertinggi adalah 1, yaitu 90. Nilai cos tertinggi adalah 1, yaitu cos 0." Alleta sedang menalar hapalannya mengenai tabel sin, cos, tan.

"Hey!" Terdengar suara teriakan seseorang seolah memanggil Alleta yang sedang menghapal. Alleta pun memuta kepalanya untuk mencari asal suara.

Setelah menemukan asal suara, Alleta pun menyesal karena orang tersebu melanjutkannya dengan kata 'Tayo'. Kena prank deh.

"Lucu!" teriak Alleta pada orang itu.

"Kena mulu lo," ujar orang itu sambil berjalan menuju Alleta.

"Jangan gangguin gue, Roy. Pergi sana!" usir Alleta sambil mengibaskan tangannya.

"Di kelas lo ada Pak Dodi, tuh. Mampus lo kalo ketauan." Roy dengan cepat duduk di sebelah Alleta.

"Masa?" tanya Alleta dengan mimik pura-pura kagetnya.

"Jangan bilang lo mabal lagi?"

"Yap. Itu lo tau."

Roy adalah anak dari kelas 10 IPA 5. Berbeda dengan Alleta yang merupakan siswi dari kelas 10 IPA 3.

"Lo tau gak sih? Tadi ada cowok anak kelas 11 yang nyebelin parah." Alleta memulai cerita yang baru saja ia alami pada Roy.

"Oh, gue udah bisa tebak siapa orangnya."

Dengan mimik kebingungan, Alleta bertanya, "Siapa?"

"Lo pasti sering denger dari temen-temen lo kalo ada cowok kelas 11 yang nyebelin tapi ganteng."

Seketika itu terlintas ucapan seseorang di kepala Alleta.

"Jangan bilang kalo orang itu yang tadi diceritain sama Clara?" Alleta menutup bukunya dan bangkit dari duduknya.

"Mau kemana lo?" tanya Roy sembari menatap Alleta tajam.

"Ke kelas-lah." Alleta pergi meninggalkan Roy sendirian di bangku taman.

Setelah sampai di depan kelas, ternyata Pak Dodi hendak meninggalkan kelas dan kini beliau berdiri tepat di depan kelas.

"Alleta, apakah kelasmu sekarang di toilet?!" Pak Dodi seolah hendak meluapkan amarahnya.

Alleta segera mencari jawaban yang pas untuk menjawab Pak Dodi.
"Tidak, pak. Tadi, kan saya baru saja keluar dari toilet. Lalu, tiba-tiba Bu Ghani menyuruh saya untuk membereskan buku di perpustakaan dan saya ternyata menemukan buku yang pas untuk digunakan dalam belajar. Ini dia bukunya, pak." Alleta menunjukkan buku yang ada di tangannya.

"Oke, alasanmu masih bisa saya terima." Pak Dodi pergi meninggalkan Alleta.

Dengan cepat, Alleta masuk ke dalam kelas agar Pak Dodi tidak kembali lagi  ke hadapannya dan berubah pikiran. Kalau sampai begitu, serem tuh.

"Eh, lo kemana aja? Mabal ya?" tanya Clara sembari menatap Alleta dengan tajam.

"Kalo iya, emang kenapa?"

"Bener-bener ya, lo. Tampang doang yang suci sebenernya hatinya busuk."

"Alay banget sih bahasa lo." Alleta memasukkan buku matematikanya ke dalam tas, lalu duduk di kursinya yang bersebelahan dengan Clara.

"Let, kayanya gue tau sekarang nama anak kelas 11 yang nyebelin itu," ujar Clara.

"Gak penting."

"Yakin lo gak mau tau?"

"Lagian gue gak tau yang mana orangnya."

"Cosine Raditan Akbar."

"Hah?"

"Itu namanya."

Alleta terdiam sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Nama macam apa itu? Bisa dipenggal jadi Cos, Sin, Rad, Tan. Lebih bagus dipanggil Akbar deh menurut gue."

"Kalo menurut gue lebih bagus dipanggil Radit."

Di tengah tawanya, Alleta teringat dengan kakak kelas yang menabraknya barusan di koridor sekolah.

"Clara, tadi kan gue mau ke taman sekolah. Gue lari dengan terburu-buru dan lo tau gak?" Alleta menceritakan kejadian yang ia alami.

"Kenapa? Lo nabrak cowok dan setelahnya lo bakal jadian?" ujar Clara dengan asal.

"Iya, tapi." Belum saja Alleta melanjutkan kalimatnya, Clara sudah memotong ucapannya.

"Tebakan gue bener? Gila!" Clara dengan cepat berdiri di atas bangkunya. "Woy, semuanya! Akhirnya Alleta jadian sama cowok!" Clara berteriak sambil meletakkan kedua tangannya di samping mulutnya.

Yang sedang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing menolehkan kepalanya satu per satu kepada Clara. Cewek centil yang sedang merias bibirnya dengan liptint pun sama-sama menolehkan kepalanya sehingga liptint yang mereka gunakan belepotan kemana-mana.

"Wah, skandal nih!" seru seorang cewek bernama Elena.

"Wah akhirnya! Gue kira bakal jadian sama cewek!" teriak Samuel dengan heboh.

"Apaan sih kalian?! Si Clara dipercaya aja! Gue masih mau memutuskan untuk SENDIRI!" Dengan emosi, Alleta juga ikut-ikutan berdiri diatas bangkunya.

"Ternyata miss jomblo di kelas ini akan selamanya menjadi jomblo, guys," ujar Clara sambil turun dari atas bangkunya dan duduk kembali.

"Huu gak jadi dapet PU dong!" seru semua murid di kelas 10 IPA 3 itu.

Alleta pun kembali duduk di bangkunya, lalu menjambak rambut Clara.

"Gue tadi belum selesai ngomong."

"Ya udah lanjutin sekarang. Gak usah jambak rambut gue." Clara berusaha melepaskan tangan Alleta dari rambutnya.

"Iya, gue nabrak cowok. Ternyata dia kelas 11. Dia juga bikin buku yang gue bawa berantakan," ujar Alleta. '"Pertamanya, bagus banget dia minta maaf, tapi setelahnya, dia bilang 'beresin aja bukunya sendiri' sebel gak sih?" lanjut Alleta.

"Pasti dia si Cosine itu deh."

"Gak mungkin."
***

Sin 90°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang