Five: A long night 1

21 3 1
                                    

Tes....

Tes....

Tes....

Big thanks for readers yang masih setia baca cerita perdanaku ini.

From the bottom of my heart, saya ucapkan terima kasih. 🙏🙏🙏

xoxoxo

Happy reading

salam hangat, Jeyjeyflow

***************************

=Author=

Sejak pengakuan Bryan padanya kemarin malam, Pricillia mulai merasa tidak tenang dengan perasaannya sendiri. Ada sedikit perasaan bahagia tapi ada juga perasaan ragu yang dirasakannya.

Bukan Pricillia namanya dengan begitu mudah akan percaya akan perkataan orang lain.

Tapi, di lain sisi, Pricillia ingin mempercayai perkataan Bryan yang terdengar sangat tulus dari hati yang paling dalam. Gadis itu tidak akan lupa bagaimana dari cara pria itu menatapnya dan mengakui perasaannya, itu semua benar-benar seratus persen tulus adanya, terlihat tidak seperti di buat-buat seperti yang ada di pikiran gadis itu.

Pricillia hanya takut kalau suatu saat nanti perasaan pria itu padanya akan berubah ketika gadis itu sudah terlalu dalam jatuh dengan perasaannya.

Tidak. Dirinya harus memastikan sendiri apakah pria itu sebenarnya benar-benar tulus dengan perasaannya atau hanya ingin mempermainkan perasaannya.

Apalagi nyata kalau pria itu mengklaim bahwa dirinya sudah mengenal pricillia sejak lama membuat pikiran gadis itu semakin bertambah bingung.

Karena memang Pricillia sudah tidak ingat apapun lagi sejak limabelas tahun yang lalu. Akibat kecelakaan yang menimpanya umur lima tahun membuat dirinya harus terbaring koma selama dua bulan di rumah sakit dan kehilangan sebagian memori masa kecilnya.

Sejak kecelakaan itu, Pricillia sudah tidak apapun lagi dan memang tidak ada niat untuk mengingat kembali.

Namun sejak Bryan Mahardika hadir dalam hidupnya, membuat hati gadis itu terdorong untuk mengingat kembali sebagian ingatannya yang hilang dan mengkaitkannya dengan pertemuan Bryan dengan dirinya di masa lalu.

"akh!" gumam Pricillia meringis kesakitan di area kepalanya.

Selalu begini, setiap kali gadis itu ingin memutar kembali otaknya untuk mencoba mengingat lima belas tahun yang lalu, kepalanya akan terasa menusuk dan sakit. membuat dirinya jadi harus terhenti untuk melanjutkannya.

Melihat tingkah dirinya yang meringis kesakitan, hal itu memicu perhatian wanita paruh baya yang sedang merangkai bunga di sampingnya, mama Bryan.

"Lia?"

"kepala kamu kenapa, sayang?" tanya mama Bryan lagi kini sudah mendekat pada Pricillia dan mencoba mengusap-usap pundakknya memberi ketenangan.

"tidak kok, ma. Lia tidak apa-apa" jelas gadis itu dengan tersenyum paksa. Tapi nyatanya gadis itu masih merasakan sakit yang amat menusuk di bagian kepalanya.

"jangan bohong Lia"

"oh nggak kok ma, aku nggak apa-apa, sungguh"

"hm, mungkin kamu pasti kecapean. Ya sudah sekarang kamu istirahat, sisanya biar nanti mama yang buat-"

"ja-jangan ma. aku nggak enak kalau mama yang harus mengerjakan ini semua sendirian. Lagipula sekarang Lia sudah merasa lebih baik kok, jadi tidak perlu khawatir lagi ya?" potong langsung Pricillia. Dirinya akan jadi merasa lebih tidak enak kalau membiarkan mama mertuanya bekerja sendirian, ya walaupun ada bantuan dari pelayan-pelayan tetap saja gadis itu ingin membantunya.

Meeting With You[ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang