Ten: Remember Me

7 2 0
                                    

Happy Reading!

=Bryan=

Tadi itu....gue nyaris lepas kendali, man!

Kalau saja bukan karena gue berusaha sangat sangat berusaha mengontrol hasratku untuk tidak berbuat lebih jauh lagi, mungkin saja.....ya kalian sudah tau sendiri kan apa jadinya.

Gue sangat menghormati Pricillia. Gadis itu sangat berarti segalanya bagiku. And i know i can't wait any longer. Gue akan menunggu sampai gadisku benar-benar siap untuk menerima gue sepenuhnya.

Sabar. Sabar adalah kunci dari segala sesuatu yang ingin kita kejar agar bisa membuahkan hasilnya, termasuk dalam hal cinta.

Memang rasanya sedikit konyol kalau gue harus menunggu terlalu lama. Tapi tidak mengapa, lagipula tanda-tanda itu sudah mulai terlihat jelas pada gadisku. Apalagi Pricillia masih malu untuk mengutarakannya, tepat seperti tadi malam. Tapi suatu hari nanti gue ingin melihat Pricillia mengutarakan perasaannya dengan jelas tanpa ragu sedikit pun.

Oke.

Besok gue sudah membuat planning untuk membawa Pricillia besok ke suatu tempat yang mungkin bisa me-refresh kembali ingatannya.

Gue akan membuat liburannya menjadi liburan yang tidak akan pernah dilupakannya seumur hidupnya. Right....we'll see.

Oh, gue sudah tidak sabar lagi untuk menunggu hari esok.

***

=AUTHOR=

Matahari mulai menampakkan cahayanya, di ikuti bunyi desiran air pantai yang terdengar mulai masuk dalam ruangan yang di tempati Pricillia.

Perlahan, gadis itu mulai membuka matanya yang masih terasa berat. Tubuhnya mulai menggeliat kecil diatas ranjang yang terasa empuk baginya.

Pricillia mulai mengerjap-ngerjap, seketika ingatannya mengenai kejadian tadi malam lagi-lagi berhasil membuat perasaannya jungkir balik. Plus, pikirannya juga tambah melayang mengingat itu adalah ciuman pertamanya.

Haah. Mengingatnya saja, sudah membuat wajah Pricillia mulai merona merah terus uring-uringan di atas ranjang tidak tenang dengan perasaannya sendiri.

Hampir saja Pricillia akan mengutarakan perasaannya pada Bryan. Tapi sayang, bibir mulutnya terlalu kelu untuk mengeluarkan kata demi kata, tindakkannya seperti tidak mendapat kesempatan untuk mengutarakannya malam itu juga.

Tok tok

Pricillia terjingkat begitu mendengar ketukan pintu.

Berkat itu juga Pricillia jadi siaga satu, berpikir kalau yang baru saja mengetuk pintu itu adalah Bryan, suaminya.

"selamat pagi nona Lia, ini bi Astri,"

Kali ini delusinya salah, orang yang dikira adalah suaminya ternyata hanyalah salah satu ART yang baru di kenalnya kemarin hari.

Pricillia pun bernapas lega.

Fiuhh!!

Sementara bi Asrti, wanita paruh baya itu masih setia di luar seraya menunggu gadis itu menyahutnya.

"iya pagi, masuk saja bi" kata Pricillia mempersilahkan bi Astri masuk.

"ada apa, bi?" tanya Pricillia begitu bi Astri sudah masuk dalam kamarnya.

"Tuan Bryan sudah menunggu anda di bawah untuk sarapan, nona" kata bi Astri, di ikuti desahannya pelan.

"oke, bi. Katakan padanya aku segera turun" lalu gadis itu mulai merapikan tempat tidur tapi langsung di cegat oleh bi Astri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meeting With You[ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang