4

9.4K 134 3
                                    


Votenya donk

Malamnya, Karina dikejutkan dengan berita kecelakaan sang kakak dan calon suaminya yang diterimanya dari polisi melalui ponselnya.

Ia'pun bergegas menuju ke rumah sakit tempat mereka dirawat tanpa memberitahu keluarganya yang lain karena ia harus memastikan keadaan mereka dulu, ia takut ibunya tak kuat dengan keadaan yang menimpa Katina.

Tiba di rumah sakit, Karina langsung menuju UGD, dan dokter jaga langsung menjelaskan keadaan Katina yang tidak terlalu parah dan telah dipindahkan ke ruang perawatan, tetapi mereka tidak dapat menyelamatkan Aryo yang mengalami pendarahan di otak yang cukup berat.
Karina sangat terkejut dan sedih mendengar berita tersebut dan tanpa ia sadari air matanya telah luruh di pipinya.
Ia tahu Aryo sangat mencintai Katina, ' tapi mungkin mereka tidak berjodoh saat ini ' batin Karina.

Setelah mendapat informasi kamar Katina, Karina segera menuju ruang perawatannya. Tiba di ruangan terlihat keadaan Katina dengan perban dikepalanya yang masih belum sadarkan diri di ranjang pasien, Karina duduk di kursi sebelah ranjang rawat Katina.
" kenapa begitu berat perjalanan cintamu kak? " ucap Karin serak,sambil mengelus tangan Katina dan tanpa terasa airmata'nya telah jatuh membasahi pipinya lagi. Bayangan kejadian kelam yang menimpa sang kakak'pun berkelebat dalam lamunannya dan tanpa ia sadari ia'pun telah tertidur di kursi duduknya.

Keesokannya sebelum Katina terbangun, Karina keluar dari ruangan untuk menelepon Kenzo adiknya untuk mengabarkan keadaaan Katina.

Sedang di ruang VIP lainnya Aldianto baru saja sadar dan berusaha bangun
" auuch " ia meringis sakit sambil memegangi kepalanya dan berusaha untuk mengambil posisi duduk.
" apa yang terjadi? " gumamnya,
Karena kepalanya yang masih terasa sakit untuk berpikir, ia'pun memencet Bel yang ada di atas kepala ranjang.

Tak berapa lama seorang suster masuk ke dalam ruangannya,
" Bapak sudah sadar, ada keluhan pak? " tanya suster sambil memeriksa EKG ( elektrokardiogram ) yang terpasang pada pasien.

" iya, sus. Ini kepala saya masih sakit dan dada saya terasa sedikit sakit " keluhnya sambil memegang dadanya, susterpun mendengarkan keluhan pasien sambil mencatatnya

" Oh, iya. Dimana istri saya ya sus ? " karena dari tadi Aldianto melihat sekeliling tak kunjung mendapati sang istri.

" maaf pak istri anda tidak dapat terselamatkan, karena mengalami luka yang cukup serius dan kami telah menghubungi keluarga anda dan anak-anak anda telah mengurus jenazah istri anda tadi malam mungkin sebentar lagi mereka akan datang menemui anda "

" ja..aa..di istriku tak selamat " lirih Aldianto pada dirinya sendiri sambil menunduk menyembunyikan air matanya, ia sudah tak mendengar penjelasan suster yang lain setelah mendengar kabar kematian istrinya,
'andai ia menuruti kata Desi istrinya, hal ini mungkin tak akan terjadi' batinnya,

sambil memejamkan matanya Aldianto mencoba menahan rasa sesak dihatinya karena kehilangan orang yang mencintainya disebabkan oleh dirinya sendiri, andai ia tak memaksakan untuk menyetir kecelakaan ini tak akan terjadi, kini ia hanya dapat berandai menyesali keputusannya.

Karena tak mendapat respon suster'pun melihat ke arah si pasien, ia merasa curiga karena pasien diam tak bersuara dengan kepala menunduk, ia takut si pasien mengalami gagal jantung karena berita yang ia sampaikan
' mampus gue bisa dituntut gue nih sama keluarganya kalau sampai kenapa-napa, aduh jangan mati dulu dong om, gue mau kok jadi ganti istri om apalagi si om masih ganteng, macho lagi nih ' batin si suster

Sambil melihat pada pasien, tangan susterpun terulur mengoyang bahu si pasien,
" pak, anda tidak apa-apa'kan? "

Aldianto tersadar dari lamunanya karena goyangan tangan suster dibahunya dan cepat mengelap sudut matanya yang berair dengan tangan kanannya agar tidak terlihat menangis oleh si suster.
" ya, saya tak apa-apa "
" baik'lah, karena anda sudah sadar nanti dokter akan memeriksa anda " jelas suster sambil melepaskan alat EKG dan mengesernya ke samping.

Melihat tak ada reaksi suster kembali berkata "Kalau begitu saya permisi dulu" ucapnya sambil melihat ke arah pasien yang lagi-lagi melamun, susterpun berjalan keluar sambil menggelengkan kepalanya. Suster itu yakin pasti si pasien lagi ngelamunin sang istri.

" kreek, duk " suara pintu tertutup menyadarkan Aldianto dari bayangan sang istri yang selalu menemaninya.

Merasa sesak dengan perasaan bersalahnya kepada sang istri Aldianto turun dari ranjang pasien dan berjalan keluar dari ruangannya menuju taman rumah sakit.

Saat berjalan tanpa sengaja kaki kirinya menendang sesuatu, tapi ia tak sampai terjatuh, saat melihat kebelakang ternyata ia menendang kaki seorang gadis yang kemungkinan pasien juga kalau dilihat dari pakaiannya, tapi si gadis hanya diam saja tanpa merasa terganggu.

Karena merasa penasaran ia'pun duduk di bangku yang terdekat dengan si gadis, pandangan gadis itu nampak kosong saat tadi ia melihatnya.

Tak berapa lama ia melihat si gadis didatangi seorang gadis yang lebih muda, ia mendengar samar pembicaraan mereka,

" kak Katina di sini rupanya, tadi saat kembali ke kamar rawat kulihat kakak gak ada, aku'kan jadi bingung "
" kakak cuma jalan sebentar kakak cuma bosan di kamar "
" kak Aryo akan dimakamkan sore ini"
" ya "

Karena suasana yang hening Aldianto melihat kearah kedua gadis tersebut dan keduanya telah berjalan pergi dengan si gadis pasien dipapah oleh gadis satunya.

Dalam hatinya ia merasa sedih melihat gadis pasien itu, mungkin itu'lah arti tatapan kosongnya tadi. Ia jadi merasa senasib dengan si gadis pasien itu. Setelah merenung cukup lama, ia'pun berjalan kembali ke kamar'nya.

Saat membuka pintu kamarnya, ia melihat Dani anak tirinya duduk di sofa.
Dani yang mendengar pintu dibuka melihat kearah pintu dan begitu melihat ayah tirinya masuk segera berdiri membantunya mendorong tiang infus dan membantunya duduk di ranjang.

" Ayah kemana saja? bukankah ayah baru sadar, nanti ayah bisa kelelahan " sembari menaikkan kaki Aldianto Dani menatap ayahnya
"tidak, ayah hanya merasa bosan berada di kamar"
"apa kalian sudah mengurus pemakaman Ibu kalian?"
"Dina sedang berada di rumah duka, Dani ke sini ingin bertanya apakah Ayah ingin ke acara pemakaman Ibu?" tanya Dani sambil melihat wajah ayahnya yang sedih dan merana.
"hmm.... kita akan pergi, setelah dokter datang memeriksa'ku, kita menyusul Dina. " ucap ayahnya dengan raut wajah sedih

Dendam Berbuah Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang