5

8.5K 130 9
                                    

Setelah pemeriksaan dari dokter, Aldianto dan Dani langsung menuju ke tempat pemakamam Desi, karena tadi Dina menelepon Dani bahwa Ibu mereka akan segera dimakamkan karena waktunya telah tiba.

Di tempat pemakaman Dina masih menangis dengan sedih di samping pusara Ibunya. Aldianto, Dani dan Andi berdiri bersisisian di sebelah kanan Dina menerima ucapan belasungkawa dari para pelayat yang ikut hadir di pemakaman Desi.

Andi ikut menghadiri pemakaman Desi walaupun tanpa bisa membawa Aldo yang tak ingin ikut hadir.
Aldianto memang cukup dekat dengan Andi, karena selain menjadi karyawan di kantornya ia juga merupakan teman baik dari Aldo anaknya sehingga ia menjadi orang  kepercayaannya.

Setelah para pelayat mulai berjalan pulang, Andi ingin meminta izin pada Aldianto untuk melayat ke pemakaman yang tak jauh dari tempat mereka.

" Om, saya mau permisi sebentar untuk melayat ke sebelah sana " ucap Andi sambil menunjuk ke arah di sebelah kanan mereka.

Aldianto yang penasaran memandang ke arah yang di tunjuk Andi, ia cukup terkejut karena melihat gadis yang ia jumpai tadi di rumah sakit.

" Kamu kenal dengan yang meninggal, Di? "
" Iya, Om. Tunangan teman saya yang kecelakaan bersama dengan Om " jawabnya dengan wajah sedih.
" Padahal ya Om mereka bentar lagi akan menikah, heee" sambungnya sambil menghela napas.

Jawaban Andi membuat Aldianto sangat terkejut, karena ia tak menyangka penyebab kesedihan dari gadis itu adalah dia.

" Om, saya pergi dulu ya "
Karena merasa panggilannya tak digubris, Andi dan Dani berbalik ke belakang melihat ke Aldianto.
Dani yang melihat pandangan kosong Ayah tirinya menepuk bahunya
" Yah, Andi mau pamit "
Tepukan Dani menyadarkan Aldianto dari tatapannya ke gadis di seberang sana.
" Ah, iya. Nanti setelah acara pemakamannya selesai, om harap kamu bisa ke rumah om karena ada yang ingin om bicarakan "
" Baiklah Om, saya permisi "

Andi'pun berjalan menuju ke pemakaman tunangan Katina sedang Dani berusaha menaikkan Dina dari
sebelah pusara ibunya untuk mengajaknya pulang, mereka'pun berjalan bersisian menuju mobil untuk pulang.

Sementara itu Andi yang tiba di tempat pemakaman Aryo mengucapkan belasungkawanya pada keluarganya. Setelah itu ia berdiri di dekat Karina.

Karinapun sedikit berbincang dengan Andi
" makasih udah mau datang ya, Di "
" sama-sama rin, kakak kamu'kan teman aku sih, gak usah sungkan gitu'lah " ucap Andi sambil mengusap bahu Karin.

Setelah proses pemakaman selesai, para pelayat mulai berjalan pulang. Katina masih diam berdiri menatap pusara tunangannya. Orang-orang yang melihatnya hanya dapat menggelengkan kepalanya karena mereka tak mengira bahwa nasib cinta Katina sangat menyedikan.

" sudah'lah kak, ikhlaskan agar kak Aryo dapat tenang di sana " ucap
Karina sembari memeluk Katina untuk menghibur sang kakak yang masih diam membisu
" lagian keluarga kak Aryo sudah ikhlas, karena mereka tahu kak Aryo sangat mencintai kakak "
" Tapi, Rin andai malam itu ia tak menjemput'ku, ini tak akan terjadi, hiks hiks hiks... " tangis Katina sambil memeluk adiknya
" itu sudah suratan takdir kak, kalian sudah merencanakan semuanya lama, hanya saja takdir berkehendak lain kak "
Andi yang mendengar pembicaraan kedua bersaudara itu'pun ikut menepuk bahu Katina
" Sudahlah Na, kita tak akan bisa membalikan waktu, kamu masih harus melanjutkan hidupmu "
" kak Na, pasti dapat melewatinya " bujuk Karin sambil mengusap punggung kakaknya yang masih memeluknya.

" ayo, kita pulang. Orang-orang sudah pada pulang nih. Aku akan mengantar kalian pulang " ucap Andi sambil mendorong punggung dua bersaudara yang sudah berdiri bersisian.

Ketiganya berjalan meninggalkan makam Aryo menuju mobil Aryo untuk pulang ke rumah Karina lebih dahulu.

Setibanya di rumah Karina, Mereka turun bersama, tapi Katina masuk ke dalam rumah lebih dulu tanpa mengatakan apapun. Sedang Karina masih di depan rumah bersama Andi
" Di, mampir dulu "
" ngak deh, Rin. Aku masih ada sedikit urusan, besok aja ya "
Ucap Andi sambil masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mobilnya
" ya, udah. Hati-hati di jalan ya "
" OK, bye rin " jawab Andi sambil melambaikan tangannya dan menjalankan mobilnya.

Setelahnya Karina bergegas ke dalam rumah untuk melihat keadaan kakaknya.

Andi memacu mobilnya menuju rumah Aldianto, untuk membicarakan kasus kecelakaan yang menimpa sang atasan, karena Dani telah meminta Andi untuk menangani kasus tersebut, saat ia mengurus pemakaman sang Ibu.

Andi yang sedikit melamun tak terasa telah tiba di kediaman Aldianto. Andi turun dan memencet bel rumah, tak lama pelayan rumah membukakan pintu.

" oh, den Andi "
Bi Sumi art kepercayaan Aldianto yang membukakan pintu untuknya
" iya, bi. Bapak ada? "
" ada, Den. Di ruang kerja lagi nunggu aden, katanya klo aden datang langsung ke sana saja "
" ya, udah deh aku ke dalam dulu bi takut ntar Bapak kelamaan nunggu. Mari bi "
" iya, den. Silahkan "

Andipun berjalan ke ruang kerja Aldianto, sedang bi Sumi kembali ke dapur setelah menutup pintu. Andi sudah sangat mengenal rumah Aldianto karena ia sering menginap di sana saat masih bersekolah bersama Aldo, jadi para art di rumah itu sudah pasti sangat mengenalnya.

Andi mengetuk pintu ruangan kerja Aldianto
' tok, tok, tok, ' sembari mengetuk Andi memanggil
" om, ini Andi "
" masuk, Di "
Andi masuk ke dalam dan melihat Aldianto sedang berdiri melihat keluar dari jendela di ruangan tersebut. Andi pun berjalan ke sofa ruangan tersebut dan duduk di single sofa yang menghadap ke arah berdirinya Aldianto.

" Di, om mau minta bantuan kamu "
Ucap Aldianto sambil berbalik melihat pada Andi
" Iya.... om " jawabnya terkejut sambil melihat ke mata sang om, karena keheningan yang cukup lama tadi
"emangnya om mau Andi bantuin apa? " tanyanya bingung pada sang om.

Sorry ya lama baru update,  HP nya di bajak main game, jadi gak bisa ngetik melulu

13 agustus 2019

Dendam Berbuah Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang