2 (second) MFALL

26 1 0
                                    

     Selama berjam-jam berada di pesawat, akhirnya aku sampai juga di bandara Internasional Incheon Korea Selatan. Tujuanku selanjutnya adalah menuju gedung apartemen di Seoul. Lokasi kerjaku nanti berada di Seoul. Disanalah aku akan menyewa apartemen. Aku masih akan menyewa, bukan membeli. Uangku pastinya belum cukup untuk membeli apartemen di Korea Selatan, yang harganya cukup terbilang mahal.

      Aku masih berada di bandara. Kuhentikan langkah kakiku yang tadinya terus saja berjalan hendak keluar dari bandara. Kubuka tasku untuk mengambil handphoneku disana. Aku berniat akan menghubungi Kei. Aku akan mengabarinya kalau aku sudah sampai di Korea.

      Kutekan tombol hijau untuk melakukan panggilan pada Kei. Tak berapa lama, Kei pun mengangkat panggilan suara dariku.

     "Hai Sayang," sapaku padanya di seberang telpon lalu aku kembali berjalan sambil menggeret koperku.

     "Hai, juga sayang. Kau sudah sampai di Korea?" tanya Kei.

      Aku mengangguk walaupun Kei tak bisa melihatnya. "Ya, tapi aku masih di bandara saat ini."

      "Baguslah, sayang. Cepatlah cari apartemen disana. Aku jadi khawatir padamu,"

      "Ya," jawabku singkat dengan senyuman.

      "Kau sudah menghubungi mama, sayang?"tanya Kei padaku. Maksud mama disini adalah ibuku.

      "Belum. Orang yang pertama kuhubungi adalah kau, Kei,"jawabku disertai tawa kecil.

      "Oh ya? Hahha..." tawa Kei terdengar memenuhi telingaku. "Cepatlah cari apartemen, Selya. Hubungi mama setelah kau telah berada di apartemen,"ujar kei setelah tawanya.

      "Itu memang niatku dari awal... hahah," tawa kecilku kembali terdengar.

      "Kau baru saja pergi. Tapi aku sudah merindukanmu. Rasanya aku ingin..."

     "Tunggu sebentar, Kei," ujarku memotong ucapan Kei. Pandanganku kini mengacu pada seorang pria tinggi, memakai jaket, bertopi, dan bermasker yang tengah berlari sambil di kejar oleh beberapa orang wanita. Yang membuatku menghentikan ucapan Kei, bukan karena itu, tapi karena dompet pria yang dikejar wanita tersebut, terjatuh dari kantung celananya. Tampaknya wanita yang mengejar dia, sama sekali tak sadar akan dompet yang terjatuh dari kantung celana pria itu.

      Sambil masih memegang handphone yang belum memutuskan panggilan dengan Kei dan sambil menggeret koper, aku segera berlari dan memungut dompet tersebut. Dan akhirnya mau tak mau akupun menjadi bagian dari wanita yang mengejar pria tersebut. Hanya saja aku dan mereka mempunyai tujuan yang berbeda dalam mengejar pria tersebut. Aku ingin mengembalika dompet pria tersebut sementara wanita itu....? Entahlah aku tak tau tujuan mereka.

       Aku terus saja berlari dengan objek sasaran yaitu si pria tersebut. Pria tersebut berlari dengan sangat kencang sampai aku capek mengejarnya. Tapi para wanita yang mengejar pria tersebut mungkin tak memiliki rasa letih sehingga saat aku saja sudah capek berlari, mereka sama sekali tak berhenti mengejar sang pria tersebut.

      Karena kakiku sudah pegal, akhirnya aku berhenti mengejar sang pria tersebut. Sekarang aku hanya memandangi pria tersebut telah sangat jauh dari posisiku, dengan wanita yang masih setia mengejarnya.

      Aneh melihatnya. Mungkin saja pria tersebut memiliki hutang pada banyak orang, sampai dia dikejar kejar seperti itu.

     "Ppffth..." aku menahan tawaku karena berpikiran bahwa si pria tersebut di kejar kejar karena memiliki hutang. Tapi mungkin saja pemikiranku benar.

My First and Last Love (PCY) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang