4 (fourth) MFALL

28 0 3
                                    

     Ini sudah hari ke empat aku berada di Seoul. Hari ini aku harus segera bersiap siap untuk bekerja di tempat kerja pertamaku, tempat kecantikan itu, atau lebih bagus disebut salon.

     Kupegang handphoneku dan kubuka E-mail yang masuk dari pihak salon beberapa hari yang lalu. Salon itu berada di Gangnam Street. Gangnam street yang setahuku itu, disanalah banyak berdiri perusahaan agensi agensi artis, seperti SM, JYP, dan.... entahlah. Aku lupa semuanya. Maklumlah aku mantan Kpopers... hehe.

      Aku pergi ke sana dengan menggunakan bus seperti biasa. Setelah turun di halte, ya pastinya aku jalan kaki. Di Indonesia aku tak pernah jadi orang susah begini, tiba di Korea.... wow! Aku berubah jadi power rangers. Eh.... salah. Berubah drastis.

       Di depanku sekarang telah tampak sebuah salon dengan papan nama, Pink fashion and stylish, di jalan Gangnam. Kubuka kembali E-mail di handphoneku untuk memastikan kalau tempat salon tersebut adalah tempatku bekerja.

     Setelah kubuka email, ternyata benar, nama tempat salonku bekerja adalah Pink Fashion and Stylish. Tadi aku tak membaca keseluruhan Email tersebut.

      Kulenggangkan kakiku memasuki tempat salon tersebut. Sesuai dengan nama salonnya, pink fashion dand stylish, dinding ruangan dan seluruh perabotannya di dominasi oleh warna pink. Mungkin saja itulah yang menjadi alasan nama salon tersebut adalah pink fashion and stylish.

      Di dalam salon tersebut, aku langsung disambut para stylish disana.

     "Annyeonghaseyo" Sapa mereka dengan membungkuk, begitu aku memasuki salon.

     "Nde, annyeonghaseyo," jawabku dengan tersenyum. Pasti mereka nanti yang bakalan jadi temanku selama bekerja disini. Mereka sangat ramah.

     "Agashi (nona).... apa yang bisa kami bantu untuk anda, agashi?" Tanya salah satu stylish yang mendekat padaku.

     "Ah... saya bukan pelanggan. saya akan bekerja disini. Saya pekerja dari Indonesia," ujarku dengan tersenyum padanya.

     "Oh... geuraeyo (benarkah)? Silahkan tunjukkan kartu keanggotaan anda. Biar saya beritahu pada pemilik salon ini, kalau anda akan bekerja disini," ujarnya padaku.

     Aku otomatis bingung harus bagaimana. Kartu itu sudah.... hilang. Matilah aku...

     "Hm... a-aku..." ujarku mencari alasan dengan mengalihkan pandanganku kesana kemari. "Aku lupa membawa kartunya," ujarku yang membuat stylish tersebut diam dan hanya memandangku.

      Stylish tersebut mulai berbicara padaku. "Mianhaeyo... kami tidak bisa menerima pekerja tanpa kartu itu."

     Aku mulai paham, ternyata kartu itu memang dikirim agar aku bisa masuk ke salon dan bekerja. "Hmm.... aku benar benar melupakannya. Besok aku akan membawanya. Jadi biarkan aku bekerja hari ini," ujarku meyakinkan.

     Stylish tersebut hanya menggeleng padaku, "mianhaeyo... tetap tak bisa. Kau lihat scanner disana," stylish tersebut menunjuk ke arah sebuah scanner yang biasanya dipakai di mall untuk membaca barcode barang. Mataku pun mengarah ke scanner tersebut.

     "Kartu keanggotaan akan di tunjukkan ke scanner tersebut," kata stylish itu lagi.

     "Tapi kumohon, besok aku akan membawanya. Rasanya sia sia kalau aku kemari tapi tak bekerja. Kumohon," ujarku dengan memohon sambil menyatukan tanganku dihadapannya.

      "Maaf... tidak bisa. Besok kau bisa datang kemari lagi dan bawalah kartu itu," ujar sang stylish kemudian meninggalkanku dengan kebisuanku.
     
    Akhirnya karena sudah di tolak, aku pun keluar dari salon tersebut dengan terpaksa.

My First and Last Love (PCY) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang