Petaka kata

24 3 0
                                    

Selamat malam jumat!
Jadikan membaca sebagai hobi ya.
Stt, senang membaca menurunkam risiko kepikunan di hari tua loh.





Anak kelasku sedang bersiap-siap untuk tamasya ke tempat wisata. Rencana 'berkumpul bareng sebelum lulus' ini sudah terusul sejak lama, hanya baru sekarang bisa dilaksanakan. Kami semua sudah berganti baju dengan tema yang lebih casual.

Keberangkatan dimulai dari titik yang sama, parkiran sekolah. Lalu kami bersama sama pergi ke tempat wisata, jalan-jalan sekaligus makan.

Jangan lupakan tamu spesial kelas kami. Siapa lagi jika bukan Gema. Entah siapa yang memperbolehkan dia ikut dalam acara kelas kami. Tapi yang jelas ku ketahui dia akan terus mengintili karena beberapa anak kelas ku pun menebeng dengan mobilnya.

Kurang lebihnya tiga puluh menit untuk sampai ke tempat wisata alam ini. Banyak binatang yang terkurung dalam kandang besi, buaya misal. Buaya tuh cocoknya emang dikandangin, bahaya kalo keliaran. Nanti banyak korban baper, php, dan seterusnya.

Tapi sebelum jalan jalan, kami memilih untuk makan terlebih dahulu. Mengisi tenaga katanya.
Sembari menunggu pesanan tiba, aku sibuk berfoto dengan Bora. Di depanku, Rani dan teman temannya duduk. Tidak ada Gema disana. Setidaknya aku bisa bernapas lega kan enggak perlu melihat dia bermesraan dengan Rani terus di depan mataku.

Tapi tidak berselang lama, Gema muncul. Hanya duduk diam di belakang Rani, terlihat tidak ingin ikut bagian dalam menikmati hidangan siang ini.

"Kamu mau makan gak?"tanya Rani padanya.

"Enggak nafsu,"sahutnya. Sok sok-an gak nafsu. Disuapin juga pasti ditelan makanannya.

"Tumben." Aku menyela. Shit! Petaka. Sumpah, aku tidak sengaja mengucapkannya secara lantang begitu. Maksudku tadi hanya berkata dalam hati, tau nya malah kebablasan.

Semua yang duduk di sekitarku melihati. Mungkin ini tidak jauh dari definisi tercyduk seperti yang sedang tenar diperbincangkan.

Bora, Rani, Ika, Restu, Mika, Yolan, bahkan Gema melihati ku dengan tatapan aneh. Terkejut mungkin, dengan kata yang ku ucapkan secara tidak sadar. Aduh, harus gimana nih?

Aku pun pura pura santai, seperti tidak mengucapkan kata petaka itu. Beruntungnya ponsel selalu ditanganku dan saat aku menyebutkan kata petaka itu, mataku selalu tertuju pada ponselku. Dengan begitu kan aku bisa sedikit berdalih. Syukurnya mereka tidak mempertanyakan perkataanku barusan.

Selesai makan dengan suasana yang begitu canggung. Kami berpencar, jalan jalan. Bosan melihat buaya dan binatang lain yang terkurung, aku memutuskan pergi ke area taman dengan permainan jungkat jungkit, ayunan, dan sebagainya.

Tidak sadar, ternyata di salah satu ayunan itu, Gema sedang tiduran santai sendirian. Aku melewatinya, enggan melihatnya tapi aku meliriknya dengan ekor mataku.

Jelas, dia kesal padaku. Mata itu, baru pertama kali ini ku lihat memancarkan ketidaksukaan, kesal dan emosi negatif lainnya. Kabar bagusnya objek dari emosi negatifnya itu adalah aku. Wah betapa beruntungnya aku, perlukah aku berikan penghargaan atas capaian ku ini?

Tidak ada maaf yang terucap, hanya diam dan berusaha menebalkan muka. Seolah tak terjadi apa apa dan aku baik baik saja.

Aku sedikit bersyukur, setelah sekian lama-- lagi, Gema mau melihatku walau dalam pandangan yang buruk.

Cuman satu kata itu aja bisa dengan mudah buat kamu tersinggung dan marah, terus apa kabar denganku Gem? Seharusnya aku yang marah disini. Aku dan kamu adalah orang asing tapi tanpa sadar, kita saling menyakiti satu sama lain.



Hiyahiyahiyaa..
Apa yang akan kalian lakukan kalau berada di posisi Beby?
Btw, ini part lumayan panjang ya dari biasanya. Akhirnya dikit-dikit aku bisa nulis dengan panjang dan lebar.

CROWN PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang