#Nsmcc
#NsMultychallenge*
Three: Which Hell Do You At?***
Ting!
Suara denting cangkir beradu dengan tatakan porselen menjadi ikon suasana yang damai. Pagi yang cerah seperti biasa di dalam dome. Dan untuk kesekian-- ah, bukan! Maksudnya untuk yang beratus-ratus kalinya, Naruto hanya duduk termenung di paviliun dari terbitnya matahari hingga senja menyapa.
Inilah kehidupan yang Naruto jalani selama bertahun-tahun. Dipenjara dalam sebuah ruang yang orang-orang sebut... surga. Memang benar semua terlihat mewah di dalam sini. Mansion megah yang kokoh menjulang, taman bunga warna-warni yang memikat hati, serta fasilitas yang disediakan seolah ia adalah raja dari surga yang dihuni oleh dirinya seorang.
Semua sempurna. Bahkan Naruto tak perlu repot-repot bekerja untuk mengisi perutnya. Setiap hari, tiga kali sehari ditambah camilan sembari minum teh, semua telah disediakan untuknya. Naruto tinggal duduk dan menikmatinya. Tapi tentu saja, tak ada hal yang bisa didapat dengan cuma-cuma. Dan sebagai ganti dari semua yang mereka beri, Naruto harus memberikan tubuhnya untuk mereka teliti. Ya, menjadi cyborg adalah harga yang pantas untuk Naruto bayarkan.
Pandangan Naruto beralih dari cangkir ke arah seseorang yang sudah berdiri di depannya. Matanya memperhatikan sosok yang tiba-tiba muncul itu dari bawah lalu ke atas. Kemudian tatapannya tertumbuk pada sesuatu di atas sana. Alisnya bertaut tak mengerti. Lantas mulutnya gatal untuk tidak meloloskan sebuah pertanyaan.
"Apa kau tersesat, Nak?" Nada penasaran namun penuh cibir keluar dari mulut Naruto. Wajahnya masih mendongak memperhatikan sosok aneh yang berdiri di depannya.
"Jangan panggil aku 'Nak', dasar kau pria tua bodoh!"
Naruto semakin bingung saat makian tak terima ia dapatkan dari sosok ini. Tapi berkat sistem pendengarannya yang sudah dimodifikasi, tak menjadi masalah baginya untuk mengidentifikasi siapa pemilik suara dibalik protective helm tersebut.
"Kau... kembali lagi?" tanya Naruto lirih. Ia tak percaya bahwa pemuda yang kemarin ia usir paksa, kini berdiri dengan percaya diri di depannya, lengkap dengan pakaian... chemical protective suit?!
"Tentu saja. Aku ini pemuda yang profesional, mana bisa hanya dengan kejadian kemarin aku mengundurkan diri. Sangat tidak elit," balas pemuda itu angkuh. Suaranya terdengar samar-samar karena seluruh wajahnya masih tertutup helm.
Naruto memandang aneh ke arah pemuda tersebut. Semua tubuhnya yang masih tertutup pakaian pelindung warna putih itu, tak luput dari pandangan Naruto. Setelah beberapa saat terdiam, Naruto kembali menyuarakan pikirannya.
"Lalu, kenapa kau... er... memakai pakaian pelindung bahan kimia? Kupikir kau tersesat di sini."
Sasuke mendengus pelan di balik helmnya. Meski pelan, tetap saja telinga Naruto bak sound amplifier bisa menangkapnya jelas.
"Aku hanya berjaga-jaga," sahut Sasuke setelah lama berpikir. Tentu saja ia tak akan tega jika alasan sebenarnya karena Naruto sudah seperti ancaman baginya, bukan?
"Hm? Kau pikir akan aman di dalam situ?" olok Naruto dengan wajah meremehkan yang kentara. Sasuke berdecih melihatnya. Ia benar-benar muak dengan lelaki tua yang dulu pernah ia kagumi.
"Heh, kau tak percaya?" Sasuke semakin menggeram di balik pakaiannya. Kesal. Bisa-bisanya Naruto memandang rendah kepadanya. "Baiklah, akan aku buktikan," sambung Naruto sebelum tangannya bergerak menyentuh ujung matanya. Sasuke terkesiap, sebuah sinar terang memancar dari kedua mata Naruto yang kini bergerak naik-turun memindai badan miliknya yang masih tertutup pakaian pelindung. Sasuke terdiam dalam kebingungan. Mata di balik helm itu mengawasi Naruto yang kini menghentikan pandangannya pada satu titik di antara paha Sasuke. Hanya hitungan detik, sinar terang dari mata Naruto hilang dan mata safir kembali terlihat normal. Sasuke mengerjap tak paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgotten Angel ✔
Fanfic[Complete] Definisi bidadari adalah ia yang berwajah elok rupawan dan tinggal di tempat yang bernama surga. Lalu, bagaimana dengan 'si Bidadari'? Sosok yang selalu Sasuke kagumi sejak ia masih kecil? Ya, definisi itu memang benar. 'Si Bidadari' ada...