#Nsmcc
#NsMultychallenge*
Four : Quietly Endure, Silently Suffer***
Cairan putih melesak masuk ke dalam pembuluh darah lewat jarum yang disuntikkan. Lengan mengejang sesaat sebagai respons benda asing yang memasukinya. Jemari tangan mengepal hingga otot-ototnya menonjol.
Sasuke, si pelaku penyuntikan, menatap Naruto yang sedikit meringis. Meski dibilang separuh badannya adalah robot, tak disangka pula rasa sakit dari tubuh manusianya masih bisa dirasakan.
Dengan kehati-hatian tingkat tinggi, Sasuke menarik jarum suntik yang habis memasukkan semua isinya. Perlahan, dia letakkan kembali suntikan bekas itu ke dalam kotak beledu hitam. Tangan berbalut sarung tangan lateks, kemudian meraih sebotol alkohol dan menuangkan sedikit di atas kapas. Sasuke mengoleskan kapas tersebut pada bekas suntikan di lengan Naruto agar mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan.
Fokus Sasuke sejenak membuat hening. Bahkan Naruto tak berani mengganggu konsentrasi Sasuke, apalagi yang Sasuke fokuskan adalah dirinya. Naruto pun memilih diam memperhatikan.
Sesaat setelah Sasuke merapikan semuanya, matanya beralih menatap Naruto yang masih memandanginya. Rasanya bingung, sebenarnya apa yang selalu Naruto perhatikan dari dirinya?
"Apa?" ketus Sasuke memecah keheningan.
"Tidak ada," jawab Naruto singkat, namun matanya masih belum jenuh menatap Sasuke.
"Kalau begitu jangan memandangiku seperti itu, Pak Tua!"
Naruto malah terkekeh. Pemuda di depannya sedang marah atau merajuk, sih? Wajahnya malah terlihat merah menahan malu. Bagaimana kalau Naruto semakin menggodanya?
"Sasuke, wajahmu..."
"Kenapa?" potong Sasuke tak sabaran. Sedang dipandangi Naruto sedemikian intens membuatnya malu tak terkira.
"Manis, ya?"
Sasuke segera berpaling menghindari tatapan Naruto. Ini respons diluar kesadarannya! Ah, sial! Sasuke terlalu dramatis menanggapi gombalan Naruto, padahal dia kan juga laki-laki.
"B-bisakah kau diam, Pak Tua?! Kau sangat tidak lucu!"
Naruto malah terkekeh geli. Kan memang dia sedang tidak bercanda, dia sedang memuji. Ck, Sasuke sudah seperti perempuan saja, salah tingkah ketika dipuji. Padahal yaa... memang Sasuke terlihat manis dengan wajah oriental dan mata bulatnya itu.
"K-kenapa tertawa?! Kau sungguh pria tua yang menyebalkan!" Sasuke geram, hingga ia tak tahan untuk tidak melontarkan kata-kata itu tepat di depan Naruto. Bukannya berhenti tertawa, Naruto semakin memperkeras tawanya dan membuat Sasuke semakin kesal.
"Yaa... walaupun aku memang menyebalkan, tapi kamu bahkan rela kembali ke sini untuk bertemu denganku, bukan? Ternyata seleramu 'Pria Tua Menyebalkan', ya?" ledek Naruto tepat sasaran. Dilihatnya wajah Sasuke semakin memerah. Matanya tak berani memandang Naruto.
Sasuke berdiri. Ia berpaling, tapi Naruto yakin wajah di balik itu sedang merona seperti terbakar matahari musim panas. Yaa, setidaknya Naruto lah yang menjadi matahari itu. Ah, bercanda!
"Kau mau pergi?"
"Ya... aku akan menemui Tuan Jiraiya sebentar," jawab Sasuke tanpa memandang Naruto.
Naruto tak berubah ekspresi, tapi ada satu insting negatif yang memenuhi benaknya. Ia harusnya memperingatkan Sasuke agar tak dekat-dekat dengan orang lab, tapi di lain sisi dia juga paham, ini adalah bagian dari pekerjaan Sasuke.
"Kalau begitu... hati-hati. Aku akan menunggu di sini seperti biasa."
Sasuke terhenyak. Suara Naruto terdengar mengkhawatirkannya.
"Tanpa kau beritahu juga, aku akan berhati-hati. Aku bukan anak kecil lagi yang masih buta arah dan tak mengerti mana yang baik dan benar. Jadi... jangan mengkhawatirkanku secara berlebihan."
Usai berkata demikian, Sasuke pergi. Sesak rasanya ketika memikirkan Naruto menganggapnya sebagai anak kecil yang tak lain adalah cucu dari temannya. Sasuke ingin dianggap teman, bukan sebagai remaja yang suka main-main. Ia serius. Dan ia akan buktikan pada Naruto!
Sedang di paviliun putih itu, Naruto duduk terpaku. Wajahnya berubah serius.
"Dasar anak itu..." gumamnya pelan. Sedari awal memang ia melihat Sasuke sebagai cucu dari si Berengsek Madara. Kepribadian mereka yang tak jauh berbeda, membuat Naruto bisa melihat Madara dalam diri Sasuke. Keras kepala yang sama dan sifat-sifat lainnya. Dan satu keputusan yang ia ambil dari awal bertemu Sasuke, ia ingin melindungi anak ini dari kelamnya neraka yang ia masuki sendiri.
Mungkin ini bisa jadi balas budi terkahir yang bisa Naruto lakukan untuk Madara, dengan menjaga cucunya dari jangkauan pihak lab. Tapi dengan sempitnya ruang geraknya saat ini, membuatnya tak leluasa. Ia sadar, selama ini gerak-geriknya bahkan terekam kamera cctv. Tentu saja untuk kabur akan sangat mustahil.
"Urgh...."
Sial! Sebenarnya obat apa yang Sasuke berikan padaku? batin Naruto yang merasa kesakitan di bagian kepala. Rasanya seperti pukulan palu yang menghantam telak dan berkali-kali di dalam sana. Denyut nadi semakin menggila. Pacu jantungnya pun di luar batas normalnya.
"Akh... Aku harus bertahan... Se-sebentar." Desis keluar seiringan dengan cairan putih yang dimuntahkan. Tangan menggenggam erat pinggiran meja. Badan bersimpuh di atas lantai, dengan mata merah menahan kendali tubuh yang mulai meliar. Suhu tubuh meningkat, tapi itu bukanlah hal yang membuatnya khawatir. Ia hanya mengkhawatirkan satu hal. Jika Sasuke datang dan melihat keadaannya saat ini, maka Naruto hanya membuat Sasuke menyalahkan dirinya sendiri. Ya, Naruto harus bertahan sebentar lagi!
✒✏✒✏✒
See ya, next chap 🙋
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgotten Angel ✔
Fanfic[Complete] Definisi bidadari adalah ia yang berwajah elok rupawan dan tinggal di tempat yang bernama surga. Lalu, bagaimana dengan 'si Bidadari'? Sosok yang selalu Sasuke kagumi sejak ia masih kecil? Ya, definisi itu memang benar. 'Si Bidadari' ada...