frog

87 5 7
                                    

Part 15
Main Cash:
Phana Kongthanin – 19 Tahun
Wayo Panichayasawat – 16 Tahun
Terchantavit Panichayasawat – Daddy Wayo
Davikah – Mommy Wayo
Chai Kongthanin – Ayah Phana
Aum – Ibu Phana

***

Phana kembali mengeluarkan lidahnya dan menjilat kulit leher yang tadi ia gigit.

"A-aaahhhh"”

"Apa Phi bisa ‘memakanmu?’" tanya Phana yang di lanjutkan dengan kedua bibirnya yang menempel sempurnya di leher Wayo, dan kini ia mulai menghisap bekas gigitannya tadi.

"A-aaaahhh.. Phii.. Uuuummhh” desah Wayo tak tertahankan ketika mulut dan bibir Phana terus mengerjai lehernya.

Tubuh Wayo terus dan terus bergerak menahan sensasi ketika lidah Phana membasahi lehernya, gigi Phana menggigiti lembut kulitnya, membuatnya terus mengerang, namun seketika, erangan itu berubah menjadi desahan penuh nikmat ketika kembali lidah panas Phana membelai lukanya dengan lembut dan intens, serta hisapan-hisapan dari mulut Phana makin menambah keras desahan yang ia keluarkan.

Tak hanya bibirnya yang terus membuka menyuarakan erangan dan desahan, namun tangannya sedari tadi terus bergerak-gerak gelisah. Wayo hanya terus mendesah menikmati perlakuan Phana pada lehernya.

"A-Aaaaahh" Wayo mendesah dengan keras ketika tubuhnya kembali di buat bergetar hebat saat merasakan ada jemari yang menyentuh kedua titik sensitif di dadanya. Desahannya berubah menjadi erangan nikmat ketika jemari itu mulai memain-mainkan titik sensitif itu dan membuatnya semakin menegang.

"Aaahh.. Phiiii.. Uuuumhhh" desahan terus menerus mengalir dari bibir Wayo yang membuka. Tak ia sadari kapan Phana melepaskan kemeja tipis yang membalut tubuh atasnya. Yang ia tahu sekarang ini hanyalah kenikmatan yang terus di berikan oleh Phana padanya.

"Aaahhh~" jerit Wayo saat sesuatu yang hangat melingkupi salah satu nipplenya. Tubuhnya sedikit melengkung ketika merasakan kenikmatan yang melandanya.

Phana tersenyum saat melihat reaksi polos Baby mungilnya. Suara manis Wayo yang mendesah membuat libidonya naik menjadi makin tak terkendali. Dengan nafsu yang kini menguasai dirinya, Phana melumat salah satu nipple mungil Wayo. Ia lumat nipple kecil itu dengan menggunakan gigi dan lidahnya. Dan tak lupa, satu tangannya masih terus memainkan nipple Wayo yang satunya, membuat sang empunya tubuh makin menggeliat merasakan serangan pada kedua titik sensitifnya.

"Kyaaaah.. Phiiii.. Aaaahhh" desahan Wayo yang makin keras semakin menambah semangat Phana untuk makin mengeksplorasi tubuh sang bocah mungil. Dan sepertinya, tangan kanannya yang kini menganggur, menemukan salah satu kegiatan yang kelihatannya akan sangat menarik.

Phana mulai memasukkan tangannya ke dalam celana Wayo. Mencari-cari sesuatu yang ia tahu sudah sedikit menegang pastinya. ( Belum tegang guys .. )

"A-aahh.. Phiiii.. Aap-apa yang Phi.. Aaaaaahhhh" ucapan Wayo tak sempat terselesaikan karena tiba-tiba saja jemari Phana sudah menyentuh langsung penisnya dan menggenggamnya erat.

"Aahh.. Phiii.. Uungghh" Wayo kembali mendesah dan makin keras ketika jemari terlatih milik Phana kini mulai bergerak ke atas dan ke bawah, memberikan kocokan kepada penisnya, membuatnya semakin menegang karena Phana belum melepaskan mulut dan tangan kirinya dari kedua nipple Wayo.

"O-ouugh.. Aahh.. Fast.. teerhh.. Aaah" Wayo terus mendesah ketika Phana mempercepat gerakan tangannya, dan mulutnya terus saja melumat nipple Wayo, sementara tangan yang lain juga terus mengerjai nipple kiri Wayo. Semua rangsangan itu membuat sang bocah manis mulai tak tahan dan kini penisnya basah karena megeluarkan precumnya.

"Ooooh..  Aahhh.. Phiii.. Keluaaarh” racau Wayo di tengah desah kenikmatannya akan seluruh tingkah Phana yang terus mengerjainya. Phana yang mendengar racauan Wayo mengangguk mengerti, dan makin mempercepat kegiatan tangannya. Ia ingin membuat bocah mungil di bawahnya merasakan nikmatnya terlebih dahulu.

"You Don't Know Love" ( END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang