03

58 4 0
                                    

Kenapa gagak hitam harus menjadi perwakilan dari datangnya kesialan. Aku benci gagak hitam, aku benci kegelapan dan "Aku benci hidupku"

"Aku juga benci hidupmu"
Indra pendengaran ku menangkap suara seorang pria yang di ubah menggunakan suatu alat sehingga terdengar seperti robot, dasar licik!

Dup

Dup

Dup

Rasanya pria itu menuju ke arahku, ia terdengar sengaja menghentakan kakinya agar aku ketakutan, tapi dengan bangga ku katakan bahwa aku tak takut sama sekali. Tapi tunggu indra penciumanku menangkap wangi perfume Noir Tease. Wangi yang manis campuran vanilla, buah pir dan bunga Gardenia. Aku yakin ada orang lain kecuali kami di sini.

Seseorang menyentuh pipiku dengan jari-jarinya "Akkhh!" Sial, pria itu menarik rambut ku ditambah luka yang ia berikan pada ku beberapa waktu yang lalu membuat sakitnya berlipat ganda

"HAHA bagaimana rasanya?"
Lidahku kelu, rasanya? Pertanyaan apa itu? Tentu sangat sakit! Aku bisa pastikan otak pria ini hanya sebesar biji jagung

"Lepaskan brengsek" Entah cuma perasaan ku saja atau dia memang melonggarkan pegangannya pada rambutku. Pria itu membuka penutup mataku, "Buram" itulah yang terjadi pertama kali saat aku membuka mata. Aku mengedipkan mata beberapa kali berharap pengelihataan ku normal

"Si...siapa?" Aku melihatnya dengan wajah terkejut, topeng kelinci dan setelan jas yang ia gunakan memberikan kesan lucu "Hahaha apa yang akan kau lakukan dengan topeng bodoh itu?"

Baiklah, aku akan mengutuk mulut ku sendiri. Aku tak bisa melihat ekspresinya tapi aku yakin dia sangat marah mendengar ucapan ku
"Topeng bodoh? Ini keren"

Dia menambah efek robot di suaranya membuat kesan lucu semakin menjadi, tapi aku tau ini bukan saatnya untuk bercanda, dia bukan orang sembarangan karena berani menculik ku

Aku mengedarkan pandangan ke penjuruh ruangan, ruangan ini kotor dan menjijikan, banyak darah di mana-mana tapi mata ku menangkap beberapa foto yang ada di dinding. Semua foto terdapat tanda merah silang kecuali "Foto ku?"

Ku ubah arah pandangan dan "Kau akan bernasip sama seperti gadis-gadis itu" Ku akui ia sangat cepat, ujung belati itu sudah berhasil merobek kulit leharku dan lihatlah cairan merah itu berusaha memberontak untuk keluar. Aku memang muak dengan hidupku tapi bukan berarti aku mau mati di tempat seperti ini

"Aku akan menikah dengan Jeon Jungkook, kenapa kau tak mengizinkannya? Kau menyukainya, aku kira kau laki-laki" Ucapku datar. Bisa kurasakan koresan itu semakin dalam, sepertinya aku benar-benar akan mati di sini "Baiklah bunuh aku, lagi pula tak ada yang benar-benar menginginkan ku di dunia ini"

Apa kau bercanda? Tentu itu hanya omong kosong, walapun hidupku tak berharga setidaknya aku sedikit menyayangi orang tua ku. Aku harap ia tak sungguh-sungguh ingin membunuh ku, aku bahkan belum merasakan sentuhan seorang pria, aku tak yakin surga akan menyiapkan pelacur pria di sana.

Berhenti. Goresannya berhenti. Apa aku berhasil? Di mana pria itu? Ia hilang di antara kegelapan, sepertinya dia cocok bermain di film Harry Potter.
Ia kembali dengan membawa bangku kayu tua? Oh Tuhan!

Prakkk

Ia menghantamkan bangku itu pada tubuhku, jelas aku terjatuh dalam ke adaan duduk dan terikat. Ia melepas ikatan pada tubuku. Tanpa aba-aba tubuhku merangkak menjauhinya, ia hanya menatapku lalu memiringkan kepalanya.

Aku ingin lari tapi dimana jalan keluarnya. Pria itu mendekat dan tanpa dosa ia menginjak jari-jari tangan ku. Rasanya salah satu jariku akan patah, sakit sekali. Aku mencubit kakinya agar tak menginjak ku lagi, yah berhasil.

Aku yakin, ini adalah hari terburuk dalam hidupku. Ia tak akan mengampuniku, dengan kaki jenjang yang panjang itu ia menendang seluruh tubuhku, bisa kurasakan cairan merah berkarat keluar dari mulut dan hidungku bahkan air mataku memberontak untuk keluar. Dan sialnya lagi, ia meletakan kaki kotornya di kepalaku. Apa aku seperti sampah baginya?

Aku menatapnya sinis, aku benar-benar membenci pria ini. Aku ingin membunuhnya dan membiarkannya membusuk di neraka. Ia berjongkok di hadapanku "Aku menyukai tatapan mu sayang" kemudian ia memelukku

Aku tak peduli dengan apa yang ia katakan, aku bahkan tak bisa merasakan tubuhku sendiri. Pandanganku memudar dan semuanya kembali gelap.

.......

Aku membuka mataku, oh kenapa ini sangat terang. Ya, aku tau! Aku ada di surga. Aku dengar surga itu sangat terang dan damai. Oh aku tak menyangka akan mati di umur semuda ini. Aku mengedipkan mata ku lagi oh bukan ini kamar rumah sakit "Aku tidak tau kalau surga punya rumah sakit"

"Kau sudah sadar sayang?" Ku lihat wanita paruh baya itu menghampiri ku dan memelukku dengan hangat "Aku tidak tau kalau mama juga ada di surga"

Mama melihat ku "apa yang kau katakan? Kau di rumah sakit sayang" Oh aku hidup bagaimana bisa? Aku melihat tubuhku. Wow aku seperti mumi yang siap untuk di makamkan di peti Raja Firaun.

"Akhirnya kau sadar nak" Ucap pria paruh baya yang aku panggil Papa. Aku tersenyum dan ia memelukku hangat. Aku senang mengetahui fakta bahwa aku hidup.

"JHIAN!!" Teriak Jungkook dengan ekspresi yang sulit ditebak lalu memeluk ku erat. Bisa kucium harum keringatnya bercampur bau sabun yang memiliki wangi netral tapi tetap nyaman di penciumanku "Syukurlah kau tak apa-apa"

Senang mengetahui fakta bahwa ada seseorang yang sangat takut kehilangan ku, aku tersenyum tipis lalu berusaha membalas pelukannya.
Jungkook semakin mengeratkan pelukannya, tubuhku mulai merespon rasa sakit dan aku bergerak gelisah.

"Maaf" Sepertinya jungkook sadar jika tubuhku sakit jadi ia sedikit menjauhkan tubuhnya. Dia imut! Oh apa yang barusan aku katakan? Tidak tidak!

Aku melihat Jungkook yang masih setia melihat ke arah ku, ia tersenyum menampilkan gigi kelinci yang membuatnya benar-benar manis rasanya wajahku panas tapi mengingat soal kelinci, sepertinya kelinci akan menjadi hewat yang paling ku benci. Mengingatkan ku pada pembunuh bertopeng kelinci itu. Tuhan berbaik hati pada ku, ia menolong ku dan aku pikir aku tak akan menyia-nyiakan kehidupan kedua ini

Jungkook menemaniku seharian di rumah sakit, sepertinya ia benar-benar mencintai ku, ya aku harap! Senyum itu tak pernah luntur di wajahnya, aku bersumpah! Aku benar-benar ingin hidup bersamanya.

Ku genggam kedua tangan jungkook
"Aku bersyukur Tuhan masih mengizinkan ku bertemu denganmu Jeon, ia menyelamatkan ku dari pembunuh bertopeng kelinci itu"

Aku menatap matanya dan ia tersenyum sangat manis

Jungkook POV

"Tuhan? Bukankah dia harus menyembah ku. Aku yang memberinya kehidupan" Ucap ku dalam hati

Killer JKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang