18

27 1 0
                                    

Jungkook terlihat merungkukan diri pada sisi tempat tidur yang di kelilingi oleh barang-barang tak tersusun, terlihat lebih buruk dari kapal pecah. Jungkook pulang dalam ke adaan mata merah dengan tangan penuh urat yang mengepal dan tak lupa bercak darah yang memberi warna pada tangannya. Jungkook hampir menghancurkan seisi ruangan saat ini, merasa sudah lebih baik, ia pun menenangkan diri seraya terisak. Jhian, gadis itu seakan telah membuangnya. Jungkook memukul dadanya, sakit tapi tak terluka membuatnya kebingungan. Apa yang terjadi dengan diriku? Begitu batinnya. Jungkook terus bertanya tapi tak kunjung menemukan jawaban pada pikirannya.

"Kau Jatuh Cinta nak?" Jawab seorang wanita dengan sayap kelelawar dan ekor yang menyerupai panah kecil di ujungnya. Jungkook menoleh ke arah suara mendapati ibunya tengah menatapnya iba. "Ibu sudah bilang bukan, jangan berurusan terlalu jauh dengan manusia" Lanjutnya yang saat ini sudah mendekap wajah jungkook dengan tangannya. Jungkook masih menatap ke arah sang ibu. "Kau merindukan ibu mu nak?" Ucap Succubus itu dengan tangan yang menghapus aliran air mata yang berada di pipi Jungkook.

Bagaimana dengan Jungkook? Ia membuang muka, pantaskah wanita ini menjadi ibunya. Succubus mengusap pelan punggung jungkook yang masih terdapat hiasan kutukan yang sangat menyakitkan bagi pemuda itu seraya tersenyum getir "Cepat korbankan dia. Gadis itu adalah kunci kebebasanmu..... Ups gadis, bukankah dia sudah menjadi wanita sejak malam itu" Jungkook membelalakan matanya merasa getaran nadi yang seakan di pompa dengan kekuatan penuh "Anak ibu sudah dewasa rupanya" Succubus itu memainkan kuku panjangnya pada tubuh polos jungkook yang sedari tadi terekspos sempurna. Wanita itu menggigit bibir bawahnya seraya memandang bibir tipis putra semata wayangnya yang tampak basah dan menggoda "Mau mencobanya lagi?" Jungkook menegang, harga dirinya terasa terinjak-injak untuk ke dua kalinya. Jungkook kembali menatap wanita yang ada di hadapannya, memberikan tatapan jijik yang bahkan ia siapkan hanya pada wanita tak bermoral yang tengah merayu putranya sendiri, ah jungkook lupa bahwa wanita itu adalah iblis.

"Jangan sentuh aku dengan tangan kotor mu itu" Jungkook bergerak menjauh, merasa terancam dengan ke hadiran wanita sialan itu. "Jangan buat ibumu kecewa sayang" Ucap Succubus itu yang sekarang sudah mengganti wujudnya dengan seorang wanita polos yang tak asing di pikiran jungkook "Jhian....." Kata itu lolos begitu saja dari bibir tipis pemuda itu. "Ya Jeon" Ucapnya, Succubus itu meniru wujud Jhian untuk menggoda anaknya. "Tidak, kau bukan jhian" sahut jungkook mencoba meyakinkan dan menjernihkan pikirannya. "Apa maksud mu Jeon?" Jhian mulai membuka bajunya, seraya melakukan gerakan eksotis di hadapan jungkook "Temani aku Jeon" Jungkook menatap jhian terpana, seakan gadis itu ada di hadapannya dan menggodanya. Kau tak mengetahui betapa Jungkook merindukan sosok Jhian. Jhian? Bukan, dia adalah ibu dari seorang Jeon Jungkook, Succubus.

........

Jhian pov

Seminggu berlalu semenjak Jungkook menghilang dari radar dan menghajar soekjin tanpa ampun. Sejujurnya aku masih sedikit kesal jika mengingatnya, tapi aku tak ingin menjadi munafik, aku mengkhawatirkannya. Mataku selalu teralihkan ke depan pagar berharap Jungkook datang dan menemuiku yang sudah sedikit membaik. Tak kunjung mendapatkan kabar darinya membuat ku terus menelfon dan mengirimi pesan singkat padanya tapi nihil, aku tak kunjung mendapatkan jawaban. Semua teman ku berkumpul, mencoba menenangkan ku yang terlihat kacau sejak kemarin. Soekjin, Namjoon, Jimin, Taehyung, Hoseok dan Yoongi menatapku iba. Ahh menyebalkan saat hidupku di kendalikan oleh perasaan.

"Aku merasa d'javu...." Ucap Taehyung memecahkan keheningan "Ya. Kau ingat saat jimin pergi ke Jerman, kita juga berusaha menghiburnya seperti sekarang" Sahut hoseok seperti sambaran petir yang menghancurkan harga diriku. Aku berusaha mengontrol diri agar tak merobek mulut hoseok dengan kedua tangan ku sendiri. Aku sangat malu

"Benarkah?" Tanya Jimin yang semakin membuat ku ingin membuang diri ke dalam jurang terdalam di bumi ini, tolong beri tahu aku di mana letaknya. "Ya, dia menangis seperti ini..... Huuaaa!" Soekjin memperaktekan bagaimana aku menangis, astagah itu ekspresi yang sangat jelek, apa seburuk itu? "Lalu dia menghabiskan semua tisu di rumah ini sambil terus menyumpahi mu" Lanjut soekjin. Aku benar-benar ingin memaki soekjin, tak bisakah ia bersikap baik sedikit pada adik tercintanya ini. Aku benar-benar sangat malu terlebih Jimin yang terlihat terus tersenyum menanggapi cerita dari orang-orang bodoh itu, ah dia benar-benar manis. Oh yaampun sadarlah Jhian.

Suara langkah kaki samar mulai bergema di ruang tamu tempat kami berkumpul, semua iris melihat ke arah suara mendapati seorang pria yang berjalan dengan setelah kantor, ya itu adalah Jungkook. Hatiku seakan mendapatkan sepercik cahaya yang bahkan membuat bibir ku tersenyum tanpa ku sadari. "Jungkook....." Ucapku pelan seraya berdiri dan berjalan pelan ke arahnya, mencoba menggapai seseorang yang sangat ku rindukan. Aku terjatuh pada pelukan Jungkook, percayalah ini bukan kesengajaan, kaki kiri ku belun sembuh total. "Jeon...." Aku menatapnya sayu, mataku tak lagi bisa membendung air mata kebahagiaan yang tercurahkan saat ini, tapi tak sebaliknya. Jungkook hanya menatapku tersenyum.

Jungkook mendirikan ku, mencoba mendudukan ku pada sofa tentunya tak luput dari pandangan Soekjin and friends. "Jeo Jeonn, kemana saja kau.....?" Jungkook duduk di sebelah ku menggenggam kedua tanganku erat "Aku pergi ke Amerika untuk urusan pekerjaan, maafkan aku tak memberi mu kabar" Jelas Jungkook yang tentu saja memberiku sedikit ruang untuk bernafas, hatiku merasa lebih baik saat mendengar alasannya. Aku hanya mengangguk seraya kembali memeluknya sambil terisak. Tak peduli bagaimana orang memandang ku tapi sungguh aku merindukan sosok Jungkook berada di sisi ku. Semua orang menatap lega ke arah kami, tapi tidak untuk Yoongi. Ia masih dengan ekspresi dingin yang menyebalkan. Tapi ini berbeda, ia tak menatap ke arah ku tapi Jungkook, ia terlihat menatap jungkook tak suka. Ayolah, apa salah dan dosa jungkook?

"Aku sangat cemburu, bahkan aku lupa kapan terakhir Jhian menangis karena merindukan ku" Ucap soekjin merobek suasana serius yang tengah membekukan ruangan ini. Aku melepaskan pelukan kami, Soekjin sialan. Jungkook masih menatapku dengan senyum hangat seperti senyum yang ia tunjukan saat pertama kali kami bertemu. Tentu aku menundukan wajahku, aku masih tak percaya diri jika menatapnya yang tengah menatapku dengan mata bersinar bak bintang dilangit gelap. Bekas luka pada wajah ku membuatku malu akan nasip masa depan ku. Bagaimana jika orang membicarakan kami setelah melihat rupaku yang tentu tak sebanding dengan ketampan bak pangeran berkuda putih milik Jungkook.

........

"Dia adalah tunangan Jhian"

"Gadis yang malang, dia benar-benar tak beruntung"

"Apa maksud mu?"

"Kau masih mencintainya bukan?"

Jimin mengangguk ragu

"Maka selamatkan dia......"

Killer JKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang