13

30 1 0
                                    

Tiada ujung, surya kembali membentangkan sinarnya. Tak ada yang berubah sejak kemarin. "Jhian cepatlah, kau lambat sekali" Ucap seseorang yang sedari tadi menunggu ku di mobil "Ya!" Sahutku sedikit berteriak. Aku berlari menuju mobil "Kita sudah terlambat" Aku mendengus kesal seraya memajukan bibir bawahku, baiklah aku merasa bersalah sekarang. Soekjin melajukan mobilnya.

Setelah sampai kami di sambut oleh Jimin dan Namjoon "Kalian sangat terlambat" Ucap Namjoon spontan, seperti biasa! Soekjin memandang ku dari sudut matanya yang runcing tanpa kelopak mata ganda "Ada apa? Kau yang ingin membawa ku, jadi jangan salahkan aku" Soekjin bergumam pelan "Tak mungkin aku meninggalkan mu sendirian di rumah" Soekjin sedikit posesif akhir-akhir ini, walaupun aku sedikit jengkel tapi ini sudah kewajibannya sebagai seorang kakak.

"Jimin bisakah kau menemani Jhian sebentar" Pinta soekjin diikuti rasa tersentak di hati ku "Kenapa? Aku kan bisa ikut dengan mu" Tanya ku tak terima "Sudah ku jelaskan bukan? Aku ada urusan penting dengan Namjoon" Jelas soekjin "Tapi kau tak menjelaskan tentang Jimin" Ucap ku seraya melirik Jimin yang masih dengan senyum hangatnya. Soekjin mengusap wajahnya kesal "Jhian, aku tak tau ada Jimin disini dan kebetulan dia disini kalian bisa berkeliling sembari menunggu urusan ku selesai"  aku hanya diam mengerti.

Masalahnya bukan pada Jimin tapi akan jadi masalah besar kalau Jungkook melihat ini. Ia memberitahu ku agar tak mendekati Jimin. Ini sungguh pilihan yang sulit tapi aku tak bisa menentang kakak ku sendiri. Setelah soekjin dan Namjoon pergi, suasa menjadi canggung seperti berada di ruang yang hampa dan sesak. Entah sejak kapan hubunganku dengan Jimin seburuk ini, seingat ku bertemu dengannya adalah sesuatu yang menyenangkan, mungkin dulu sebelum ia memutuskan meninggalkan ku dan membiarkan perasaan ku membeku bagai kristal yang bahkan sayang untuk di hancurkan.

"Jhian, maafkan aku...." Ucap Jimin lirih seperti penuh dengan rasa bersalah, bukankah ini sudah terlalu terlambat untuk meminta maaf? Ia membuat suasana menjadi semakin sesak "Lupakan saja Jim, itu sudah berlalu" Aku memutuskan untuk tak membahas, lagi pula hubungan kami memang salah sejak awal "Tidak! Ini salahku, aku minta maaf...." Lanjut jimin. Aku senang dia sadar akan kesalahannya, aku melangkah maju mendekatinya lalu memegang bahunya "Jim, aku sudah memaafkan mu. Bisakah kita berteman kembali seperti dulu?" Ucapku dengan senyum manis yang menghiasi wajahku, percayalah aku benar-benar maafkannya.

Aku dan Jimin memutuskan untuk berkeliling sebentar, suasana sudah memenjadi lebih baik dimana hubungan ku dan jimin terasa lebih hangat dari kemarin. "Aduh!" Seorang wanita dengan sengaja menabrak ku "Ikut dengan ku" Wanita itu menarik tangan ku tiba-tiba membuat jimin siap siaga menangkis tangan wanita itu "Ada apa ini? kau siapa?" Wanita ini terlihat kusut dan kalut, ia berjalan mendekat lalu berbisik "Jungkook........" Mendengarnya mengucapkan nama pria itu membuat hati ku tersentak "Jim, tunggulah sebentar....."

"Tapi Jhian......." Aku memotong ucapan jimin "Ini urusan perempuan" Aku menepuk pelan bahu jimin menandakan bahwa tak akan terjadi apa-apa. Ia membawa ku cukup jauh dari keramaian, hatiku mulai di selimuti rasa khawatir.

"Batalkan perjodohan kalian" Ucapnya sembari menatapku dengan mata sayu bak matahari terbenam. "Kenapa?" Aku memcoba tenang dan meminta penjelasan "Ia monster....." Wanita itu mulai terlihat gelisah seraya melihat ke sana kemari "Sial........dia datang" Wanita itu berlari meninggalkan ku dengan histerisnya "Tidak, jangan dekati aku!!" Begitulah teriaknya. Aku hanya memiringkan kepala ku bingung "Ada apa?" Jimin berlari terengah-engah ke arahku dengan nafas pendeknya ia bertanya "Kau tak apa-apa?" Aku hanya mengangguk pelan, wanita itu sepertinya sudah gila.

Setelah kejadian itu, bohong jika aku berkata baik-baik saja. Aku sedikit khawatir, walaupun aku meyakini bahwa wanita itu gila. Mood ku sedikit buruk untuk berkeliling sekarang, kami memutuskan untuk menunggu soekjin di ruang tunggu. "Kenapa lama sekali?" Tanya ku sedikit kesal pada soekjin. Soekjin memperhatikan ku lalu menatap jimin lekat, jimin hanya mengangkat bahunya tak tau. "Maafkan aku, ayo pulang" Ucap soekjin seraya mencubit pelan pipiku, dasar soekjin bodoh!

Kami memutuskan untuk keluar gedung bersama, Namjoon bilang taman di halaman depan perusahaan miliknya baru di buat, ia ingin meminta pendapat kami, aku tak menyangka seorang Namjoon bisa tertarik membuat sebuah taman.

"Aaaaa..........."

Teriak seorang wanita bergema di sekitar gedung, lalu dalam sekejap.....

"Bruukkk!!"

Suara hantaman keras dari arah depan kami menimbulkan percikan cairan kental berwarna merah segar mengalir hingga mengenai sepatu yang ku kenakan. Aku tersentak, bisa kurasakan jantung ku yang mulai menyentuh tanah. Wanita gila itu mati dihadapanku. Dengan cepat soekjin menutup mata ku agar tak melihat kejadian mengerikan itu dengan jelas. Aku mulai terisak dengan sigap soekjin memeluk ku dan menjauhkan ku dari lokasi kejadian. Bisa kulihat orang-orang mulai berdatangan begitu juga Namjoon yang terlihat kalut.

"Ayo pulang!" Ucap soekjin

........

Aku diam melamun di balkon kamarku, memikirkan kejadiam yang membuat ku hampir gila karena ketakutan. Bahkan sulit memejamkan mata di malam hari, tiba-tiba sebuah tangan memeluk ku dari belakang, pelukan hangat dan nyaman membuat ku merasa lebih baik. "Kau baik-baik saja?" Tanya soekjin seraya menempatkan dagunya pada pundak kanan ku "Aku hanya mengangguk lemah "Soekjin berjalan ke hadapanku, menangkup wajah ku dengan kedua tangannya "Jangan pikirkan yang kemarin, semua akan baik-baik saja" Aku tersenyum, begitu beruntungnya aku memiliki seorang kakak sepertinya, tolong sampaikan terima kasih ku pada Tuhan.

Soekjin memeluk tubuh kecilku, bisa kurasakan kasih sayang yang teramat dalam padanya.

Ekhem.....

Sepertinya seseorang sedang menyaksikan kami dari belakang, soekjin melepaskan pelukan kami kemudian mencium kedua pipiku dengan nakal dan pergi meninggalkan ku dengan ekspresi terkejut melihat Jungkook ada di depan pintu. "Jungkook...." Ucapku pelan, isi kepalaku kembali terkusar, berputar-putar bagai teraduk, kembali memutar rekaman audio apa yang wanita itu katakan Batalkan perjodohan kalian, Ia Monster.....

Aku mengedipkan mataku beberapa kali mencoba menghilangkan pikiran buruk itu, benar kata soekjin aku harus melupakannya. Jungkook berjalan ke arahku "Apa yang kau lakukan bersama soekjin?" Aku tersentak mencoba mencari celah dari pertanyaannya "Apa maksud mu? Dia kakak ku" Jungkook terlihat mengerutkan keningnya "Terlalu mesra sebagai kakak dan adik" Aku bangkit dari tempat duduk ku, menatapnya sinis rasanya aku akan meledak "Apa yang kau pikirkan? Dia kakak ku tak lebih dari itu, kau cemburu pada kakak ku sendiri? Kau terlalu naif Jeon" Aku pergi meninggalkan Jungkook tapi ia menahan tangan ku kemudian menarik ku ke pelukannya "Aku memang naif, sangat naif. Kau hanya milik ku, bukan soekjin, orang tua mu atau tuhan tapi aku, hanya aku!"

Killer JKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang