12

24 2 0
                                    

Surya membentangkan cahayanya ke seluruh dunia, termasuk jendela dengan tirai putih di kamar Jungkook. Aku terbangun seraya mengucek kedua mataku, irisku menangkap seorang pria yang tertidur di samping ku tampa busana, sungguh malam yang melelahkan. Aku setia berbaring di sampingnya tanpa niat beranjak dari tempat tidur. Melihat setiap inci wajah polosnya membuat ku tersenyum malu, ia sungguh tampan. Saat sedang asik menatap wajahnya tiba-tiba jungkook membuka matanya, aku terkejut bukan main. Memalingkan wajahku dengan malu, tapi Jungkook menarikku kedalam pelukannya, tubuh polos kami kembali bersentuhan membuat ku kembali merinding tak ingin munafik tapi aku menyukai sensasi ini.

Jungkook mengecup singkat keningku "Selamat pagi sayang" balasku dengan senyum "Selamat pagi juga Jeon" Jungkook melepaskan pelukan kami mengambil posisi duduk sambil melakukan beberapa peregangan pada tangan dan kepalanya "Ingin melakukannya lagi" Ucap jungkook dengan senyum nakalnya. Aku melemparnya dengan bantal, sungguh hati ku berdebar. Jungkook berdiri memungut kembali pakaiannya "Mau mandi bersama?" Aku bingung mengartikan pertanyaan ini, ajakan atau ....... Sudahlah! Aku menggelengkan kepala lalu menutup wajahku dengan selimut. "Baiklah, aku akan mandi duluan" Jungkook mengecup selimut yang menutupi wajah ku lalu pergi menuju kamar mandi.

Setelah jungkook pergi, aku membuka selimut dan berjalan menuju cermin yang ada di kamar ini, aku tercengang melihat tubuh polosku yang banyak terdapat jejak kemerahan yang di buat oleh Jungkook. Aku kemudian memungut pakaian ku lalu memakainya kembali. Aku terbaring mengingat kejadian semalam, tubuhku kembali merinding. Aku membuka handphone ku, soekjin benar-benar merusak mood hari indah ini, lebih dari seratus kali ia menelfon ku semalam. Kenapa ia begitu posesif padaku padahal aku hanya menginap di apartment calon suami ku. Astagah tolong tampar aku jika soekjin cemburu.

Selang beberapa menit Jungkook keluar dari kamar mandi dengan handuk yang hanya menutupi bagian bawahnya. Aku tercengang dengan bodohnya dan berusaha menelan saliva yang terasa sebesar biji jambu. Sungguh luar biasa, rambut yang basah dengan beberapa air yang masih menetes, bahu yang lebar dan dada yang bidang di tambah lagi roti sobek yang sempurna berada di perutnya. Aku baru menyadari ternyata ia pria yang berbahaya, tampan dan sexy.

Tatapan ku terfokus pada bibir tipisnya, sialnya bibir itu seolah melambai padaku. Aku berjalan mendekatinya, semakin dekat lalu dengan lancang ku cium bibir nakal itu dengan ganasnya. Tolong tendang aku ke luar angkasa, aku malu dengan perbuatan ku ini.
Jungkook membalas ciumanku kemudian ia menggendongku menuju kamar mandi "Jeon turukan aku" Ucapku protes, Jungkook tersenyum "Ayo mandi bersama" Aku terdiam tak mampu membuat protes karena aku pun menginginkannya.

........

"Jeon boleh aku tanya sesuatu?" Ucapku tiba-tiba saat kami sedang menikmati makan pagi, Jungkook hanya melihat ku seakan memberi isyarat silahkan kepadaku "Kenapa kemarin aku tertidur? Aku tak ingat apa-apa?" Jungkook terdiam "Ada ap......." Kesadaran ku menghilang.

Author pov

"Maafkan aku tuan" Ujar Lucifer seraya berlutut memohon ampunan pada pria yang saat ini memegang tali dengan ukuran besar di salah satu tangannya "Kau tau apa dampak dari kesalahan mu?!" Jungkook mengibaskan lagi cambuk itu ke arah Lucifer semakin berutal membuat beberapa erangan keras menusuk gendang telinga siapapun yang mendengar. Lucifer lupa memanipulasi ingatan Jhian, Jungkook tak bisa menerima kesalahan sedikit pun dari bawahannya ini "Dengarkan, aku adalah putra dari iblis Succubus, iblis yang sudah melakukan pemberontakan atas tahta mu. Dengan darah manusia dan iblis yang mengalir di tubuh ku, kau tak bisa mengalahkan ku semudah itu" Lucifer mengerang kesal "Aku akan menghancurkan mu Jeon Jungkook!" Jungkook tertawa renyah "Aku senang melihat semangat mu" Jungkook menyimpan kembali cambuk itu lalu pergi meninggalkan makhluk besar itu dengan beberapa luka dan darah yang mengalir, Jungkook berhenti di ambang pintu "Lucifer, tidakkah kau menyesal telah menenteng Tuhan dan menjadi iblis? Sepertinya jika kau tetap menjadi malaikat, kau tak akan pernah menjadi budak dari anak iblis ini" Jungkook menaikan sudut bibirnya seraya melangkahkan kakinya menjauhi Lucifer dan pintu tertutup dengan sendirinya "Sialan Jeon Jungkook!!"

Jhian pov

"Jhian" panggil jungkook yang berusaha menyadarkan ku, aku memegang kepala ku yang sedikit pusing. Rasanya aku tak bisa menatap jungkook, aku pasti pingsan karena terpeleset di ruang tengah, sungguh memalukan. "Kau tak apa-apa?" Tanya jungkook dengan wajah khawatir "Ya Jeon, maafkan aku karena tak berhenti-hati" Ucapku menunduk malu "Asalkan kau baik-baik saja sayang" Jungkook mencium pucuk kepalaku "Jeon, aku ingin pulang" Ucapku tiba-tiba "Kenapa?" Tanya jungkook dengan ekspresi heran "Aku hanya tak enak dengan soekjin, aku tak ingin membuatnya khawatir. Aku merasa sudah menjadi adik yang jahat" Ucapku sedikit memajukan bibirku.
Jungkook mengelus pucuk kepalaku lembut "Baiklah, akan aku antar" Aku melihat ke arahnya dan tersenyum bahagia seraya memeluknya spontan "Terima kasih Jeon".

........

Setelah jungkook pergi, aku mulai melangkahkan kaki ku menuju pintu rumah "Pintunya" Aku masuk dengan tergesa-gesa, terasa janggal saat melihat seseorang tak menutup pintu dengan benar. Suasana apa ini? Membuat sesak. Aku terus berjalan di kegelapan siang dan menemukan seseorang tengah duduk di sofa dengan tubuh yang seakan rapuh jika di sentuh "Soekjin? Apa yang terjadi?" Ucapku seraya menghampiri soekjin yang tengah melamun dengan tatapan kosong "Jhian? Apa itu kau?" Aku memeluk soekjin erat, melepas rindu dengan sang kakak tercinta "Kau tak apa-apa jhian?" Aku hanya mengangguk pelan "Maafkan aku kak" Air asin mulai turun dari sudut mataku mengalir hingga menuruni pipiku begitu juga soekjin "Tak apa-apa, asal kau baik-baik saja" Sungguh aku menyesal telah berkata kasar padanya beberapa hari yang lalu. Nyatanya soekjin adalah seseorang yang paling takut kehilangan ku.

Killer JKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang