Sinar matahari pagi sudah terasa menyengat. Lalu lalang orang disekitar terminal Pulogadung menjadi kegiatan rutin setiap pagi, terutama pada hari kerja seperti sekarang. Bis Mayasari Bakti jurusan Bekasi–Pulogadung yang di tumpangi Icha memasuki terminal dengan tersendat-sendat, berusaha memecahkan keramaian orang yang berdiri disembarang tempat, menunggu bis tujuan yang mereka cari.
Icha turun dengan tergesa-gesa bermaksud mencari metromini jurusan Pologadung –Koja angkutan berikutnya. Untuk menuju sekolahnya Icha harus menaiki angkutan umum sebanyak dua kali. Lumayan jauh sih antara Bekasi ke Koja-Jakarta Utara. Akhirnya didapati metromini jurusan Pulo Gadung-Koja, namun sayang metromin tersebut sudah penuh sesak penumpang. Dipikirnya, jika menunggu angkutan berikutnya pasti akan lama, sekarang saja sudah hampir jam 6.40. Tak menunggu lama, Icha langsung naik bis itu, masa bodoh keadaan penuh sesak didalam bis.
" Ah.. tak apalah aku berdiri, dari pada menunggu angkutan berikutnya, pasti makin lama, sekarang saja hampir bel masuk kelas" pikirnya lagi.
"Sumpah menyebalkan kernetnya, kendaraan penuh sesak begini masih saja terus memasukkan penumpang lagi" kutuknya dalam hati.
Kernet terus meminta kami yang berdiri bergeser kebelakang merapat satu sama lain. Gerah dan mumet sepanjang perjalanan terus disabarkannya. Metromini berjalan dengan keadaan sedikit miring kekiri. Apa mau dikata dia harus tetap bertahan sampai sekolahnya.
Memasuki daerah Simpang Kramat Icha bersiap-siap akan turun, dilewatinya beberapa penumpang yang tengah berdiri lainnya. Hingga sampai ke pintu.
" Bang , sekolahan kiri " teriak Icha pada kernetnya.
" Yo sekolahan kiri pir. Ayo neng cepat turun ". Kata kernet itu tidak sabar" si Abang kernet berlogat batak yang kental.
Icha turun dari metromini itu kemudian berlari menuju pintu gerbang sekolahannya. SMA 21, sayangnya pintu gerbang itu di tutup. Diliriknya jam tangannya menunjukkan pukul 07.15.
" Uhhhhhhh... sial benar. Aduh ada ulangan pak Herman lagi, aku harus masuk" terbesit dibenaknya. sebenarnya sudah beberapa kali Icha terlambat, maklum perjalanan dengan Bis tidak selancar kalau Icha naik Motor. Hanya saja Icha tidak berani naik motor, dia belum punya SIM, dan ayah tidak mungkin mengijinkan Icah naik motor sejauh ini. Kali ini yang ditakutkan Icha adalah pelajaran Pak Herman akan ulangan dan Pak Herman tipe guru yang sangat tegas, jika tidak sesuai dari peraturan yang di tetapkannya, alamat tak boleh masuk kelas nya.
Icha mencari akal bagaimana caranya memasuki kelas tampa diketahui guru-guru. Melihat keadaan sepi dia nekat menaiki tembok di samping kelasnya tersebut, dan dia melompat lewat jendela kelasnya yang terbuka. Jendela kelasnya berada tepat disamping pagar sekolah. Kebetulan jendela kelasnya tidak terlalu tinggi, dan tembok sekolah juga sebatas jendela kelasnya. Rok pendeknya sedikit tersingkap, tapi Icha memang gadis cuek, tak perduli soal roknya itu, dengan santainya dia tiba dibangku tempat duduknya sambil tersenyum sendiri.
" Hei cha, ngapain lo.. sumpah nih anak nekad banget pakai lompat tembok segala" seru Tanti teman sebangkunya.
" Gila Icha sumpeh lo... gak percaya gua nih anak keterlaluaan" Maya pun sahabatnya teriak gak percaya.
" Suuut ... diam lo" Icha menyuruh mereka diam dengan jari telunjuknya ditempelkannya ke mulutnya.
Tapi nasip Icha kurang beruntung. Baru satu menit dia duduk di bangku nya pak Herman memanggil Icha dari depan pintu kelasnya.
"Shahrani, Ikut saya kekantor!!!" ternyata perbuatannya sedari tadi dilihat oleh pak Herman.
"Aduh kiamat gua... " sambil menunduk Icha tak berkata apa-apa dan mengikuti pak Herman ke kantor guru.
Dia tidak ingin jika bermasalah dengan guru tersebut. Bukan takut di hukum, tidak masalah bagi Icha, tetapi Icha takut pak Herman melaporkan masalah ini kepada Ayah. Bahaya banget. Icha paling segan dan patuh pada ayahnya. Ayahnya adalah ayah yang sangat disiplin, kepada kedua adiknya pun ayah juga begitu disiplin. Apalagi soal pendidikan.
Nama Icha sebenarnya Shahrani Putri Nasution, namun sejak kecil dipanggil oleh orangtuanya Icha. Ayahnya Imron Nasution seorang pedagang pakaian di pasar Bambu Apus. dan Ibunya Rahmawati Daulay seorang guru di SMP 5 Bekasi. Icha anak sulung dan memiliki dua orang adik Kanaya Putri Nasution dan Amir Putra Nasution.
Icha anak yang pintar, sayangnya sikapnya selalu cuek, penampilan tomboy, pemberani, dan setia kawan. Usianya belum genap enam belas tahun, dan siswa kelas X di SMA 21 . Awalnya mereka tinggal di Jakarta Utara, namun sayang Ayah dan Ibunya memutuskan hijrah ke Bekasi, sehingga sekolahnya terpaksa jauh dari rumahnya. Sehari hari Icha harus naik kendaraan umum menuju sekolahnya. Sedangkan sekolah adik-adiknya sudah di pindahkan ke Bekasi, tak jauh dari perumahan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA ICHA
General FictionCinta memang menyenangkan, membuat hati berdebar bila dekat dia, membuat kita salah tingkah. semua usaha membuat kita ingin dekat dia yang kita cintai. berbagai rasa bersatu saat disisinya. namun bukan masalah jika semua ini menjadikan kita orang ya...