Bagian ke 3 COWOK KEREN BAYARIN BIS

43 3 0
                                    

Pagi ini seperti biasa jam setengah 6 Icha sudah sampe di halte depan perumahannya. Berniat menunggu bis Mayasari Bakti langgananya. Tak lama dia menunggu Bis pun datang. Dan Icha menaiki bis itu dengan sukacita.

"Bagusnya rejeki anak sholehah, kebetulan bisa duduk, hmmm dapat duduk di samping cowok keren pula" pikirnya sambil duduk disamping cowok keren itu

Dia minta ijin melewati bangku tuh cowok, karena bangku yang kosong dekat jendela dan cowok itu duduk di ujung bangku dekat sisi tengah bis. Icha mencuri - curi pandang sedikit, menebak-nebak sepertinya nih cowok seusianya, atau lebih tua setahun, sekolah di SMK tampak dari logo sekolahnya disamping ada roda grigi. Lumayan manis, tidak terlalu putih, namun terlihat manis, pakaiannya rapi, tidak seperti kebanyakan anak laki-laki kebanyakan. Icha berusaha sedikit tersenyum bersikap sopan dan ramah. Cowok itu membalas dengan senyum tipis. Namun senyumnya terlihat manis seperti gula.

" Waduh segitu seriusnya gua memperhatikan nih cowok" di tepuknya keningnya pelan mengingatkan dirinya untuk bersikap wajar di dekat cowok ini. Malu banget jika ketahun memperhatikan nya. "Emang gua cewek apaan". Racaunya dalam hati.

Beberapa saat kemudian kondektur bis berkeliling meminta ongkos bis pada semua penumpang. Saat mendekati Icha, Icha sudah siap ingin membayar ongkos bis. Namun tak disangka cowok disebelahnya membayarkan karcis langganan pelajar kepada kondektur bis untuk dua orang.

Icha melongo tak percaya, karena mendapat rejeki ongkos gratis oleh cowok keren pula.

" Gpp, kebetulan aku punya karcis langganan bis pelajar banyak. Santai aja" kata cowok itu sambil senyum tipis pada Icha. Dan kemudian dia tetap memandang kedepan jalan.

" Terima kasih ya, wah mimpi apa aku kamu bayarin, duhhh sering-sering aja ya... " sambil nyengir malu. Sekaligus tak tau malu.

Selanjutnya cowok itu diam saja tanpa bicara apa-apa lagi. Membuat Icha penasaran. Siapa nih cowok, kok segini pendiamnya. Ingin rasanya ia memulai berbicara sebagai bentuk ramah tamah saja, namun takutnya tuh cowok anggap dia cewek ganjen yang over acting.

Sampai di Terminal Pulogadung. Kami berpisah, dia hanya melambaikan tangan tanda berpisah. Sekilas  terlihat tuh cowok lanjut mencari bis lain berikutnya. Karena takut terlambat kekelas, Icha tak mau lama-lama memandangi cowok itu, dan segera mencari angkutan yang kearah sekolahnya.

Di Metromini Icha masih senyum senyum sendiri memikirkan cowok itu, dan rugi rasanya tidak bertanya lebih banyak tentang dia. Sampai di sekolah pun Icha masih terlihat senyum-senyum sendiri. Sampai sahabatnya Maya dan Ida pun menegurnya.

" Woiii... kenapa lo? Sawan nih anak" Maya menepok Bahu Icha.

"Tau tu may, dari tadi gua juga perhatiin, sejak masuk kelas dia kayak orang gak waras." Sambut Ida pula.

"He...he...he.... Icha tak menjawab, malah nyengir kecil. Membuat kedua sahabatnya penasaran.

" Cha... lo enapa sih, dapat lotre ya lo, atau ketemu cowok tampan, atau lo pacaran sama Rudi?". Lanjut Ida lagi

" Idih apaan sih lo, bikin hilang mood gua hilang aja, ngapain juga gua pacaran sama Rudi. Gak bakal lah" sungut Icha pada Ida.

" Habisnya lo nyengir dan senyum kayak orang gila, makanya cerita lo, jangan bikin kita penasaran" kata Maya .

"Iya ntar gua cerita, tuh bu Ani Masuk, jangan berisik, belajar dulu. Icha menghentikan pertanyaan mereka. Sebenarnya dia gak mau cerita dulu, sebab dia gak bisa cerita banyak kepada mereka, karena sejauh ini dia belum mengenal tuh cowok dengan baik. Takut nya akan datang gak ketemu lagi.

TAKDIR CINTA ICHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang