Jam tangan Maya menunjukkan pukul 06.45 WIB. Dari setengah jam yang lalu Maya sudah tiba di sekolah dan langsung mencari Icha, sedangkan Ida tiba di sekolah sejak 20 menit yang lalu. Mereka berdua kelihatan gelisah, sesekali melihat pintu kelas untuk melihat siapa yang datang. setiap ada teman yang datang, mata mereka tertuju ke pintu, namun orang yang di tunggu Maya dan Ida masih belum menampakkan batang hidungnya.
"kira-kira Icha terlambat lagi gak ya Da.? tanya Maya pada Ida.
"Gak tau deh, semoga aja tuh anak gak datang terlambat lagi. Ida menjawab sambil mengangkat bahu.
saat jam tangan Maya menunjukkan pukul 06.47. Icha yang dinanti mereka hadir, dan langsung di sambut Maya dan Ida dengan girang. Maya langsung mengait lengan Icha dengan manja. Ida berjalan di sebelah Maya menebar senyum centilnya.
" Cha.. lo datang juga akhirnya.." Maya memulai rayuan mautnya.
"Ada apa sih, ya datang lah, gua kan gak sakit, ngapain juga lu hawatir sama gua. hmm ... ada apa sih senyum-senyum seperti ini, pasti deh... ada maunya kalian?" Tebak Icha yang sudah hapal adat mereka.
"He...he...he, lihat PR matematika dong Cha. masih kurang 3 nomor nih, gua beneran sudah coba menjawab dirumah, namun mentok, gak tau lagi lanjutannya. pusing gua Cha". Maya membujuk Icha dan memberikan penjelasan mengapa belum menyelesaikan PR nya.
Tidak lama kemudian Maya tanpa malu mengambil tas Icha untuk mencari buku PR matematika Icha, kurang ajar memang, tapi yah sudahlah, mereka sudah tau walau Icha terlihat galak sering bicara dengan lugas, namun mereka tau Icha pemaaf dan tak tega dengan mereka.
"Hei .. kalian gak bisa lihat apa, gua baru datang nih, main samber tas orang aja. Icha melotot dengan nada marah.
"Icha sayang yang manis, muah ...". Kata Ida, dan kemudian menyusul Maya menyalin PR Icha pada bukunya.
"Ih... dasar kalian pemalas, mau enak nya saja, ampun deh penyakit malas kalian memang sudah akud". Omel Icha pada mereka. Namun tentu tak didengar oleh kedua sahabatnya itu. Icha membiarkan saja sikap teman-temannya. kasihan juga kalau mereka di hukum oleh Bu Nenggolan guru Matematika kami. Bu Nenggolan memang guru yang disegani mereka. Saat tidak marah saja Bu Nenggolan sudah bikin seram beberapa temannya, apalagi kalau marah dan ada siswa yang tak mengerjakan PR. pastinya akan di hukum.
Icha duduk kembali di bangkunya. masih sepuluh menit lagi masuk kelas, di arahkan pandangan ke kursi belakang. di lihatnya Rudi mengarahkan pandangan ke dia. mereka saling tersenyum. Rudi sudah lebih dahulu datang. tak lama Icha menghampiri Rudi.
"hai" sapa Icha
" Hai juga Cha" balas Rudi.
" sudah lama ya? Icha mencoba mencari bahan pembicaraan dengan Rudi.
Entah kenapa sejak kejadian di taman belakang sekolah Icha menjadi merasa dekat dengan Rudi.
" Lumayan deh, sebelum lo datang, gua lebih dulu 10 menit dari lo" jawab Rudi lagi.
Rudi juga senang Icha mulai menunjukkan sikap bersahabat dengan Rudi, tidak seperti dulu saat Icha selalu memusuhi Rudi.
"Sudah sarapan belum?" tanya Icha pada Rudi.
"Belum sih, nanti aja istirahat. tadi di rumah sudah sempat minum teh manis." Jawab Rudi.
"Temani aku sarapan yuk" Icha mengajak Rudi keluar untuk sarapan.
"Sudah hampir masuk Cha. nanti aja jam istirahat ya" Rudi menolak Icha dengan lembut, sambil menunjukkan jam tangannya yang sudah pukul 06.58 WIB.
"Ok deh nanti aja, gua mau ngomong sama lo Rud" Icha melambaikan tangan menuju bangkunya di tengah.
Sejak seminggu kejadian kepergok merokok, Icha tidak lagi menunjukkan sikap permusuhan pada Rudi. setiap bertemu Rudi Icha mulai tersenyum, walaupun tidak banyak kata untuk diobrolkan, namun kali ini Icha merasa ingin mengatakan permintaan maaf akan sikap nakal nya selama ini. Baru sekarang Icha punya keberanian untuk minta maaf. Niatnya sudah direncanakannya akan dikatakannya nanti saat jam istirahat untuk berbicara 4 mata dengan Rudi.
Akhirnya bel istirahat yang dinanti Icha bunyi, setelah guru keluar dari kelasnya. Icha langsung menuju bangku Rudi. Melihat sikap Icha, Maya dan Ida terheran-heran. tak tahu kenapa Icha bisa dekat dengan Rudi. Maya dan Ida saling pandang, namun mereka berdua malah cuma angkat bahu dan tak mengerti sejak kapan perubahan sikap Icha seperti ini.
Jam istirahatpun berbunyi, dengan tergesa-gesa Icha menuju ke bangku barisan belakang, tempat dimana Rudi duduk.
" Yuk Rud ke kantin" ajak Icha kepada Rudi.
" ya " Rudi mengikuti Icha tanpa banyak bicara.
Mereka memasuki kantin Mak Tarmi yang menjual berbagai makanan menu anak sekolah, ada Nasi, telur, ketoprak, lontong sayur dll. yang semuanya dijamin murah sesuai kantong anak SMA.
Icha memilih kursi kantin yang tidak penuh siswa. dan mengajak Rudi duduk di sebelahnya.
" Yuk sini" kata Icha lagi.
" ya" oh ya lo mau makan apa? tanya Rudi pada Icha.
" Gua mau ketoprak deh, lo mau apa Rud?" Icha Balik bertanya.
" Aku mau ketupat sayur deh" jawab Rudi.
Mereka kembali berdiri memesan makanan yang mereka pilih dengan es teh tawar sebagai minumnya. setelah hidangan mereka tersedia, mereka makan makanan masing masing, sesekali melemparkan senyum diantara keduanya. Icha menahan diri untuk memulai berbicara. dia menunggu Rudi selesai makan baru membicarakan soal permintaan maafnya. Selesai keduanya makan. Icha memulai pembicaraan.
"Rudi, ada yang mau gua bicarakan sama lo". Icha memulai berbicara.
"Ada apa cha, kelihatannya serius amat lo". Rudi menebak-nebak apa yang akan di katakan Icha. dicobanya sambil tersenyum agar tidak terlihat canggung.
"Gua mau minta maaf sama lo Rud. beberapa hari ini gua mau bilang itu, cuma gua takut lo anggap gua main-main dan ingin mengerjain lo lagi, makanya baru sekarang gua bilang ke lo Rud" Icha menjelaskan pelan pelan pada Rudi.
"Ah lo Cha, segala pake minta maaf, kan belum lebaran Cha" Rudi menjawab sambil bercanda.
"Udah gpp kok Cha, lo gak salah kok, mungkin gua nya kali yang juga bikin lo marah, sama-sama ya Cha, gua juga minta maaf sama lo Cha" jawab Rudi mengimbangi permintaan maaf Icha.
"Gak Rud, lo gak salah. Gua emang sering cari gara-gara sama lo kok, gua sadar gua gak seharusnya begitu Rud"
Ok deh Cha. gpp semua itu masa lalu, toh sekarang lo tuh sering senyum sama gua. tau gak lo Cha. kalau lo senyum, manis loh". Rudi menghibur Icha dan minta Icha melupakan kejadian mereka yang lalui.
"Bisa aja loh Rud. ohya makasih ya sudah maafin gua. untuk kali ini gua traktir lo Rud" Icha bangun dari duduknya bersiap membayar jajanan mereka.
"Gak usah Cha. entar pulang lo gak punya ongkos bis. gua ada kok, sekarang kan gua mulai kerja part time" Rudi berusaha menolak di bayarin Icha.
"Udah gpp, gua ada kok, anggap aja ini permintaan maaf gua, lain kali lo boleh jajanin gua deh". Icha berkata sambil tersenyum.
Sejak hari itu, hubungan mereka mencair, tidak lagi bermusuhan. hari-hari mereka malah semakin akrab. keakraban mereka malah jadi tanda tanya bagi teman-teman lain, namun Icha masa bodoh, itulah Icha.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA ICHA
General FictionCinta memang menyenangkan, membuat hati berdebar bila dekat dia, membuat kita salah tingkah. semua usaha membuat kita ingin dekat dia yang kita cintai. berbagai rasa bersatu saat disisinya. namun bukan masalah jika semua ini menjadikan kita orang ya...