Jam pelajaran Olahraga kali ini gurunya tidak masuk, Pak Budi guru olahraga kami katanya ada keperluan keluarga. Jadi guru piket menugaskan kami bermain bola volly sekelas saja dilapangan.
Kami menyambut tugas guru piket dengan gembira. Icha termasuk siswa yang suka sekali dengan olahraga volly, bahkan termasuk tim volly sekolah yang bertugas sebagai Spiker (Smash) untuk kejuaraan antar sekolah. Tim kelas terbagi menjadi 2, dicampur antara putra dan putri, sebagian dari kami bermain voli di pinggir lapangan. Begitu pun Rudi, bermain voli di pinggir lapangan, sambil menunggu giliran bergantian lapangan.
Sikap iseng Icha muncul lagi, dilihatnya Rudi ada di pinggir lapangan yang ada di depannya, Saat akan melakukan smash bola yang diover kearah Icha mengarahkan bola smashnya ke kepala Rudi, dan tepat kena wajah Rudi, Dengan tersenyum kecil liciknya Icha menutupi kenakalannya.
Mendapatkan bola yang tiba-tiba, Rudi tak sempat menghindar kepalanya kena bola volly cukup keras, hampir saja dia terjerembab di lapangan untung saja tangannya dipegangi oleh bayu. Rudi melihat pelakunya adalah Icha, tampak emosinya meledak, sebab Icha terlihat senyum-senyum tak bersalah, dia berasumsi, Icha melakukan dengan sengaja.
Hei, kenapa lo melempar bolanya ke kepala gua, sakit tau. Sengaja lo ya? Gua tau lo pasti sengaja kan." Dengan emosi dia mendatangi Icha, masuk kelapangan .
"Salah lo tau, kenapa ada di pinggir lapangan", kan gua sedang nyemes bola, mana tau bisa sampai kekepala lo.!!" Elak icha tak kalah sengitnya.
"Alah... lo sengaja kok, gua tau lo tuh selalu cari gara-gara sama gua. Kebiasaan lo tuh gak mungkin gua lupa." Rudi terus mencecer Icha dengan rasa tak senang.
"Terserah lo lah, yang jelas gua sedang main, dan mana tau smash gua mengenai lo. Sebenarnya Icha ada rasa gak enak juga, biar gimanapun, khawatir jika hal itu membahayakan kepalanya Rudi, namun Icha gengsi minta maaf. Dia bersikap pura-pura merasa tak bersalah.
"Icha gila lo, bagaimana kalau si Rudi gegar otak, ayo sana minta maaf pada Rudi" Maya menghampiri Icha, menasehati sikap Icha, berusaha membuat Icha minta maaf, karena dia tahu juga Icha sering membuat gara-gara pada Rudi, namun karena Icha sahabatnya, dan dia tidak mau terlalu menekan Icha. Walaupun sering maya menasehati Icha agar sedikit lunak dan jangan terus mengerjai Rudi. Tapi dasar Icha, nasehat Maya dianggap angin lalu baginya.
******
Siang itu Icha tak mau pulang, sebenarnya Icha sedang kesal pada ayah, sebab semalam saat Dio datang bertamu kerumah Icha, ayah mengusirnya. Ayah memang sangat protektif pada anak-anaknya. Ayah tidak suka jika Icha mulai pacaran, karena menurut ayah Icha masih kecil, masih sekolah, belum waktunya untuk pacaran.
Memang Dio naksir Icha. Namun Icha mengganggap Dio hanya teman main dan donatur di bis saja, Dio juga pintar main volly, jadi banyak mengajarkan Icha tekhnik bermain volly, di samping itu Dio orangnya asyik dan perhatian pada Icha, sejak bertemu di dalam bis Dio akrab dengan Icha. Mereka saling menunggu untuk bertemu dan naik bis bersama.
Tadi malam adalah awal mereka janjian bertemu dirumah Icha. Biasanya mereka bertemu di bis atau di lapangan voli depan komplek. Sudah beberapa kali Dio ingin berkunjung ke rumah Icha, cuma saja belum ada kesempatan, nah baru semalam ada kesempatan bertemu.
Sayangnya tidak lama mereka ngobrol di teras rumah Icha ayah melihat dan tampak tak senang akan hubungan Icha dan Dio. Bagi ayah, Dio bisa mengganggu studi Icha. Padahal saat itu Dio dan Icha hanya ngobrol dan bercanda saja. Sesekali mereka tertawa kencang sakin lucunya obrolan mereka.
"Icha masuk. " tiba-tiba Ayah sudah disamping Icha dan memberikan perintah pada Icha.
"sebentar Yah,"Icha berusaha meminta dispensasi waktu pada Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA ICHA
General FictionCinta memang menyenangkan, membuat hati berdebar bila dekat dia, membuat kita salah tingkah. semua usaha membuat kita ingin dekat dia yang kita cintai. berbagai rasa bersatu saat disisinya. namun bukan masalah jika semua ini menjadikan kita orang ya...