Sudah seminggu ini Icha mencari cowok keren dalam bis itu, setiap dia naik bis Mayasari Bakti, cowok itu tak pernah terlihat. Sakin penasarannya ingin bertemu lagi dengan donaturnya itu, jika dia naik bis dan dari pintu bis tersebut cowok itu tak ada, Icha buru-buru bilang pada kernetnya untuk turun lagi dengan alasan ada yang ketinggalan. Gak tau kenapa tuh cowok bikin Icha kepikiran. Padahal dia belum kenal betul sama tuh cowok, namun entah kenapa Icha sangat penasaran.
Senin ini seperti biasanya Icha kembali menunggu bis di halte itu, sekitar pukul setengah enam pagi. Penampilan Icha yang selalu cuek, bikin beberapa cowok sekolah menegah yang ada di halte itu meliriknya. Icha sadar dirinya menjadi pusat perhatian cowok-cowok itu, Penampilannya memang beda dari cewek seusianya, memakai sepatu warior lusuh yang dicoret-coret pada bagian tepinya, rok pendek sedengkul, dan baju lengan pendek yang sedikit di gulung di kedua sisinya. Wajah manis Icha sedikit tertutupi. Aslinya sih tampang Icha manis, sorot matanya tegas, rambut sebahu, dan gaya berdirinya yang terlihat gagah menampilkan karakter Icha yang tomboy tingkat akud.
Icha memang tak perduli, dia merasa tak tertarik memperhatikan sikap mereka, dan masa bodoh dengan tatapan aneh mereka. Tapi seketika dia melihat ada seorang cowok yang menegur mereka yang berdiri di halte itu sambil tersenyum tipis dan terlihat akrab pada mereka. Sepertinya mereka teman satu sekolah cowok itu. Icha kaget cowok yang di carinya ada disitu sampai membuat rasa penasarannya seminggu belakangan ini.
Saat melihat Icha berdiri di situ tak jauh dari mereka. Cowok keren itu mendekati Icha. Dan tersenyum manis kepada Icha. Sumpah bikin Icha sumeringah, malu-malu kucing.
" Hai," dia menegor Icha.
"Hai juga," jawab Icha.
"Sudah lama nunggunya?" dia bertanya lagi.
" iya luman juga" Icha seneng banget tuh cowok mulai lebih akrab dengannya.
Tidak lama kemudian bis pun datang, cowok-cowok lain teman cowok keren ini berebutan naik bis itu. Icha dan cowok keren ini ikut naik juga, Icha mendapatkan hanya satu bangku kosong yang tersisa. Cowok keren ini menawarkan kepada Icha bangku itu, dengan malu-malu Icha duduk di bangku kosong itu, sementara dia berdiri tepat disebelah bangku Icha. Layaknya seperti teman dekat yang sudah lama kenal.
Icha kembali diam, menanti cowok itu memulai berbicara, karena secuek-cueknya Icha, dia juga punya rasa malu. Bagi Icha cewek pantang memulai mencari perhatian.
Saat kondektur bis berkeliling meminta ongkos bis, kembali cowok ini menjadi donatur untuk Icha. Icha senyum malu, tak lagi berusaha menolak seperti waktu itu. "Lumayan juga bisa mengurangi ongkos hari ini. Di tambah lagi yang memberinya seorang cowok keren ini," pikir Icha tak tau malu.
"Kamu sekolah dimana?" wah cowok ini mulai membuka suara.
" di SMA 21. Kalau kamu dimana?" Icha membalas ikut bertanya.
"Di SMK Pembangunan." katanya lagi.
"Aku Dio", dia mengulurkan tangan untuk berkenalan.
"Icha", Icha membalas salamnya.
Ternyata namanya Dio. Pantas juga dengan nama dan wajahnya yang manis dan cool. Penampilan Dio sungguh rapi. Berbeda dengan Icha yang terlihat cuek.
Beberapa menit saat bis sampai di halte Cakung, ibu yang duduk disebelah Icha bangkit dari bangkunya, sepertinya ibu tersebut sudah sampai pada tujuannya dan akan turun dari bis. Icha bergeser mendekati jendela, tempat duduk ibu tadi, dan Dio menempati tempat duduk Icha. Kebetulan sekali ada kesempatan untuk bisa duduk bersebelahan dengan Dio.
"Ngomong-ngomong makasih banget ya. Lo bayarin ongkos bis sudah dua kali" Icha kembali mencoba akrab dengan Dio. Panggilan Icha yang semula ber " aku" dan "kamu" berubah lebih dekat dengan "gua dan "lo".
"Ya gpp. Santai aja" jawab Dio dengan senyum tipisnya.
Selanjutnya Dio dan Icha kembali diam, tak ada yang memulai pembicaraan lagi. Padahal banyak kesempatan kali ini, sayangnya Icha tak seperti biasanya, yang cerewet dan mudah bergaul. Kali ini Icha sepertinya jaim banget tak berani untuk lebih akrab, bukan karena dia tak ingin, tapi karena tak berani disangka cewek ganjen dimata Dio.
Bis mereka memasuki terminal Pulo gadung, dan mereka melanjutkan perjalanan masing-masing. Dio kembali memberikan salam perpisahan dengan melambaikan tangan dan senyum manisnya, dan Dio segera hilang dari pandangan Icha setelah menaiki angkutan berikut menuju sekolahnya. Begitu pun Icha.
Ada rasa kecewa dihatinya, mengapa dia tak berani banyak berbicara pada Dio. Padahal selama seminggu ini Icha penasaran dengan Dio, ingin tau lebih banyak tentangnya. Tapi kesempatan itu tak dimanfaatkannya dengan baik. Mengeluh kesal juga percuma.
Saat sampai di kelas Icha langsung masuk dan duduk di bangkunya, sambil pasang muka kalem.
"Kenapa Lo Cha?, waktu itu lo masuk kelas senyum-senyum sendiri, nah sekarang lo manyun tak ada suara? Maya mendekatinya sambil menggandeng tangan Icha.
"Ada apa sih?" Selidik Maya lagi.
"Gak ada apa-apa kok," jawab Icha tak bersemangat.
"Ya pasti ada apa-apa lah, kalau gak ada apa apa mana mungkin wajah lo kayak gini". Kembali Maya mengintrogasi Icha.
"Udah ah sana jauh jauh gih, gua lagi capek baru sampai nih".
"Ada apa lo kemari. Pasti mau minjam PR gua?" tebak Icha.
Icha sudah hapal kebiasaan Maya yang selalu menduplikat hasil kerjanya. Nih anak otaknya gak pernah di updet soal pelajaran, tapi soal cowok kelas sebelah, wah pasti paling duluan tahu.
" he he he ... lo temen gua paling ngerti Cha, iya nih gua belum kerjain PR Bahasa Inggris, gua gak ngerti, susah banget Cha". Rayunya dengan senyum-senyum seperti bocah.
" Nih ambil deh, dan cepetan sedikit ya keburu bel masuk loh."
"Awas sebelum bel masuk lo harus balikin buku gua, Jangan sampai lecek buku gua." Icha memberikan bukunya tanpa berlama-lama, karena malas meladeni rayuan Maya.
"Siap Icha yang baik". Tak lama Maya pergi langsung menyalin PR Icha.
Tak ambil pusing Icha dengan sikap Maya. Bagi Icha begitupun sikap malas Maya, Maya tetap sahabatnya, kekurangan Maya yang selalu mencontek miliknya, masih terbalas dengan sikap Maya yang sering buat Icha ketawa. Dan mereka temanan bertiga dengan Ida sejak kelas X.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA ICHA
Genel KurguCinta memang menyenangkan, membuat hati berdebar bila dekat dia, membuat kita salah tingkah. semua usaha membuat kita ingin dekat dia yang kita cintai. berbagai rasa bersatu saat disisinya. namun bukan masalah jika semua ini menjadikan kita orang ya...