Bagian 5 Penjaga Karcis

36 2 0
                                    

Rudi tiba di rumah pukul dua siang. Tampak didepan rumah petak kontrakannya, ibu sedang menjahit baju langganannya.

"Assalamualaikum bu" Rudi masuk kerumahnya dengan terlebih dahulu memberi salam pada ibunya.

"Waalaikum salam, eh...Rudi, sudah pulang nak"? Sambut ibunya sambil memberhentikan kegiatan menjahit.

Rudi mencium punggung tangan wanita yang sangat disayangi dan dihormatinya dengan lembut. Tampak raut wajah tua akibat lelah oleh kesulitan hidup yang mereka alami selama ini. Rudi sungguh mengerti akan keadaan ini.

Sejak menikah dengan bapaknya Rudi, ibu sudah bekerja sebagai penjahit di lingkungan sekitar rumahnya. Pelanggan ibu adalah tetangga sekitar rumah Rudi. Sudah sejak 4 tahun lalu Bapaknya Rudi yang bernama Pak Imron telah berpulang kehadirat Allah Yang Maha Kuasa. Sekarang mereka hanya bertiga saja di rumah itu. Ibu Rahmah, Mas Iwan dan Rudi. Rumah Rudi terletak di daerah Pademangan Jakarta Utara hanya rumah petak berukuran 8X4 Meter saja, itupun bukan rumah milik mereka, melainkan rumah hibah dari paman Taruno, adik sepupu ayahnya Rudi.

Kondisi dinding rumah itu berupa batu bata yang plesteran sebagian terkelupas pada bagian ruang depan dan tengah, sedangkan pada bagian dapur dan kamar mandi temboknya triplek tebal. Lantainya tegel abu-abu. Luas halaman rumahnya sekedar cukup untuk buat lewat dua orang yang lalu lalang dan berada di gang sempit. Keadaan mereka pas-pasan karena almarhum Pak Imron hanya seorang sopir mikrolet, sedangkan mikroletnya milik paman Taruno.

Menghidupi keluarga di Kota besar bukanlah hal yang mudah bagi Pak Imron, oleh sebab itu Ibu Rahmah membantu keuangan keluarga dengan menerima upah menjahit kecil-kecilan. Setelah Bapaknya almarhum, Ibu Rahmah praktis menjadi tulang punggung keluarga Rudi.

Ingin sekali Rudi membantu ibunya, namun selama ini ia masih sekolah, bagaimana nanti sekolahnya, dia juga tidak ingin putus sekolah, karena dia tidak mau masa depannya nanti hanya seperti Bapaknya, Cuma pekerja keras yang tak punya pendidikan. Rudi ingin masa depan keluarganya lebih baik, dan untuk keadaan sekarang pekerjaan apa yang bisa dilakukan sambil tetap bersekolah, jadi saat ini dia masih bergantung seratus persen pada ibunya.

Sedangkan mas Iwan seorang pengangguran tak jelas, Rudi sering kesal lihat kelakuan Masnya yang selalu buat ibu mereka sedih dan banyak pikiran. Mas Iwan setiap hari hanya keluyuran, tak pernah berusaha mencari pekerjaan, selalu minta uang rokok pada ibu, meminta uang untuk keperluan tak penting lainnya, bahkan kadang-kadang Rudi melihat masnya ikut-ikutan minum alkohol bersama teman-teman gengnya. Sejak dua tahun lalu Mas Iwan putus sekolah karena tiap hari bolos ikut tawuran dan malas masuk sekolah. Sehingga Mas Iwan tak naik kelas, setelah itu Iwan tak mau sekolah lagi.

"Rudi, makan dulu nak, makanan sudah ibu siapkan." Ibunya mengingatkannya.

"Iya Bu". Rudi segera mengambil makan siang yang ada di meja ruang tengah. Sepiring nasi panas, tempe goreng kesukaannya, sayur bayam, dan telur dadar. Dia makan dengan lahap. Bagi Rudi apapun masakan ibunya adalah makanan terenak yang pernah ada, karena ibu memasak makanan tersebut dengan rasa kasih sayang. Rudi tahu betul mereka terkadang sering tak punya uang untuk membeli bahan makanan pokok, apalagi jika jahitan ibu belum ditebus oleh pelanggannya atau karena beberapa lama belum mendapat langganan menjahit baju. Rudi bersyukur dengan ekonomi yang pas-pasan, ibu masih diberi kesehatan.

Selesai makan, Ibu meminta Rudi duduk disebelahnya. Sepertinya ingin menyampaikan sesuatu kepada Rudi.

"Tadi, setelah kamu berangkat sekolah, tak lama Paman Taruno datang. Dia bilang ditempat kerjanya ada lowongan untuk menjadi penjaga karcis part time. Dia juga bilang ke Ibu, akan menawarkan kamu bekerja disana. Katanya kamu boleh tetap bersekolah dan pulang sekolah langsung kerja sampai malam. Bagaimana menurutmu nak? " tanya ibu Rahmah.

"Wah yang benar bu?. Rudi mau bu" katanya dengan antusias. Sungguh kesempatan bagus. Selama ini yang diharapkannya adalah membantu ibunya dalam hal keuangan keluarga.

" Iya, kamu temui saja Paman mu nanti malam. Jangan lupa ya nanti bawakan oleh-oleh dari ibu. Ibu akan buat pisang goreng dan tahu isi untuk keluarga paman mu. Jangan lupa sampaikan salam ibu pada paman dan tantemu juga pada Mita sepupumu.

" Iya bu. InsyaAllah." Rudi menuruti perkataan ibunya.

Rudi benar-benar senang sekali. Keinginannya selama ini untuk bekerja paruh waktu bisa terkabul. Paling tidak dia bisa membantu ibunya dan membayar uang sekolah nya.

*******

Malam itu Rudi berkunjung kerumah Pamannya. Setelah Sholat Isya di masjid dekat rumahnya, dia pulang dulu kerumah untuk meminta ijin pada ibu dan membawakan buah tangan dariibu untuk keluarga paman Taruno.

Rumah Pamannya tak jauh dari rumah Rudi, hanya 500 meter saja, terletak di depan jalan raya, ukuran rumah pamannya sungguh besar, halaman rumahnya seluas Rumah Rudi, ada 3 Kamar lantai bawah dan 2 kamar lantai atas, dapur, halaman belakang. Didalam garasinya berisi 2 buah mobil dan 2 buah motor. Paman adalah maneger pemasaran sebuah taman hiburan daerah Pademangan Jakarta Utara. Taman Hiburan ini juga cukup besar di Kawasan Asia. Sedangkan Tante Monik adalah ibu rumah tangga. Namun Tante monik pandai berdagang. Tante monik berdagang online berupa alat make up yang dibelinya hingga sampai ke Singapura.

" Assalamualaikum" Rudi memberi salam setelah sampai di depan rumah Pamannya.

" Waalaikumsalam, silahkan masuk Mas Rudi, tadi bapak bilang, mas langsung masuk saja" inem pembantu keluarga Pamannya menyambut kehadiran Rudi.

" Bapak dan Ibu sedang nonton TV mas" lanjut Bi Inem lagi.

" Eh ... Mas Rudi, masuk mas, Papa dan Mama ada di dalam kok, ayo masuk mas", Suara Mita gadis remaja adik sepupunya yang masih duduk dibangku SMA kelas X

" Iya Mit" Apa kabar kamu Mita". Tanya Rudi berbasa-basi, sambil tersenyum.

" Alhamdulillah baik mas, mas sudah lama gak main kerumah ini, mas Rudi sombong ih..." manja mita sambil menggelayuti lengan Rudi.

"Gak kok, Mas tiap hari kan sekolah, banyak tugas sekolah Mit" Rudi mencoba memberikan penjelasan.

" Hei Rudi, sini duduk" kata tante Monik seketika melihat Rudi datang.

" Iya tante" Rudi menjawab, sambil mencium punggung tangan tante dan pamannya. Saat itu Paman Taruno dan Tante Monik terlihat sedang menonton TV diruang tengah.

" Ini ada bingkisan dari ibu" Rudi memberikan bingkisan yang dititipkan ibu kepada Tante monik.

" Wah merepotkan saja, terima kasih ya, salam sama ibu mu ya. " Jawab tante Monik dan menerima bingkisan dari ibu Rahmah. Tante membawa bingkisan ke dapur, dan meminta bik Inem untuk memberikan wadah untuk bingkisan tersebut. Sementara itu Rudi diminta duduk disebelah Paman Taruno.

"Rudi apakan ibumu sudah memberitahukan soal pekerjaan yang tadi siang?" tanya paman Taruno.Rudi kemudian duduk di sebelah pamannya seperti yang diminta pamannya.

" Sudah Paman". Jawab Rudi.

" Baguslah. Apa kamu siap menerimanya?" tanya paman lagi

"Saya siap paman" jawabnya lagi.

"Bagus. Besok pulang sekolah langsung ke taman hiburan pintu 2, nanti temui pak Sastro. Dia akan memberikan pengarahan kepadamu, soal pekerjaan semua tanyakan padanya" ujar paman menjelaskan apa yang harus dilakukan Rudi.

"Iya paman." Rudi memperhatikan dan mendengarkan penjelasan paman dengan seksama terkait apa saja yang harus dilakukan saat bekerja nanti.

Inilah yang membuat Paman taruno menyukai Rudi, sejak kecil Rudi penurut, tutur katanya santun dan menghormati orang yang lebih tua darinya.

Tak lama dia mendapat pengarahan dari pamannya, dia pamit undur diri, untuk pulang.

"Alhamdulillah mulai besok, aku bisa bekerja sebagai penjaga karcis di Taman Hiburan Pademangan. Semoga aku bisa meringankan beban ibu. Aamiin " Doanya dalam hati sambil berjalan pulang dengan sukacita.

TAKDIR CINTA ICHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang