—BACA SAMPAI AKHIR DAN JAWAB SEMUA PERTANYAAN, YA. NANTI DAPAT PAHALA :')—
(backsoundnya wanna one - gold, atau terserah kalian aja. gue mau masukin mulmed takut error)
2 years later, again...
Setelah memakai sneakersnya, Namira memperhatikan tampilannya lagi di depan cermin. Setelah dirasa cukup, Namira berjalan keluar dari kamar lalu duduk di ruang tengah. Bosan, Namira mengecek semua media sosialnya, nggak ada yang menarik. Sampai Namira sadar kalau dia sudah bergabut ria selama limabelas menit.
Namira mendengus, lalu berkacak pinggang. Menatap pintu kamarnya yang setengah terbuka dengan tatapan super horror. Padahal nggak tau juga dia lagi menatap siapa.
"ARI, CEPETAN, IH!" teriak Namira, ngegas as always.
Sementara itu, Ari sibuk menjelajahi isi kamarnya. Lalu berubah panik saat suara menggelegar Namira terdengar.
"SABAR, SAYANG. INI JAM TANGAN AKU DIMANA?"
"DI KASUR KALI, BIASANYA KAN KAMU KELONIN MENTANG-MENTANG MERKNYA ROLEX."
Ini mereka adu bacot antar lantai, loh. Nggak ingat aja ini mereka udah nikah. Tapi ya guys, sekali bar-bar, tetap bar-bar. Oke nggak? Oke dong.
Namira menatap sinis Ari yang sudah berada di depannya sambil cengengesan.
"Udah? Udah telat ini!" kata Namira sambil menunjuk layar ponselnya.
"Iya, maap." sahut Ari sekenanya.
Ari dan Namira pun bergegas menuju ke mobil. Namira memasang sabuk pengamannya dengan tenang, nggak sadar kalau daritadi Ari sedikit cemas.
"Nam, aku takut." ucap Ari akhirnya.
Namira menatap Ari, seolah tau apa yang menyebabkan cowok itu takut. "Dih, kenapa? Kamu lima tahun mau gini terus sama dia? Marahan tiga hari aja dosa, lah ini? Lima tahun, Ri." jelas Namira, nggak lupa sambil memamerkan lima jarinya di depan muka Ari biar dia paham.
"Tapi nanti.. kalau.."
"Hidup kamu tuh kebanyakan kalau, kamu jadi takut duluan sebelum mencoba. Udah, yuk!"
Ari menghela napas. Mungkin apa yang dikatakan Namira benar. Selama ini Ari bukan takut, tapi malas. Takut juga sih sebenernya, takut kalau kejadian yang dulu terulang kembali.
Mobil Ari tiba di depan sebuah bangunan bernuansa fancy di pinggir kota. Suasananya sejuk, damai, dan tenang. Bikin siapa saja yang walau sekedar mampir bakal betah.
Ari dan Namira turun dari mobil. Namira memimpin jalan di depan, sementara Ari sibuk menikmati pemandangan di sekitar.
Sampai akhirnya, mereka tiba. Di sebuah taman kecil yang nggak jauh dari tempat parkir mobil mereka tadi. Namira tersenyum lalu melambaikan tangannya dan berjalan mendekat. Ari mengikuti di belakang.
"Aqilah!" sapa Namira.
Senyum Aqilah mengembang, "Eh, Nam!"
Namira bergeser, lalu menarik paksa tubuh Ari yang ada di belakangnya biar maju sedikit. Namira tersenyum terpaksa ke Aqilah. Sementara Ari langsung canggung.
"Eh, ngg.."
"Hai." Aqilah tersenyum, "Apa kabar?"
Ari terperanjat, lalu menatap Aqilah sekilas. "B-baik."
"Gue mau liat Acel dong, Qil." celetuk Namira.
"Lagi main di belakang, Nam. Kayaknya dia kangen lo, deh." Aqilah menunjuk ke belakang bangunan itu dengan dagunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dealing With The Disk Jockey • ariirham [✔]
Fiksi Penggemar[complete, revisi on going] •• Kalau nggak ketemu Ari Irham, kayaknya hidup Namira bisa lebih tenang. Tapi sebetulnya, jika Namira lahir kembali pun, cewek itu tetap ingin ada Ari dalam hidupnya. Begitu pun sebaliknya. •• Highest rank #5 Ari Irham...