Part 4 -- Sorry--

75 8 1
                                    

Blue Ivy Apartments, 09.00 PM

'Klik'

'Kok nggak terkunci, perasaan tadi sebelum berangkat aku sudah menguncinya' batin Danela yang melihat apartment-nya tidak terkunci saat membuka pintu.

Danela mengambil payung yang ada di sebelah pintu, berbagai macam pikiran negatif muncul begitu saja. Sebetulnya Danela merasa takut, tapi dengan modal kenekatan, Danela tetap berjalan masuk.

"Danela Hamilton...satu-satunya wanita yang menolak menjadi sekretaris pribadi CEO Jefferson Corporation."

Danela terkejut mendengar suara tersebut, hampir saja ia hendak berbalik dan memukulkan payung yang dipegannya.

"What are you doing here?" Danela berteriak setelah tau siapa yang berada di dalam kamarnya.

"Aku hanya ingin mengambil yang sudah jadi milik ku..." Jawab Nicholas dengan wajah sombong yang tetap tampan.

"Milik mu? Kau tau aku bisa membeli semua ini karena hasil usahaku, dengan gampangnya kamu mengakui itu sebagai milik mu... Dasar tidak tau diri"

Danela semakin marah ketika mendengar perkataan Nicholas.

"Did I said about your stuff?"

"Lalu apa yang menjadi milik mu disini..?"

"Kamu..."

Jawaban singkat dari Nicholas membuat Danela membeku, dadanya bergejolak antara marah dan terkejut atas jawaban itu.

"Are you insane?"

Danela semakin berteriak di depan muka Nicholas. Seenaknya saja dia mengakui Danela sebagai miliknya.

"Sssttt.. stop bisa tidak berbicara lebih sopan dengan calon suami mu." Nic menutup mulut Danela dengan telapak tangannya. Mata Danela melotot semakin lebar ketika mendengar ucapan Nic tentang 'calon suami'. Ingin rasanya mengeluarkan sumpah serapah kepada Nic atas apa yang Nic ucapkan.

"Sekarang kita akan pergi ke mansion ku."

"Kamu kira kamu siapa, seenaknya saja menyuruh orang lain."

"Baiklah terserah jika tidak mau, Harry bawa koper-koper itu ke mansion ku. Biarkan gadis keras kepala ini tinggal disini hanya dengan pakaian yang menempel pada tubuhnya."

Danela tidak habis pikir dengan pria ini, seenaknya menghina, lalu meminta untuk bergabung di perusahaannya, sekarang menyuruh Danela untuk tinggal di mansion-nya. Danela hanya terdiam, bingung harus melakukan apa hingga dia tidak bisa berkata-kata. Danela terlalu heran dengan manusia ajaib yang ada di depannya.

"Baiklah My Ela, kalau kamu tetap disini. Semua pakaian dan barang-barangmu sudah di bereskan oleh Harry dan di bawa ke penthouse-ku. Sekarang terserah padamu, mau tetap tinggal disini atau ikut denganku.." Nic berjalan keluar.

Danela merasa sangat marah atas perlakuan Nicholas. Entah apa yang dipikirkan oleh pria gila itu, dia tidak menyisakan apapun untuk Danela.Mulai dari pakaian, keperluan pribadi, bahkan alat mandi sengaja dibawa. Sebetulnya apa maksud dan tujuan pria gila itu.

Danela mengusap air matanya lalu berjalan menuju nakas di dekat tempat tidur. Danela ingat ia meletakan tabungan di situ.

"Shit!"

Bahkan tabungan yang sengaja ia sisihkan untuk ia kirim ke neneknya pun juga di bawa oleh pria gila itu. Danela hanya memiliki uang beberapa dolar di dompetnya yang Danela gunakan untuk kehidupan sehari-hari.

Danela berlari keluar berniat untuk mengejar Nic.

"Apa saat ini kamu berubah pikiran, My Ela?" tanya Nic dengan seringaian.

Ternyata Nic masih bersandar di dinding di dekat pintu apartment-nya.

"Kembalikan uang tabungan ku, Nic. Uang itu untuk nenek ku..." teriak danela tepat di depan Nic.Tak peduli dengan status Nic sebagai CEO.

"Tenang saja, Nenek mu sudah tinggal di salah satu mansion milik Jefferson, dan sudah ada para maid yang membantunya. Jadi, sekarang kamu tidak perlu memikirkannya kamu hanya perlu memikirkan ku."

Danela semakin heran oleh kelakuan Nic, karena pria ini benar-benar gila. Hingga Danela tidak bisa berkata-kata lagi dengan kegilaan yang dilakukan oleh Nic.

Nic's Mansion, Washington DC, 10.30 PM

"Harry, semua barang-barang gadis itu sudah kamu bawa kesini kan?" tanya Nicholas.

"Yes Sir..."

"Letakan di gudang, dan apakah kamar yang aku minta sudah siap?"

"Semua sudah beres, Sir dan sudah sesuai dengan permintaan anda..." ucap Harry.

Nicholas memijat keningnya, berpikir keras apakah yang dia lakukan benar dan apakah dia bisa menjaga gadis itu. Bagaimana jika gadis itu tetap tidak mau tinggal bersamanya.

Nicholas menuju kamarnya, segera melepaskan semua pakaiannya dan menuju kamar mandi. Mungkin berendam mampu meredakan kemelut dalam pikirannya.

------

Danela meringkuk di ranjangnya yang berukuran queen size, air mata mengalir dari kedua sudut matanya. Ia merasa marah, jengkel, kecewa, bagaimana tidak orang yang tidak dia kenal mengambil barang-barangnya dan meminta untuk tinggal bersama. Bukankah itu hal gila untuk dilakukan, bukan gila lagi melainkan sudah tidak masuk di akal. Danela merasa lelah setelah menangis hampir dua jam lamanya.

Jam dinding dikamarnya menunjukan pukul 11.30, saking lelahnya menangis membuat Danela memejamkan matanya dan terlelap dalam tidurnya.

Pintu kamar Danela terbuka, Nicholas segera mengangkat Danela ala bridal style menuju ke mobil Nicholas.

Ini satu-satunya cara untuk membawa Danela ke mansionnya, karena setelah kejadian tadi tidak mungkin Danela mau untuk tinggal bersama Nicholas sekalipun Nicholas mengajaknya dengan cara baik-baik.

Nicholas meletakan Danela di kamar yang sudah disediakan oleh Harry, Nicholas meletakan dengan penuh kelembutan menjaga supaya Danela tidak terbangun.

Nicholas menatap Danela sepersekian detik, kemudian mengecup kedua mata Danela yang terlihat membengkak.

"Maaf..." Lirih Nicholas.

&&&

I hope you enjoy, with the story.

Thank you readers, jangan lupa klik "bintang" di bawah  ya ...

Luvv you ...

VN- 30/05/2020

Miracle #COMPLETE#Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang