Part 42

19.2K 1.7K 208
                                    

Malam yang sangat panjang. Itulah yang dirasakan oleh namja bernama Jeon Jungkook. Ia terbangun dari tidurnya karna rasa sakit di kepalanya kembali datang.

"Akh.." rintihnya.

Jungkook menggenggam surai coklat miliknya mencoba mengurangi rasa sakit yang semakin menjalar. Wajah Jungkook semakin pucat, dan jangan lupakan keringat yang juga sudah membasahi seluruh tubuhnya.

"Hyungdeul." lirihnya.

Ingin rasanya Jungkook berteriak sekeras mungkin karna rasanya ia tak tahan dengan rasa sakit ini. Namun Jungkook tak ingin membangunkan hyungdeulnya.

Tes..

Darah segar kembali mengalir dari hidungnya. Jungkook berusaha untuk membersihkannya menggunakan baju yang digunakannya. Namun darahnya tetap tak berhenti mengalir, hingga Jungkook memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.

Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Jungkook mencoba bangkit dari tempat tidurnya. Turun dengan perlahan, dan mulai mencoba untuk berdiri.

Bruk..

"Akh!"

Bahkan ia sampai lupa, bahwa akhir-akhir ini ia tergantung oleh kursi roda. Jungkook meringis menahan rasa sakit yang semakin menjalar ke seluruh tubuhnya.

Air mata Jungkook pun mulai mengalir dari mata indahnya. Menangis menahan sakit yang semakin hari semakin menyiksanya.

"Eomma." lirihnya memanggil sosok yang sangat dirindukannya.

Masih dengan kegigihannya, Jungkook mulai menyeret tubuhnya. Bukan ke arah kamar mandi, tapi menuju keluar kamar.

Cukup lama Jungkook menyeret tubuhnya, hingga akhirnya ia berhenti di dapur. Tepatnya ia berhenti di depan tempat sampah yang ada di dapur.

Dengan segera Jungkook mengambil sebuah kantong plastik hitam dari dalam sana. Bahkan untuk membuka kantong plastik itu ia kesulitan karna tangannya yang kini bergetar.

"Apa ini jalan terbaik?" gumamnya.

Setelah terdiam cukup lama, dan kini ia berhasil menentukan pilihan. Jungkook pun kembali menyeret tubuhnya menuju meja makan. Setelah bersusah payah, akhirnya ia bisa duduk di meja makan.

Tangan Jungkook terulur mengambil gelas dan juga mulai menuangkan air ke dalamnya. Obat. Ya benda yang Jungkook buang adalah obat yang diberikan oleh Wonho padanya.

Selang beberapa waktu, Jungkook merasakan sakit di kepalanya mulai menghilang. Mungkin obatnya mulai bereaksi, itulah yang Jungkook pikirkan.

Jungkook dapat bernafas lega karna darah dari hidungnya pun berhenti mengalir. Jungkook memutuskan untuk tetap berdiam sejenak, karna tubuhnya yang masih sangat lemas.

Namun tak lama kemudian, Jungkook merasakan perutnya bergejolak, menuntut Jungkook untuk mengeluarkan isi di dalamnya. Jungkook mencoba menahannya, karna ia sudah tak memiliki tenaga untuk menyeret tubuhnya lagi.

Perut Jungkook semakin bergejolak dan isi di dalamnya seperti mendesak ingin keluar. Akhirnya Jungkook tak dapat menahannya lagi, dan memuntahkan apa yang sedari tadi mendesaknya.

Jungkook benar-benar terkejut, karna bukanlah isi perutnya yang keluar melainkan darah segar yang kini berceceran di lantai. Bahkan telinganya ikut mengeluarkan darah saat ini.

Matanya kian memberat. Dan kesadarannya pun sedikit demi sedikit mulai menghilang.

"Kuharap Kau masih memberikanku waktu untuk membuka mata di esok hari untuk melihat hyundeulku sebelum aku benar-benar kembali pada-Mu." lirih Jungkook tersenyum tipis.

Jungkook sudah tak sanggup lagi menahan beban tubuhnya sampai akhirnya ia terjatuh dari meja makan dan kehilangan kesadarannya.

~~hyung~~

Yoongi baru saja kembali ke rumah setelah menyelesaikan jam kuliah malamnya. Dengan malas ia membuka pintu rumah. Ingin rasanya ia cepat-cepat kembali ke kamarnya untuk merebahkan tubuhnya.

Sesampainya di kamar, Yoongi sedikit mengernyitkan dahinya karna tak melihat Jungkook di dalam. Dan tempat tidurnya yang sedikit berantakan.

"Apa itu?" gumam Yoongi saat menyadari banyak jejak merah dilantainya.

Yoongi pun bersimpuh dan mulai menyentuh jejak itu menggunakan telunjuknya.

"Ini.." gumam Yoongi.

Tanpa banyak bicara lagi Yoongi mulai berlari mengikuti jejak merah itu. Raut kekhawatiran tergambar dengan jelas di wajahnya. Bibir Yoongi tak henti-hentinya mengucapkan nama Tuhan berharap apa yang ada di pikirannya salah, dan jika benar ia berharap tak seburuk yang ia pikirkan.

Yoongi menghentikan langkahnya saat melihat sosok yang dikenalnya tersungkur lemah di lantai.

"Kookie!!"

Dengan cepat Yoongi menghampiri Jungkook dan membawa adiknya itu kedalam dekapannya. Ia bahkan sudah tak perduli lagi dengan kondisi Jungkook yang sudah berlumuran darah.

"YAK! BANGUNLAH, TOLONG AKU!"

"JEBAL! TOLONG AKU!"

Yoongi berteriak layaknya kesetanan, berharap saudaranya yang lain bisa mendengarnya.

"Hyung ken-"

Jimin menghentikan ucapannya saat mengetahui alasan Yoongi berteriak dengan keras meminta bantuan tadi.
Bukan hanya Jimin, bahkan semuanya kini telah terbangun dan menatap kosong ke arah Yoongi yang sedang memeluk Jungkook yang berlumuran darah.

"JANGAN DIAM SAJA! CEPAT BANTU AKU!"

Mendengar bentakan dari Yoongi, mereka pun tersadar. Bahkan Taehyung dan Jimin mulai menangis.

"Namjoon kau siapkan mobil, aku akan membantu Yoongi hyung mengangkat Jungkook." ucap Hoseok.

Namjoon pun berlari menuju garasi rumah mereka untuk menyiapkan mobil. Hoseok dan Yoongi pun mengangkat tubuh lemah Jungkook dan diikuti oleh Jimin dan Taehyung yang mengekori mereka sembari terus menangis.

Jin? Namja itu masih diam mematung di tempatnya. Baginya ini seperti mimpi, karna baru saja Jungkook tersenyum padanya beberapa jam yang lalu. Dan sekarang? Bahkan untuk membuka matanya saja Jungkook tak bisa.

Jin terduduk lemah di lantai, menatap darah Jungkook yang bahkan membentuk genangan dihadapannya. Hancur. Kata itulah yang bisa menggambarkan perasaannya saat ini.

Jin menangis. Menangisi kondisi Jungkook dan juga kebodohan yang telah ia lakukan selama ini. Bahkan adik bungsunya menderita selama ini. Dan dia? Dia hanya bisa menambah penderitaannya.

"Mianhe Kookie-ya." lirih Jin.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Comment "next" sebanyak banyaknya buat part selanjutnya ya 😅
Jangan lupa votenya juga.
Annyeong yeorobun.







Goodbye hyung ⏩ J.jk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang