20%

4K 555 60
                                    

Kamar Felix terbilang luas dan rapi untuk ukuran anak laki-laki, mengingat Hyunjin hanya membersihkan kamarnya sebulan sekali, Felix pasti akan menjadi pasangan yang cocok untuknya nanti. Oh, hentikan angan-angan kelewatan Hyunjin sebelum ia jatuh.

Tidak seperti ruang depan yang kental dengan nuansa Yunani, kamar Felix memiliki nuansa modern yang apik. Cat temboknya didominasi dengan warna tosca dan abu-abu muda sebagai highlight. Diatas kepala ranjang ada sebuah lukisan awan dan seekor burung yang sedang terbang. Selurusan dengan pintu masuk, ada seperangkat lengkap komputer di atas meja belajar. Kemudian, ada lemari pakaian dan rak yang penuh buku-buku tebal beserta komik berbagai judul; disusun urut berdasarkan volumenya. Dan sebuah pintu di pojok kamar yang Hyunjin tebak sebagai pintu kamar mandi.

Dan disinilah Hyunjin, bersemayam sendirian di kamar Felix; duduk diranjang untuk menunggu kedatangan Felix.

Felix bilang, lebih baik mereka mengobrol di dalam kamar karena akhir-akhir ini Felix sendiri sedikit tidak senang melihat koleksi patung ibunya yang makin hari makin bertambah.

"Maaf lama, Jin." Felix masuk dengan dua mug berisi teh hangat.

Hyunjin tersenyum kecil ketika matanya terus mengamati Felix yang mendekatinya dan menyodorkan salat satu mug dengan tangan kanan kemudian duduk disebelahnya. Tidak ada yang menarik untuk dibahas, terlebih luka-luka di tubuh Felix membuat Hyunjin berpikir yang aneh-aneh.

Kemudian, mata keduanya bertemu sesaat. Felix mengalihkan perhatian pada mug di genggamannya saat wajahnya mulai terasa terbakar,"Maaf tidak mengabarimu selama seminggu," cicitnya.

"Harusnya kau khawatir dengan absensi. Kau bisa saja dikeluarkan jika tidak izin." Hyunjin berujar dengan intonasi garang.

Otak Hyunjin selalu dipenuhi Felix; melindungi Felix, mengkhawatirkan Felix, mencintai Felix, pokoknya hanya Felix, tapi bukan ini yang ia inginkan. Dihadapannya Felix mulai lemah tanpa niatan menjawab, menundukkan kepalanya selama yang ia inginkan, bahkan ketika Hyunjin menggeser duduknya lebih dekat dengan Felix dan menariknya dalam sebuah pelukan.

"Bodoh!" Hyunjin berujar dengan suara serak,"Aku hanya khawatir."

Felix meletakkan dagunya pada pundak Hyunjin, kemudian tersenyum lebih lebar. Hangat dari seorang Hyunjin menjalar ke seluruh tubuh Felix dalam sekejap, tidak terkecuali jantungnya yang mulai berdetak lebih cepat seakan detik berikutnya Felix akan mati karena jantungnya meledak. Bibirnya menggumamkan kata maaf dengan lirih—penuh dengan penyesalan namun tidak semenyesal yang pernah dikiranya—seiring lehernya yang diterpa nafas memburu Hyunjin.

"Aku mengkhawatirkanmu lebih dari apapun yang pernah ku khawatirkan," Hyunjin berujar,"kau orang pertama yang menghancurkan seluruh duniaku, membawaku ke dunia baru—tapi aku tidak pernah merasa menyesal sama sekali. Aku ingin kau dalam lindunganku, hidup beriringan denganku tanpa jarak karena yang kuinginkan adalah kau, Lee Felix."

Felix membuang nafasnya lebih panjang, mencoba melepas seluruh beban yang sebenarnya tidak akan bisa berkurang, tapi ia tahu, Hyunjin bersamanya, menuntunnya untuk berjalan dengan beban yang menyesakkan dan berusaha untuk membunuhnya,"Kukira kau sudah tahu jawabannya, Jin." Kata Felix.

Dan sore itu berakhir dengan Felix yang tertidur dapan pelukan seorang Hwang Hyunjin.

Dan sore itu berakhir dengan Felix yang tertidur dapan pelukan seorang Hwang Hyunjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
son of aphrodite • hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang