80%

2K 339 9
                                    

Sejak hari dimana Hyunjin sembuh, Lee Felix menghilang. Lenyap tak berbekas. Mungkin saja tertelan bumi. Siapa yang tahu?

Malamnya, ponsel Hyunjin sudah tidak dapat mendeteksi ponsel Felix. Hal yang sama terjadi di akun SNS-nya. Nama Felix sudah tidak muncul di kolom pencarian. Hyunjin bingung dan nyaris gila. Lebih dari seminggu bolos sekolah, menghabiskan waktunya untuk berdiam di rumah.

Jangan kira Hyunjin bolos karena patah hati setengah mati. Ia memang patah hati, tapi Seungmin sudah menjelaskan semuanya hari minggu lalu. Sudah jelas, Hyunjin tinggal menunggu waktu berjalan dan membawa Lee Felix-nya kembali.

Beberapa kali, Changbin datang mengunjunginya dengan membawa kaset film terbaru ataupun segelas macchiato. Chan dan Seungmin mengunjunginya juga walaupun hanya sekali.

Kala ditanya, apa Hyunjin takut dengan Seungmin? Jawabannya, tidak.

Kalau ia tidak takut pada Felix, kenapa ia harus takut pada Seungmin? Sama sekali tidak ada alasannya.

Dengan begitu, tiga tahun berlalu dengan cepat. Hyunjin tidak pernah memaksa Seungmin memberi tahu bagaimana keadaan Felix, karena Seungmin sendiri juga tidak tahu. Well, Kim Seungmin itu anak Athena yang jarang pulang ke asalnya. Jelas saja ia tidak tahu Felix dimana. Padahal jika Seungmin mau, sudah dari tahun-tahun kemarin ia menemukan si koala lucu itu.

Lalu, bagaimana keadaan Hwang Hyunjin sekarang?

Sehat dan baik-baik saja.

Baik-baik saja?

Tidak juga.

Beberapa kali, Lee Woozi—partner kerjanya—memergoki Hyunjin tengah melamun dan menatap album kenangan sekolah dengan wajah sedih. Siapa sangka, ada Felix disana—di kolom siswa yang pindah sekolah sebelum lulus. Bibir tipis itu tengah melebar, membentuk kurva paling indah yang pernah Hyunjin lihat dan bayangkan.

"Kau mau cerita?"

Woozi duduk disebelah Hyunjin, membawa lensa dan pembersihnya, melakukan kegiatannya sambil menemani Hyunjin.

Omong-omong, Hyunjin menjadi fotografer disaat kuliahnya belum selesai. Ia bekerja pada sebuah studio foto terkenal milik teman ayahnya sebagai pekerja tetap dan menjadi wartawan freelance. Ibunya bilang, Hyunjin harus mulai membiayai hidupnya sendiri, mengumpulkan uang sedikit demi sedikit walaupun beberapa kali meminta jatah pada keluarganya.

Kembali lagi pada Hyunjin dan Woozi yang menikmati waktu luang mereka di kantor dengan suhu air conditioner rendah. Mm, sekarang musim panas. Tidak salahkan menyalakan air conditioner sampai suhu enam belas derajat?

Hyunjin melirik Woozi sekilas sebelum membuka halaman album berikutnya sebagai sebuah alibi. Malu saja jika ada yang memergokimu sedang memandangi foto mantan—eh? Tunggu, Hyunjin, kan belum putus dengan Felix, kenapa harus di bilang mantan?

Woozi tersenyum tipis,"Tidak usah pura-pura begitu. Kau mengamati foto pemuda itu setiap hari, mana mungkin aku tidak tahu."

Album di tangan Hyunjin tertutup dalam hentakan keras diiringi dengusan kesal dari sang penutup,"Hyung tidak akan percaya kalau kuceritakan."

"Kenapa tidak?"

Hyunjin menyahut cepat,"Karena dia anak Aphrodite."

Ada selang waktu hening yang lama sebelum Woozi  tersenyum lebih lebar, meletakkan pembersih lensa dan menyempatkan diri menepuk pundak Hyunjin sebelum mengambil lensa-lensa yang lain.

Sejak awal, pemuda bersurai hitam itu sudah menduga kalau respon Woozi akan sama saja dengan orang-orang sebelumnya. Satu yang berbeda, Woozi tidak terang-terangan tertawa dihadapannya.

son of aphrodite • hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang