Hyunjin menjalani awal harinya dengan cukup baik. Tugas sekolahnya selesai sebelum deadline, Guru Fisika tidak memarahinya karena lupa rumus, dan klub fotografi memilih karya fotonya untuk didaftarkan pada sebuah kompetisi. Namun tidak ada yang lebih baik dari datangnya murid baru dengan pesona misteriusnya.
Pemuda manis dengan taburan freckles di pipinya itu hanya tersenyum malu-malu didepan kelas. Lebih terlihat seperti koala—sok—polos yang menggoda seluruh hasrat para dominan dikelas. Well, pemuda tersebut menyebut dirinya Lee Felix.
Beberapa detik setelah Felix menyebutkan namanya. Manik pualam Hyunjin bersirobok dengan milik Felix. Menghantarkan ratusan ribu watt getaran aneh kedalam dada Hyunjin. Seolah jantungnya terasa ingin berhenti berdetak namun faktanya malah bekerja lebih keras dari seharusnya. Menekan tulang rusuk Hyunjin hingga pemuda tersebut kesulitan bernafas.
Hyunjin mengalihkan pandangnya. Menjauhi objek paling mematikan sedunia—menurut Hyunjin. Jantungnya barusan terasa berhenti berdetak tapi bekerja lebih keras, bisa sajakan Hyunjin mati karena kegagalan fungsi jantungnya? Hanya saja mati karena melihat Felix bukanlah suatu hal yang patut dibanggakan. Tentu, besok pagi ia akan ada di mading sekolah sebagai headline news;
Hwang Hyunjin Meninggal Setelah Bertatapan Dengan Lee Felix.
Tidak, tidak. Hyunjin belum siap untuk mati, apalagi mati dengan alasan konyol. Akan lebih baik jika ia mati dengan alasan Felix memberikannya racun karena Hwang Hyunjin terlalu seksi untuk ukuran teman sekelas—ralat—teman sebangku baru.
Ya, teman sebangku.
Tiga minggu lalu, seorang gadis yang sebangku dengannya meninggal karena sebuah kanker otak. Hyunjin tidak terlalu mengenalnya. Sejak awal mereka sebangku, Hyunjin berani bersumpah bawa ia hanya bertemu kurang dari sepuluh kali dalam setengah semerter ini. Beruntung sekali bahwa kini ada pindahan yang sehat, tampan (tapi Hyunjin menganggapnya cantik), sopan, dan berbagai sisi positif lainnya. Jadi Hyunjin tidak perlu kesepian selama sisa semester sebelum kenaikan kelas.
"Kau bisa duduk dengan Hwang Hyunjin, Felix-ssi."
Sang guru mengarahkan telunjuknya pada Hyunjin yang ditanggapi dengan anggukan kecil dari Felix. Hyunjin yang tidak menyadari keadaan hanya membuang wajahnya keluar kelas hingga sadar ada pergerakan kecil di sekitarnya. Saat menoleh, pualam gelap kemilau Hyunjin kembali bersirobok dengan manik indah Felix, lagi.
Keindahan Felix tidak akan pernah bisa digambarkan ataupun dijelaskan dengan prosa seindah apapun. Bahkan Hyunjin menyimpulkan jika Felix adalah definisi dari 'sempurna' sendiri. Kulitnya putih mulus dan akan sangat halus—apabila Hyunjin mendapat kesempatan untuk menyentuhnya. Senyumnya lugu nan polos bak bayi yang baru lahir. Suaranya halus sekalipun berat, pesona Felix seolah tidak terkalahkan. Kemudian Hyunjin beralih pada tubuh itu. Membayangkan bagaimana Felix akan menggeliat dibawah kukungannya.
Hyunjin tersadar dari lamunan mesumnya ketika Felix menarik kursi di sebelahnya dengan sebuah senyum ceria,"Boleh aku duduk?"
"Tentu," matanya terus mengamati gerakan Felix untuk duduk. Jangan lupakan pantat sintal yang menyentuh kursi itu. Heol, Hyunjin ingin meremas pantat itu sekarang.
Tapi urungkan niatmu, Hwang Hyunjin. Felix adalah anak polos, jadi jangan menodainya bahkan dengan sentuhan ujung telunjukmu sekalipun.
"Terimakasih, eum?—" senyum Felix menghilang bersamaan raut wajahnya yang berubah ragu dan sedikit bersalah.
Hyunjin kembali berujar ketika melihat tanda kegundahan Felix,"Hwang Hyunjin."
"—Hwang Hyunjin."
Felix layaknya malaikat utusan Tuhan dengan segala kesempurnaan yang dimilikinya. Tidak akan ada yang bisa mengalihkan pandang dari eksistensi seorang Lee Felix, bahkan Hyunjin sekalipun. Hyunjin memang orang sok keren yang pandai menyembunyikan perasaannya. Tapi ketika Chan dan Changbin—sahabat Hyunjin—melihat Hyunjin dan Felix jalan beriringan ke kantin, mereka tahu Hyunjin telah jatuh cinta.
Kantin sangat ramai hari ini hingga seluruh meja penuh dalam sekejap. Felix awalnya ingin minggat dari sana ketika sadar dirinya tidak punya tujuan untuk duduk, namun panggilan dari teman sebangkunya memberikan Felix rasa percaya diri untuk mendapatkan tempat duduk.
Hyunjin melambaikan tangannya tinggi-tinggi,"Fellie, kemarilah!"
Well, Hyunjin yang bersikeras memanggilnya 'Fellie' dan Felix tidak bisa menolak.
Wajahnya berubah ragu sepersekian detik karena disana ada Bang Chan, kakak kelas, ketua klub musik yang saat ini tengah dilanda gosip hangat bersama Kim Seungmin. Felix sempat mendengar ceritanya dari Hyunjin dihari pertamanya masuk sekolah dua hari lalu. Saat itu Hyunjin melihat Chan dan Seungmin lewat beriringan didepan kelas kemudian detik berikutnya ia menjadi penggosip seperti gadis-gadis di pojok kelas.
Kemudian ada Seo Changbin. Teman sekelasnya waktu SMP. Menari adalah nafasnya dan bernyanyi adalah jantungnya. Felix memang tidak mengenal Changbin secara personal, tapi mereka pernah satu klub menari dan meramaikan sebuah festival bersama tepat sebelum mereka masuk SMA.
"Hai, Yongbok-ie," sapa Changbin,"Duduklah bersama kami."
Hyunjin memberengut kesal akibat panggilan itu. Kemarin Changbin memang bercerita bahwa ia satu SMP dengan Felix yang menyebabkan suhu tubuh Hyunjin meningkat tanpa alasan yang jelas.
Sedangkan Hyunjin sibuk bertranformasi menjadi monster, Felix menciut menjadi seekor siluman koala imut didepan para dominan. Felix seratus persen laki-laki, tapi tidak akan ada yang tahu bahwa jiwanya adalah seorang gadis kecil nan polos. Ibu-nya bahkan kaget Felix lahir sebagai seorang laki-laki. Ya, ibu-nya.
"Hai, Binie." Sapanya balik kemudian duduk disebelah Chan.
Seakan hidup dalam dunianya sendiri, Hyunjin semakin sibuk untuk memetakan keindahan setiap lekuk wajah Felix. Bagaimana mata itu berkedip dalam adegan slow-motion, guratan-guratan yang semakin menumpuk ketika Felix tertawa lebih keras dan cara bibir kissable Felix—yang mengundang selera 'makan' Hyunjin—untuk menciptakan sebuah kalimat terindah sepajang masa.Changbin menyodok pinggang Hyunjin dengan siku saat Felix sibuk membicarakan berbagai genre musik dengan Chan, kemudian membisikkan kalimat terlaknat yang baru pertama kali Hyunjin dengar dari seorang Seo Changbin,"Kau bisa orgasme kalau memandanginya terus, Jin." Bisiknya.
Hyunjin melotot, siap berteriak menyangkal namun dering bel sekolah menginvasi teriakannya dan sialnya Changbin pura-pura tidak dengar. Felix dan Chan menatapnya aneh tapi mereka kembali tak acuh dan sibuk dengan pembicaraan untuk menciptakan genre terbaru. Dua jenius yang ingin menciptakan genre campuran ballad dan rock. Persetan dengan genre musik, Hyunjin hanya peduli ketika Chan mengusak rambut Felix seakan mereka sudah berteman sejak lama. Untuk informasi, hanya Hwang Hyunjin yang boleh menyentuh Felix dalam arti konotasi dan denotasi.
Oh ya, baru ingat. Hyunjin bukan siapa-siapa bagi Felix.
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
son of aphrodite • hyunlix
Fanfic[complete] Hyunjin tidak mengerti mengapa Felix kelihatan sangat menarik di matanya. 2019 © yeowonn