10. Saturday [Min Yoongi]

347 37 6
                                        

Yoongi ini tipikal yang luar biasa mager banget mau ngapa-ngapain pas akhir pekan. Makanya meski waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi lewat sebelas menit, tapi pemuda itu masih gelundungan di atas kasur, antara merem dan melek, kelihatan banget masih ngantuk, pingin tidur lagi tapi daritadi hapenya enggak berhenti berbunyi. Ada yang telepon, tapi Yoongi males banget mau ngangkatnya.

Sebenarnya itu hape udah bunyi dari sekitar setengah jam yang lalu. Yoongi pikir entah siapa pun yang berusaha menghubunginya di Sabtu pagi yang sepoi-sepoi ini bakalan menyerah kalo didiemin enggak diangkat. Tapi Yoongi salah. Hapenya tetep terus berbunyi tanpa henti, bikin dia kesel sendiri lama-lama. Akhirnya dengan malas Yoongi pun mengulurkan sebelah tangan, berusaha meraih hapenya yang sampe detik ini masih berdering dan bergetar. Yoongi pun mengangkatnya.

"... ih bener ya anak ini. Kalo habis ini masih tetep enggak diangkat, jendela kos-kosannya gue lempar batu juga nih..."

Yoongi kenal suara ini - suaranya Moon Byul Yi, kakak tingkatnya di kampus. Yoongi pun menghela nafas panjang. Ngapain deh cewek ini nelepon pagi-pagi buta (?) begini. Pake acara ngancem mau ngelemparin batu lagi.

"Woles ae dong, Mbak," ucap Yoongi dengan suara parau. "Pagi-pagi udah nge-gas aja."

"Eh? Loh? Udah nyambung nih? Udah diangkat ya?" Byul Yi malah terdengar kebingungan di seberang sana. "Halo? Yoongi?"

"Iya," sahut Yoongi rada sebel. "Ngapain sih nelpon pagi-pagi begini?"

"Lah? Gimana sih? Bukannya lu sendiri yang minta gue bantuin lu pindahan? Ini gue dateng pagi-pagi buat bantuin elu, malih! Tapi elunya daritadi ditelpon kagak diangkat-angkat," omel Byul Yi. "Lagi ngapain sih lu kok enggak segera diangkat?"

"Ya masih tidurlah. Orang masih jam segini juga," sahut Yoongi tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Mbak langsung naik aja deh. Kamar gue di lantai tiga, paling ujung kanan."

Byul Yi terdiam sejenak, kemudian dia protes. "Lu nyuruh gue naik sendiri ke kamar kos lu?" tanyanya tak percaya.

"Masa kudu gue jemput? Udah gede juga," ujar Yoongi. "Lagian tinggal naik ini."

"Tapi 'kan ini kosan cowok, Min Yoongi," Byul Yi terdengar rada gregetan. "Yang bener aja lu nyuruh gue masuk sendirian gitu aja."

Yoongi menghela nafas panjang sambil memutar bola matanya kesal. "Terserah deh. Pokoknya gue udah mempersilahkan Mbak Byul naik ke atas. Kalo mbak enggak mau ya enggak apa-apa. Tapi gue baru bakalan turun nanti jam 10-an pas mobil pick up-nya dateng."

"Yoong - "

Byul Yi belum kelar ngomong tapi Yoongi udah memutus sambungan teleponnya. Emang minta digaplok kok anak ini. Suka seenak udelnya sendiri. Sama sekali enggak ada perasaan bersalah udah bikin Byul Yi nunggu lama di depan kosannya. Habis itu dia malah balik melungker asyik di atas kasurnya yang nyaman sambil narik selimut, bikin posisinya makin pewe.

Yoongi udah hampir tidur lagi, tapi dia langsung melek pas pintu kamarnya terbuka dan sosok Byul Yi muncul dari baliknya. Perempuan itu ngos-ngosan, terlihat agak berantakan, kayak habis lari dari lantai satu ke lantai tiga. Dan Byul Yi pun buru-buru nutup pintu kamarnya Yoongi. Tingkah Byul Yi itu bikin Yoongi tersenyum kecil.

"Tuh 'kan, pinter bisa naik ke lantai tiga sendiri," ujarnya setengah meledek.

"Bacot," balas Byul Yi kesal sambil naruh tas ranselnya di atas meja belajar Yoongi. "Ini bener-bener perdana banget gue nyelonong masuk ke kamar kos cowok sendirian tanpa ditemenin. Entah kenapa rasanya kayak berdosa banget gitu."

Yoongi mendengus pelan. "Lebay," ejeknya.

Byul Yi menyipitkan matanya menatap Yoongi yang masih selaw di atas kasur. Perempuan itu terlihat sebel. Kayaknya ada banyak hal yang ingin dia ucapkan ke Yoongi, tapi dia sadar semua itu cuma buang-buang waktu dan tenaga aja. Jadi Byul Yi pun menghela nafas panjang, memutuskan untuk enggak memperpanjang adu mulut dengan adik tingkatnya ini.

YellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang