010

1.6K 378 54
                                    

sehabis mengantar taehyung sesudah makan seblakㅡparah sekali, padahal hanya agak pedas tapi taehyung masih saja kepedasan setengah mati dan bibirnya benar-benar semerah ceriㅡsekalian juga beli roti bakar dan dua bakpao untuk cowok manis itu, akhirnya jimin pulang saat jam di ponselnya menunjukkan pukul setengah sebelas malam. jimin sendiri heran, kemana perginya semua makanan itu di perut taehyung? ia masih saja kurus.

ia memutuskan singgah sebentar di minimarket, ingin menyetok kopi kaleng di kulkasnya. setelah mengantongi uang dan memastikan motornya dikunci dengan baik, jimin mendorong pintu masuk dan ia segera disambut hawa dingin dari pendingin.

"selamat datang,"

biasanya jimin cuek saja dan akan melengos menuju rak pendingin yang berisi berbagai macam merk kopi yang sudah ia hapal, namun suara datar dan terkesan mengantuk itu terasa amat sangat familiar hingga ia terhenti dan menoleh pada penjaga kasir yang tadi menyambutnya.

"loh, kamu kanㅡ" jimin kehilangan kata-katanya melihat sosok pucat yang biasa ia temui saat pagi hari dan di waktu ia bisa menerima koran. "kokㅡ"

"ada yang bisa saya bantu, pak?" sialnya, pemuda pucat itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa-apa. hanya bertampang lempeng saja dengan raut tidak tertarik.

"kok kamu disini?"

barulah alis pemuda itu terangkat sebelah. kemudian ia menengok ke baju seragam khas minimarket yang ia kenakan. "saya kerja, lantas apa lagi?"

"kamu kerja disini juga?"

"memangnya nggak boleh?"

"bukan gitu, tapi . . ." jimin benar-benar kehilangan kata-katanya, ia cukup terkejut.

"jadi, ada yang bisa saya bantu?" tanya pemuda tadi, masih dengan tampang lempengnya dan bibir tipis yang minim sekali gerakan. "anda bisa sebutkan barangnya, saya akan bantu carikan." datar sekali, macam robot saja. jimin curiga jangan-jangan dia memang robot.

"nggak, saya bisa sendiri," jimin akhirnya buru-buru ngacir ke rak tujuannya dan meraup sekitar sepuluh kaleng kopi. ia sempat mengintip dari balik rak, mungkin saja pemuda pucat itu orang yang berbeda dari yang biasa ia temui. namun rasanya mustahil. pengantar koran itu dan kasir minirmaket ini jelas orang yang sama.

akhirnya jimin kembali sambil membawa sepuluh kopi kalengnya ke kasir. ada jeda beberapa lama saat orang itu menatap kopi kalengnya, hingga jimin was-was jika ada sesuatu yang salah. "kenapa? apa kopi yang saya ambil ternyata sudah kadaluarsa?"

"enggak, enggak apa-apa," pemuda pucat itu menggeleng, mulai mengescan barcode kaleng tersebut.

"kasih tahu saja,"

"tenang saja, anda tidak perlu khawatir. kadaluarsanya masih lama."

"pasti bukan itu, ayo bilang saja,"

"sudah saya bilang, bukan hal yang penting,"

"saya benar-benar penasaran, masa anda membiarkan pelanggan merasa tidak puas?" jimin bukan orang kepo, ia cuma ingin memancing pemuda pucat ini agar bicara lebih banyak. suaranya saat bicara lumayan enak untuk didengar.

"anda ini orangnya cerewet ya," jimin ingin sekali tertawa kencang melihat kernyitan kesal dari dahi si kasir pucat tersebut, "saya cuma terkejut ada yang minum merk kopi yang sama dengan yang sering saya. padahal jarang sekali ada yang suka."

"memang pahit sekali," angguk jimin,menyetujui. diam-diam senang juga kasir pucat itu akhirnya menyerah.

"ada kartu member?"

mendengar pertanyaan yang tidak seperti pertanyaan sebab sangat datar dan tanpa intonasi itu, jimin merogoh sakunya dan mengulurkan kartu member.

"atas nama arraf jimin hadyantara, benar?"

"benar," angguk jimin, mendengar suara kasir tersebut mengucapkan namanya terasa sangat menyenangkan. kemudian, selagi kasir pucat itu melanjutkan proses entah apa. jimin mendapati ada nama yang tersulam di seragam bagian dada kiri.

reihandra yoongi l.

kasir sekaligus pengantar koran yang diketahui bernama yoongi itu memasukkan kesepuluh kaleng tadi dalam kantong plastik berlogo minirmarket tersebut sekalian jimin yang mengeluarkan uangnya. "totalnya Rp. 40,560. uangnya saya terima Rp. 50.000 kembalinya Rp. 9,440. Rp. 40-nya mau disumbangkan?"

"semuanya saja,"

"baik, terima kasih sudah berbelanja disini." kasir tersebut mengulurkan plastik tadi yang disambut jimin, sengaja menyentuh jari pemuda pucat yang terasa sangat dingin itu.

"sama-sama," angguk jimin sambil tersenyum, senyum yang rada-rada jahil, "sampai nanti, yoongi."

rasanya puas sekali melihat raut terkejut pemuda pucat itu, ditambah lagi rahangnya jatuh, menganga tidak percaya dengan apa yang sudah terlontar dari mulut jimin. [ ]

🌌 mint.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang