Semilir angin tertiup menghantarkan kesejukan pagi, membuat suasana pagi menjadi lebih nyaman dan tenang. Sinar mentari tampak menyembul diantara dedaunan hijau, perlahan mulai menghangatkan dunia dan memutar roda kehidupan. Seiring dengan itu semua kehidupan di muka bumi ini pun memulai harinya. Ribuan orang mulai sibuk dengan dunianya. Begitu juga dengan pria manis yang sekarang sedang sibuk dengan masakannya yang sebentar lagi akan matang. Tangan mulus itu begitu terampil memasukkan bumbu kedalam masakannya. Sebuah celemek berwarna pink tampak menutupi pakaiannya dari percikan minyak. Beberapa kali bibir tipis itu meniup dan menyerutup kuah yang ada di sendok sayur di tangannya.Menyecap rasa masakan dan tersenyum puas.
Setelah merasa pas dia kemudian memindahkan makanan tersebut ke dalam mangkok saji dan membawanya ke atas meja makan di belakang punggungnya. Namun dia tiba- tiba terkejut saat melihat suami tampannya telah duduk di belakang meja makan.
"Maaf aku tidak membangunkanmu...hari ini adalah hari Minggu. Aku yakin kau ingin tidur lebih lama,hn..?" kata pete seraya mengangsurkan piring yang telah diisinya dengan nasi.
"Aku tiba-tiba ingin sekali makan masakan mae nath, ayo kita ke rumah paa setelah ini?" jawab tin.
"auw..benarkah? Baiklah kita kesana, paa juga bilang akan membicarakan masalah proyek kemaren." kata pete tersenyum senang.
"Bisakah kau tidak membahas pekerjaan hari ini. Aku hanya ingin bersamamu bunny..aku merindukanmu. Kau tahu aku sangat sibuk seminggu terakhir ini." pinta tin dengan wajah memelas.
"Baiklah tuan besar..habiskan makananmu na.."
Setelah itu hanya terdengar suara denting alat makan mereka.Beberapa kali tampak pete menambahkan lauk dan sayur ke dalam piring suaminya. Walau pada awalnya tin menolak, namun akhirnya semua makanan yang ada di dalam piringnya pun tandas tak bersisa.
Tin melajukan mobil sportnya sedikit tergesa ke arah kediaman keluarga pete,yang ada dibenaknya adalah masakan ibu mertuanya. Sedikit aneh,karena biasanya yang begitu antusias dengan masakan nath adalah pete.
Sesampainya di sana,tin langsung melahap semua masakan yang disajikan istrinya di meja makan saat makan siang. Padahal,tadi pagi pete sampai harus memaksa suaminya untuk makan sayur,tapi di sini tanpa disuruhpun tin telah menghabiskan masakan ibu mertuanya.
"Tin..apakah kau baik-baik saja?" tanya pete sedikit cemas.
"I'm fine bunny..duduk sini sayang,aku ingin memelukmu..na..na.." rengek tin
Pete meletakkan gelas berisi air putih diatas nakas,di samping ranjang dan berjalan menuju suaminya yang tengah berbaring diatas ranjang. Segera saja kedua lengan kekar tin melingkari pinggang ramping pete,menariknya sampai terbaring disampingnya.
"Aww..no..ini masih sore tin,nanti mae dan paa melihat kita,,ih..lepashh..akhh..tinhh.." desah pete saat tin dengan sigap menindih tubuhnya dan mulai mencumbu leher mulus pete yang mulus selama beberapa hari tanpa kissmark.miliknya.
"Biarkan saja sayangh..hmmh..kau sangat wangi sayang..aku mengingginkanmu bunny.."bisik tin di telinga pete seduktif.
"Tinh..akhh..besok aku ada meeting,jangan membuat tanda di sana..akhh..tinhh.." desah pete di sela-sela kenikmatan cumbu rayu suaminya yang mulai menghisap bagian bawah telinga kanannya. Pete yakin akan menimbulkan bekas yang tidak akan hilang dalam dua hari.
"Aku tidak akan meninggalkan bekas,asal kau melayani ku sayang..hnn??" ucap tin sambil tersenyum licik. Tangan kanannya sudah merambat masuk ke dalam piyama pete,meraba perut datar dan mengusap nimple pete disana.
"Baiklah..akhh..tinhh..ahhh..ahh..kau menang tuan besar" desah pete saat tin mulai melancarkan aksinya mengerjai tubuh mulus 'istrinya' itu,setelah akhirnya mereguk kenikmatan bertubi-tubi.
YOU ARE READING
My Koon Chai (HIATUS)
RandomPete, putra tunggal salah seorang pengusaha sukses di Thailand. Hidup serba berkecukupan,dilimpahi kasih sayang kedua orang tuanya, memiliki begitu banyak teman menjadikan hidupnya begitu sempurna,hanya satu hal yang selalu membuatnya cemas, kehid...